Malik menutup sejenak buku diary di pangkuannya, setelah dia menandainya di halaman terakhir yang dia baca.Entah kenapa, kepalanya mendadak pening.Lelaki itu memijat pangkal hidungnya seraya memejamkan mata.Kenyataan demi kenyataan yang harus dia ketahui hari ini membuat Malik semakin dilanda dilema berkepanjangan.Terlebih, atas kebodohannya yang sama sekali tak menyangka jika dahulu itu, dirinya sempat menjalani kehidupan bersama Kenari."Mas, mau aku ambilkan obat?" Ucap Isna yang jadi mengkhawatirkan kondisi Malik.Malik menggeleng tanpa menjawab.Kedua mata lelaki itu masih terpejam.Dalam diam, Malik seolah mengais kembali sisa-sisa kenangan yang dia miliki semasa Kinara masih hidup dahulu.Tentang kapan tepatnya, Kenari menyamar menjadi Kinara di hadapannya.Dan fakta membuktikan bahwa apa yang sempat dipikirkan Isna benar adanya.Hanya saja, Malik terlalu bodoh untuk menerka semua itu lebih awal.*****FLASH BACK ON..."Wah, tumben kamu masak? Ada acara apa nih?" Tanya Mali
Sebuah mobil dipacu dengan kecepatan penuh.Satu lokasi yang hendak dituju Malik yaitu sebuah kampus di mana seorang pemuda bernama Julian kini menimba ilmu.Sebuah universitas tinggi swasta terkenal di Jakarta.Begitu mendapati bahwa video yang seharusnya disembunyikan oleh Julian kini justru malah terkirim ke nomor ponsel sang istri, Malik jelas terkejut, terlebih dia marah karena merasa sudah dipermainkan oleh anak ingusan macam Julian.Malik benar-benar tak habis pikir dengan kenekatan Julian.Apa sebenarnya yang diinginkan Julian?Pemuda brengsek itu benar-benar ingin mencari masalah dengannya!Bahkan setelah Malik membebaskannya dari jeratan hukum atas kasus Hasna.Dalam posisi kalut, Malik terus menyetir mobil dan sesekali dia tampak mencoba untuk menelepon seseorang.Fokusnya menyetir benar-benar terpecah.Dia terus mencoba menghubungi nomor ponsel Julian meski tak juga tersambung.Argh!Sial!Umpat Malik seraya membanting ponselnya ke jok mobil di sampingnya.Malik menambah k
"Hasna, ayo pulang!" Ajak Isna pada sang adik ketika Isna merasa waktunya hanya terbuang percuma sejak tadi.Seharusnya dia tidak datang ke tempat ini.Seharusnya, dia menemui Malik di kantor polisi daripada mengurus masalah tidak penting seperti ini."Hasna! Kamu dengar Mba nggak? Ayo pulang!" Isna hendak menarik tangan Hasna ketika tangan Linggar justru menahan jemarinya."Hasna akan ikut bersamaku, benarkan Hasna?" Tanya Linggar pada Hasna. Perkataan Linggar saat itu bukan terdengar seperti sebuah pertanyaan, melainkan ancaman.Hasna terus menunduk. Terlihat sekali kalau remaja itu ketakutan.Isna menepis kasar jemari Linggar yang memegang pergelangan tangannya dan langsung menarik Hasna secara paksa, sayangnya Linggar tak juga menyerah.Lelaki itu hendak menggagalkan rencana Isna membawa Hasna, ketika tiba-tiba seseorang datang menghadang langkahnya."Lo mau ganggu mereka? Langkahin dulu mayat gue!" Ucap seseorang itu.Mereka kini berada di parkiran kafe yang didatangi Isna tadi.
Karena Linggar tak juga mau mengakui kejahatannya di hadapan Aryan, jadilah Aryan melakukan niatnya semula dengan membawa Linggar ke atas rooftop rumah sakit Sentosa.Sebuah tempat di mana terjadinya insiden pembunuhan belasan tahun yang lalu. Di saat seorang lelaki yang mengakui bahwa dia mencintai seorang wanita tapi justru malah melakukan tindakan tak terpuji dan tak berprikemanusiaan terhadap wanita yang dicintainya itu.Dan hebatnya, selama ini dia sukses menutupi semua kejahatannya itu dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam."Ayo turun!" Perintah Aryan pada seorang lelaki yang merupakan Ayah kandungnya.Mereka baru saja sampai di parkiran rumah sakit. Aryan sudah keluar dari mobil dan kini berdiri di sisi lain pintu mobil yang terbuka di mana Linggar masih duduk nyaman di dalam mobilnya."Buat apa kita ke sini?" Tanya Linggar dengan perasaannya yang semakin kacau.Dia tak ingin melaksanakan perintah Aryan, namun tak kuasa melawan. Posisinya benar-benar sulit saat ini
Setelah insiden masa lalu itu kembali terulang, Linggar ditangkap setelah Isna mengatakan pada pihak kepolisian bahwa Linggar telah membunuh Aryan.Saat itu, Linggar tidak banyak bicara.Lelaki itu mengakui semua kejahatan yang telah dia lakukan baik saat ini maupun kejahatannya di masa lalu.Kesaksian Shahnaz yang berhasil selamat dari maut setelah Linggar berupaya melenyapkannya, menjadi bukti kuat yang semakin memberatkan Linggar di pengadilan. Hanya saja, nasib anak perempuan Shahnaz tak ditemukan di sana. Baik Shahnaz maupun pihak kepolisian tak ada yang tahu di mana jasad anak itu berada hingga kuat dugaan polisi, jasad gadis bernama Vanilla itu sudah hancur di makan binatang buas.Selain Linggar, nama Julian pun ikut tersandung kasus tersebut karena disangkut pautkan telah melakukan pelecehan seksual terhadap Hasna dengan adanya bukti berupa rekaman kamera CCTV hotel. Terlebih setelah video Julian sedang tidur bersama seorang pelacur di sebuah hotel bintang lima Jakarta terseba
Kenyataan bahwa kini Vanilla sang anak sudah tiada, membuat Malik sangat terpukul. Terlebih setelah Malik mengetahui penderitaan yang dialami Kenari selama wanita itu menjalani hukuman di sel tahanan seperti apa yang telah diceritakan Shahnaz padanya.Semua hal itu membuat Malik kembali tenggelam dalam perasaan sesal dan bersalah yang berkepanjangan.Setiap harinya selepas dia bekerja lalu mampir sebentar menengok keadaan Aryan di rumah sakit sebelum akhirnya kembali ke rumah, Malik pasti akan menyempatkan diri untuk mampir ke makam, Kenari.Sebuah makam besar yang memang dibuat khusus untuk seluruh narapidana yang menjadi korban dalam insiden kebakaran besar yang terjadi di lapas tempat Kenari di tahan lima Tahun yang lalu.Kebakaran itu banyak merenggut korban jiwa di mana kebanyakan para korban jasadnya sudah tak mampu dikenali lagi karena sudah benar-benar hangus terbakar.Dan salah satu dari korban itu adalah Kenari. Untungnya, dua tahun sebelum kebakaran itu terjadi, Vanilla iku
Setelah empat bulan lebih berlalu, akhirnya Aryan terbangun dari koma.Meski awalnya mental Aryan masih terlihat down akibat kejadian yang menimpanya sebelum ini, namun berkat dukungan dan ketulusan Isna, akhirmya Aryan bersedia untuk dipertemukan dengan Malik.Itupun setelah kondisinya membaik dan sudah dipindah ke ruang perawatan.Sebelum itu, Aryan selalu menolak jika Malik hendak melihat keadaannya ke dalam ruang ICU. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya ketika Malik memasuki ruang perawatan Aryan, pemuda itu pada akhirnya hanya bisa menangis dengan satu kata yang terus menerus terucap dari bibirnya, yaitu kata maaf."Aryan sudah menjadi beban Papa selama ini. Aryan nggak pantas mendapat kasih sayang Papa karena Aryan bukan darah daging Papa, maafin Aryan Pa... Maafin Aryan..." Ucap Aryan saat itu.Malik yang juga tak kuasa menahan tangis langsung memeluk Aryan. "Jangan pernah mengatakan hal itu lagi, Aryan. Sejak awal, kamu itu anak Papa, dan akan seperti itu seterusnya. Oke?" Uca
Seorang lelaki tampak tergesa-gesa berjalan menyusuri lorong rumah sakit.Sebuah pesan yang dikirim seseorang padanya membuat perasaan si lelaki itu was-was dan khawatir luar biasa.Sebab si pengirim pesan mengatakan bahwa dirinya hendak bunuh diri jika si lelaki tidak segera datang menemuinya ke rumah sakit.Lelaki itu pun sampai di lokasi yang diberikan padanya, yakni lokasi di mana si pengirim pesan itu berada saat ini.Kedua bahu lelaki itu mencelos, saat melihat seorang wanita dengan masih mengenakan seragam rumah sakit kini berdiri di atas dinding pembatas rofftop. Tubuh ringkihnya sesekali bergoyang diterpa angin yang bertiup kencang."Ki, turun dari situ Ki! Jangan bertindak konyol Ki!" Teriak si lelaki pada wanita bernama Kinara itu.Kinara menoleh dengan tatapan matanya yang sendu. Wajahnya sudah sembab dengan air mata."Buat apalagi aku hidup? Mas Malik sedang berada di perjalanan ke sini untuk mengantarkan surat cerai! Dia mau menceraikan aku, Linggar! Dan semua itu gara-g