Di dalam sebuah gudang tempat di mana Haris menaruh barang-barang pribadinya yang tak terpakai, seorang wanita tengah terduduk di lantai dalam posisi tubuh yang bersandar ke dinding dan kedua kaki yang selonjoran. Kedua tangan dan kaki wanita itu terikat. Bahkan mulutnya pun tertutup lakban.Perlahan-lahan mata sayup sang wanita mulai terbuka. Kesadarannya mulai kembali sedikit demi sedikit.Kepalanya pening. Pandangannya berkabut. Dia berusaha membuka mata, namun keadaan di sekelilingnya saat itu begitu gelap. Hanya ada seberkas cahaya yang mengintip masuk melalui ventilasi di atas pintu yang terhubung dengan ruangan di sebelahnya yang terang benderang. Mata si wanita masih berkedip-kedip. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri menatap keadaan sekitar, namun dirinya tetap tak bisa menangkap apapun saking gelapnya ruangan tersebut.Ketika kesadarannya sudah sepenuhnya kembali secara sempurna, Vanilla meronta dan menarik-narik tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Panik. Vanill
Setelah berhasil memanjat tembok belakang kediaman pribadi Haris, dibantu oleh Argan, Vanilla pun berhasil melarikan diri.Berlari tanpa alas kaki, Vanilla mendatangi pangkalan ojek terdekat dan meminta diantarkan ke kediaman Wildan."Darimana Neng? Kok nggak pakai sandal?" Tanya si tukang ojek saat mereka sedang diperjalanan."Udah cepetan anterin saya pulang ke rumah suami saya, Pak, nggak usah banyak tanya," omel Vanilla saat itu.Sesampainya di kediaman Wildan, Vanilla melihat ada sebuah mobil polisi terparkir di sana.Perasaan was-was Vanilla semakin menguat tatkala dia masuk dan melihat Wildan, Raga, beberapa anggota kepolisian dan Ibunya, Kenari sedang berkumpul di ruang tamu rumah besar itu."Ibu?" panggil Vanilla dengan segenap perasaannya yang berkecamuk.Bukan hanya Kenari saja yang menoleh ke ambang pintu, namun Wildan, Raga dan anggota polisi pun ikut menoleh dan menatap Vanilla dengan penampilan Vanilla yang acak-acakkan.Bahkan saat melihat Vanilla tak memakai alas kaki
Setelah tahu apa yang terjadi menimpa Ibunya, Vanilla terus mendesak Wildan agar lekas menyelamatkan sang Ibu.Gadis itu terus menangis tanpa henti.Bahkan Vanilla sempat nekat berlari keluar untuk mencari ibunya sendirian, jika saat itu Wildan tidak mengejar dan menyelamatkannya, bisa jadi nyawa Vanilla sudah terancam bahaya karena Vanilla hampir saja tertabrak mobil ketika menyebrang jalan.Sungguh, ini kali pertama Wildan melihat Vanilla begitu kacau seperti ini. Perempuan itu seolah kehilangan pijakan atas dirinya sendiri, tak bisa dikendalikan hingga akhirnya Wildan terpaksa mendatangkan dokter dari klinik saat Vanilla terus menerus mengamuk di kamar karena Wildan menguncinya.Kini, Vanilla dalam fase tenang setelah pihak dokter menyuntikkan obat tidur berdosis rendah untuknya.Wildan memasuki kamar Vanilla dan mendapati Vanilla sudah memejamkan mata, meski saat itu Vanilla masih terus saja menggumamkan nama ibunya bahkan yang lebih membuat hati Wildan tersayat adalah ketika dia
"Lepaskan Vanilla dan Ibunya jika kamu tidak ingin melihat Ayahmu mati sia-sia!" Ancam sebuah suara dari arah pintu yang baru saja berhasil di dobrak.Sontak Argan dan Edwin menoleh ke arah suara dan mendapati Wildan datang bersama Haris dengan kepala Haris yang tertodong pistol oleh Wildan.Melihat sang Ayah dalam keadaan bahaya, Argan jelas terkejut.Lelaki itu bangkit berdiri dan langsung menarik Vanilla bangkit bersamanya.Argan menjadikan Vanilla sebagai sandranya juga."Oke, jika kamu ingin perempuan ini selamat, maka lepaskan Ayahku!" Ancam Argan yang saat itu membekap tubuh Vanilla dari belakang dengan sebelah tangan lain yang menodongkan senjata ke kepala Vanilla.Vanilla yang saat itu sudah tak mampu berontak akibat benturan yang cukup keras di kepalanya hanya bisa terkulai pasrah dalam dekapan Argan.Beberapa polisi termasuk Raga tampak bersiaga di belakang Wildan.Mereka menodongkan senjata secara bersamaan ke arah Argan dan Edwin yang saat itu juga sudah menyandera Kenari
"Mulai detik ini, jangan ganggu anakku lagi! Pergilah jauh-jauh dari kehidupan Vanilla karena aku sama sekali tidak akan mengizinkan Vanilla menjalin hubungan denganmu lagi! Wanita yang seharusnya menjadi istrimu adalah Vanessa, jadi, lebih baik kamu hubungi Vanessa sekarang dan kembalilah padanya! Lupakan Vanila!"*Kalimat itu terus saja terngiang dalam benak Wildan bahkan setelah satu minggu berlalu dirinya tetap tak juga diizikan untuk bertemu dengan Vanilla oleh Kenari.Padahal Wildan sudah menempuh segala cara untuk membuat Kenari percaya akan niat baiknya. Sayangnya, Kenari tetap bersikukuh tidak memberi izin pada Wildan untuk menemui Vanilla.Hingga akhirnya, Wildan terpaksa menempuh satu cara yang memang sudah sejak awal dia pikirkan meski hal itu maju mundur untuk dia lakukan.Yakni, meminta bantuan Malik agar dirinya mendapat kesempatan untuk bertemu kembali dengan Vanilla.Sebagai seorang ayah, Malik memiliki hak untuk bertemu dengan Vanilla bukan?Hari itu, setelah memant
Vanilla baru selesai minum obat.Kenari membantunya merebahkan diri kembali dengan gerakan perlahan dan sangat hati-hati karena luka bekas operasi Vanilla memang belum sepenuhnya mengering.Ini sudah satu minggu berlalu sejak insiden penembakan itu dan kondisi kesehatan Vanilla sudah jauh lebih baik. Meski, di dalam hatinya Vanilla justru merasa seperti ada yang salah dalam dirinya.Ketika hati dan pikirannya terus tertuju pada Wildan.Mengenai alasan apa yang membuat Wildan sampai detik ini tak kunjung menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit untuk menjenguknya.Bukankah seharusnya Wildan memiliki tanggung jawab juga untuk merawatnya di sini? Tapi, kemana lelaki itu? Kenapa dia tidak pernah datang barang sebentar saja untuk menengok keadaannya?Vanilla benar-benar tidak habis pikir."Bu," ucap Vanilla begitu dirinya sudah kembali tertidur nyaman di atas brankar."Ya?" Sahut Kenari yang saat itu sedang membenahi peralatan bekas makan Vanilla dan juga dirinya."Vanilla minta ponsel
Seperti sebuah mimpi ketika kini sesosok tubuh seorang lelaki yang begitu dia cintai tengah berdiri gagah di hadapannya.Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, Malik tetap terlihat tampan dengan sejuta pesona yang dimiliki lelaki itu.Kenari terpana, hingga membuatnya terus bergeming di tempatnya berdiri.Sementara Malik sendiri merasa seperti ada sesuatu dalam dirinya yang menarik sebagian jiwanya ke masa lalu ketika dirinya harus kembali berhadapan dengan sesosok wanita di mana wajah wanita tersebut sama persis seperti wajah sang mantan Istri pertamanya yang telah lama meninggal.Malik pun merasakan kegugupan yang sama dengan Kenari, meski setelahnya saat sebuah genggaman tangan seseorang di tangannya terasa semakin erat, Malik tersadar bahwa waktu kini sudah berubah. Dunianya sudah berubah dan masa lalu itu telah berlalu.Isna tersenyum ketika tahu bahwa Malik sudah mulai bisa mengendalikan diri. Jelas bukan hal yang mudah ketika kita harus kembali dihadapkan dengan sesuatu atau ses
"Jika kamu memang benar-benar menyayangi Ibu, hancurkan rumah tangga Malik dan Isna, melalui Wildan. Bukankah, Wildan itu adalah mantan kekasih Isna?"Vanilla tertegun dengan tatapannya yang tak lepas dari Kenari."Ibu? Vanilla mencintai Wil...""Cukup Vanilla!" Hardik Kenari memotong kalimat sang putri. Tatapannya nyalang dan berapi-api. "Apa kamu masih berpikir bahwa Wildan itu benar-benar mencintai kamu?" Tanya Kenari yang saat ini sudah berdiri di sisi brankar yang ditempati Vanilla."Apa kamu tidak pernah berpikir jika Wildan hanya berpura-pura mendekati kamu karena dia memang ingin kembali dekat dengan Isna? Dan mengenai Malik... Ibu yakin, tak ada satu pun perempuan di dunia ini yang memiliki rasa cinta untuk Malik, sedemikian besar layaknya perasaan yang Ibu miliki untuknya. Bahkan Ibu yakin, cinta Isna sendiri tidak akan bisa menandingi cinta Ibu untuk Papamu," kali ini Kenari mulai menangis."Jika suatu hari nanti, Wildan dan Isna berkhianat di belakangmu dan Papamu, maka Ib