Share

Bertemu Abigail

Bab 62

Max Cafe, sore harinya.

"Mau bicara apa, Bu? Lihat, separuh minumanku sudah tandas." Aku mengaduk isi gelas menggunakan sedotan.

Ibu menatap lurus. Ia mencermati wajahku yang semakin cerah selama tinggal di Jakarta.

"Nak, banyak hal yang mestinya tidak kamu alami. Ibu adalah pihak yang bersalah. Sangat bersalah padamu."

"Pernahkah kau sekali saja membenci Ibu?"

Aku menggeleng. Menyeruput minuman hingga ludes, lantas tersenyum tawar. "Aku pernah kecewa. Pernah menangis, tapi tak pernah membenci siapa pun."

"Kau anak yang baik, Bone. Ibu tahu itu."

"Ibu minta maaf karena tidak mengisi masa kecilmu," ucapnya sendu. "Acap kali Ibu menangis saat memikirkan kesalahan itu."

Aku meraih kedua tangan Ibu, meremas lembut jemarinya. "Jangan selalu melihat ke belakang, Bu. Bukankah aku ke Jakarta untuk menatap masa depan yang lebih baik?"

Ibu mulai terisak. Ia membekap hidungnya dengan tisu. Ingus jernih mengalir di sana.

"Ibu sangat sedih sama kondisimu yang setengah ular itu. Ibu t
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status