Langit malam ini berawan.Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari chef ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika di total bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar."Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?Itula
"Nih yank, aku punya lima destinasi bulan madu terbaik rekomendasi dari Pak Beni di kantor. Dia punya teman yang buka jasa travel bulan madu di seluruh dunia. Dan lima negara ini menjadi tempat terlaris selama dua tahun belakangan yang banyak dikunjungi oleh para pengantin baru, kayak kita," jelas Wildan panjang lebar sambil menscroll layar ponselnya yang menampilkan gambar-gambar pemandangan indah di seluruh dunia, dia memperlihatkannya pada sang istri yang saat itu sedang membenahi pakaian karena malam ini mereka akan kembali pindah ke rumah Wildan setelah mereka cukup lama menginap di kediaman Malik karena harus menjaga Vanessa.Sekarang, kondisi Vanessa sudah jauh lebih baik. Terlebih dengan adanya tante Isna dan Jhio, Vanilla pikir, saudara kembarnya itu tidak akan lagi merasa kesepian.Vanilla melirik sekilas, tatapannya penuh keengganan hingga kemudian dia kembali fokus melipat pakaiannya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya.Tak banyak memang pakaian yang dia bawa, lagipul
"Coba tebak, kira-kira jenis kelamin anak kita apa ya, Yas?" Tanya Vanessa pada kekasihnya, Yasa.Malam itu mereka baru saja selesai bercinta.Sejak kepulangannya dari Paris, Yasa memang tinggal menetap di apartemen Vanessa karena lelaki itu tidak memiliki tempat tinggal.Hidup sebagai yatim piatu sejak kecil dan tak memiliki sanak saudara membuat Yasa tumbuh menjadi sosok lelaki yang mandiri dan pekerja keras. Meski semua yang dia kerjakan pada akhirnya tetap tak mampu membawanya pada taraf kehidupan yang lebih baik.Itulah alasan mengapa Yasa sempat berpikir untuk pergi dari kehidupan Vanessa karena dia merasa tidak cukup layak mendampingi Vanessa yang saat itu berprofesi sebagai model papan atas.Namun, Yasa menyesal telah menyakiti Vanessa karena nyatanya, cinta Vanessa terhadapnya begitu dalam. Bahkan Vanessa rela mengesampingkan karirnya demi mencari Yasa ke Paris.Lika-liku panjang cinta mereka sudah berhasil mereka lalui dan kini Yasa hanya perlu bersabar sedikit untuk mendapa
Masa setelah Prolog...Malam ini adalah jadwal Vanilla menginap di rumah sakit menemani Vanessa.Karena besok weekend dan Wildan tidak bekerja, jadilah Wildan akan ikut menemani Vanilla menginap di rumah sakit malam ini."Kamu nggak pakai jaket? Nanti dingin loh," ucap Vanilla saat melihat sang suami tak membawa pakaian luar selain kaus yang melekat di tubuh Wildan.Wildan merangkul Vanilla, melirik mesum. "Kan ada kamu, dingin tinggal minta peluk,""Ihh, ini tempat umum tau!" Vanilla mengelak dan melepas tangan Wildan dari bahunya."Pelit!" Umpat Wildan sambil cemberut.Keduanya terus berjalan berdampingan menuju ruang rawat Vanessa di lantai tiga, ketika tiba-tiba ada seorang lelaki berpakaian hitam yang menahan langkah Vanilla dan Wildan tepat saat mereka hendak memasuki lift.Jadilah, Lift pun kembali tertutup."Maaf Mas, Mba, saya cuma mau tanya, toilet di sini, di mana ya?" Tanya lelaki berpakaian hitam tadi dengan wajah meringis yang sangat kentara bahwa dia memang sedang kebel
Seperti apa yang dikatakan Mahessa pada Wildan di rumah sakit sekitar satu bulan yang lalu, tepatnya setelah Mahessa berhasil membuat Vanessa menandatangani surat perjanjian kontrak pernikahan dengannya, kini, hari ini, pernikahan itu pun benar-benar terealisasikan.Pernikahan Mahessa dan Vanessa berjalan lancar setelah keduanya mengikrar janji suci di hadapan Tuhan dan seluruh keluarga yang hadir.Resepsi mewah pun digelar di sebuah aula hotel berbintang lima di pusat Jakarta dengan ribuan tamu undangan yang datang, di mana kebanyakan dari mereka adalah warga negara asing karena sebelum ini Mahessa memang menetap di Amerika dalam waktu yang cukup lama.Itulah sebabnya, kebanyakan orang terdekat Mahessa adalah warga negara Amerika asli.Dan satu kejanggalan yang terjadi tampak jelas dalam pernikahan tersebut adalah, ketika banyak orang mempertanyakan mengenai keberadaan kedua orang tua mempelai pria. Bahkan saat itu, orang terdekat dari pihak lelaki yang datang hanyalah lelaki bernama
Malam pertama dalam sebuah pernikahan adalah hal terindah yang pastinya ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.Menunjukkan rasa cinta melalui sentuhan jemari lembut, pagutan mesra di bibir, pelukan hangat hingga akhirnya mencapai titik klimaks bersama.Sungguh akan menjadi hal baru bagi semua pasangan yang tengah dimabuk asmara.Sayangnya, hal tersebut tidak dirasakan oleh Vanessa dan Mahessa yang memang menikah dengan tujuan lain yang sudah mereka sepakati bersama.Bunga mawar merah yang bertaburan di atas seprai putih di dalam kamar pengantin keduanya menambah kesan romantis yang menggairahkan. Belum lagi lilin-lilin kecil aromatherapy yang terletak di beberapa titik ruangan. Menambah harum semerbak ruangan bernuansa putih gading itu.Balon-balon berbentuk hati bergelantungan bebas di langit-langit kamar membentuk sebuah tulisan "Selamat Menempuh Hidup Baru".Melihat semua itu, seketika hati Vanessa terenyuh.Dirinya yang langsung menduduki sis
"Cepat mandi! BERSIHKAN TUBUH KOTORMU ITU!" Perintah Mahessa dengan nada marah.Lelaki itu melangkah cepat keluar menarik pintu kamar mandi dan menutupnya dengan sebuah bantingan keras.Tak sampai di situ, Mahessa terus saja melangkah hendak keluar dari dalam ruangan yang menjadi kamar pengantinnya dengan Vanessa itu, namun saat selangkah lagi kakinya itu benar-benar keluar dari kamar tersebut, Mahessa menahan gerakannya.Tak ingin memancing kecurigaan orang lain jika sampai melihat dirinya wara-wiri di luar padahal ini adalah malam pertama pernikahannya dengan Vanessa.Alhasil, Mahessa hanya bisa mengesah pasrah dan kembali masuk ke dalam kamar setelah lagi-lagi dia membanting pintu dengan sangat keras.Melepas pakaiannya satu persatu hingga dia tak mengenakan atasan apapun lagi. Meraih sebuah botol minuman di dalam lemari pendingin lalu menenggaknya dengan cepat.Sebisa mungkin Mahessa berusaha menetralkan emosi yang kian menyiksa setiap kali otaknya harus dipaksa berputar membayang
"Jika memang dia bukan Yasa, lalu kenapa dia mengatakan bahwa dia adalah Yasa padaku? Apa kamu yang menyuruhnya Mahes?" Tanya Vanessa dengan segelintir amarah yang tersisa."Ya, aku yang menyuruhnya," jawab Mahessa tegas."Apa alasannya?""Karena aku hanya ingin tahu, apakah seorang Vi, benar-benar masih mengingat kejadian itu, atau tidak,""Brengsek!" Vanessa memaki dan melayangkan satu tamparan kuatnya di pipi Mahessa, sementara Mahessa hanya bergeming. Sama sekali tak berniat untuk melawan. Dan hal ini akan terjadi pada Mahessa jika memang Mahessa merasa dirinya bersalah.Ya, Mahessa sadar bahwa dirinya sudah bersalah dengan membiarkan orang lain menyamar sebagai Yasa hanya demi sebuah pembuktian.Sungguh konyol bukan?"Jadi selama ini kamu telah mempermainkan aku? Mempermainkan perasaanku? Hidupku?" Jerit Vanessa lagi penuh kemurkaan. "Memangnya kamu pikir dirimu itu siapa, hah? Tuhan? Kamu bahkan tidak pantas disebut sebagai lelaki karena kenyataannya kamu hanya seorang pecundang