Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️u. Kalian ada di hati author Sunny.
"Pengawal, segera menghadap raja untuk mendapatkan izin pembedahan perut putri mahkota!" titah Faridzy kepada pengawal di dekatnya. Segera menyambut perintah tuannya, pemhawal berlari menuju ke aula kerajaan. Beruntung saat dalam perjalanan sang pengawal bertemu raja yang tengah berjalan tergesa-gesa menuju ke ruangan dokter. Setelah mendengar penuturan pengawal Faridzy, raja segera memberikan izin untuk melakukan pembedahan. Jantung Faridzy berdebar dengan kencang. Dia sudah kehilangan Safira, karena itu dia tidak ingin kehilangan lagi. Tidak lama kemudian pengawal Faridzy kembali dengan membawa izin raja untuk melakukan pembedahan. Selanjutnya dokter melakukan pembedahan. Sementara Faridzy tetap menunggu di samping jasad Safira. Setelah cukup lama menunggu akhirnya sang dokter berhasil mengeluarkan seorang bayi laki-laki dari perut Safira. Dengan tangan berlumuran darah, dokter berambut putih menggendong anak pertama Faridzy. Wajah bayi itu sangat mirip dengan Safira, juga ram
Final Alisya bab 60Alisya memandang langit-langit perpustakaan. Wanita itu merentangkan tubuhnya melepas rasa lelah. Bagian bawah matanya terlihat lebih gelap dari biasanya. Waktu Alisya benar-benar tercurahkan untuk membaca buku selama masa hukuman. Meski terlihat berat, tetapi Alisya selalu ingat kepada Arys dan Kalfani. Dengan mengingat mereka Alisya merasa hukumannya tidak seberapa. Satu pekan telah berlalu, itu berarti waktu hukumannya telah usai. Sebentar lagi Dafandra pasti akan datang. Benar saja, pagi itu pintu perpustakaan terbuka. Seorang pangeran tampan berwajah dingin memasuki ruangan. Alisya buru-buru terbangun dan menyambut kedatangan suaminya. "Bagaimana? Apa kamu sudah membaca semua buku?" tanya Dafandra membuka percakapan. "Sudah." Membaca semua buku bagi Alisya berarti membaca beberapa bagian dari setiap buku. Dia tidak mungkin membaca tumpukan buku itu dalam waktu satu pekan. Hanya pada bagian-bagian menarik dan menurutnya penting dari buku itu yang Alisya ba
Lima hari berlalu penyelidikan Arys dan Kalfani kepada Kirila. Kedua pengawal elit membawa dokter muda itu ke hadapan Dafandra. Saat ditemukan, Kirila tengah bekerja sebagai pengajar tenaga kesehatan di kota Tigryzh. Saat dihadapkan dengan Dafandra, pria itu tampak bingung. Dengan tangan terikat ke atas, Kirila berada di ruang bawah tanah kastil Nikyzh. Dia tidak pernah menyangka akan terikat di tempat yang gelap dan pengap seperti ini. "Langsung saja, katakan yang sebenarnya. Apa hubunganmu dengan Pangeran Mahkota Fasya?" tanya Dafandra memulai interogasi. Wajah Kirila sedikit terkejut, kemudian ekspresinya berubah keheranan. "Pangeran Mahkota? Hamba tidak mengerti apa maksud Yang Mulia," jawab Kirila. Dafandra memberi isyarat kepada Kalfani untuk melemparkan cambukan. Dengan patuh pria itu menjalankan perintah tuannya kemudian diiringi suara teriakan Kirila. Alisya yang baru saja mengetahui keberadaan Kirila dari Kiron buru-buru menuju ke ruang bawah tanah. Tetapi Kiron berus
Kirila terdiam, dia tidak mungkin menjawab pertanyaan Dafandra, apa pun yang terjadi. "Bersekongkol dengan orang yang ingin membunuh seorang keluarga kerajaan dan menyebut wanitaku sebagai pelacur. Rupanya kamu memang sudah bosan hidup." Sebuah seringai menyeramkan menghiasi bibir Dafandra. Rasanya dia tidak sabar untuk mencabik-cabik Kirila. "Memangnya apa sebutan yang pantas untuk dirinya? Apakah Yang Mulia yakin wanita itu dan pangeran mahkota tidak pernah melakukan ..." melihat wajah marah Dafandra, Kirila mengurungkan ucapannya, tapi malah tertawa. "Cukup!" teriak Dafandra geram. "Kamu tidak tahu apa pun tentang sodaraku!" lanjut Dafandra. Alisya yang kembali mendengar tuduhan keji Kirila semakin tidak bisa menahan diri. Sang putri bangkit dari lantai, dengan berurai air mata dia pergi meninggalkan ruangan bawah tanah. Kiron segera mengikuti Alisya meninggalkan penjara bawah tanah. Sang kepala pelayan hanya bisa mengantar Alisya hingga depan pintu kamar. Menyadari Alisya t
Pria berambut cokelat yang menjuntai hingga ke dada mengambil sebuah anggur segar dan menikmati kelezatannya. Dia menerawang keadaan Alisya dan Dafandra saat ini. Dia berpikir Alisya dan Dafandra sedang menikmati kebersamaan karena bantuannya. Setelah menelan buah anggur dia tertawa, tetapi juga menyesal karena bukan dirinya yang ada di sisi Alisya. Rasanya sangat sakit bagi pangeran mahkota melihat Alisya diabaikan. Akan tetapi, melukai adik yang dia benci untuk membuat hubungan Alisya dengan suaminya membaik, rasanya tidak buruk. Fasya merasa pangeran kedua memang layang untuk mendapatkan luka itu, sebagai hukuman karena mengabaikan Alisya. "Maaf Yang Mulia, akan tetapi dokter muda itu berhasil di tangkap." Pria berbaju hitam tampak gusar. "Itu bagus. Pria itu bisa dijadikan kambing hitam di hadapan raja." "Bagaimana jika dokter muda itu membuka mulut?" tanya pria berbaju hitam. "Selagi keluarganya ada di tangan kita, pria itu tidak akan berani membuka mulut." Fasya menghela na
Dafandra terdiam memandang pipi Alisya yang basah perlahan. Tanpa sadar tangan pria itu bergerak menuju pipi putih kemerahan milik Alisya. Belum sempat ibu jari Dafandra menyentuh pipi, Alisya segera menepis tangan pangeran dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" Selain basah, mata Alisya juga terlihat merah, memantulkan kepedihan yang teramat dalam. Lagi-lagi Dafandra dibuat tidak mampu berkata-kata. "Jangan sentuh aku, sekali lagi jangan sentuh aku!" Alisya mempertegas ucapannya. "Maaf ..." lirih Dafandra. "Akan tetapi, perlu kamu tahu. Aku tidak pernah menganggapmu pelacur, apalagi jijik terhadapmu. Aku menikahimu karena kesadaran dan keinginanku sendiri." "Lalu apa alasanmu menginginkan pernikahan sandiwara?" "Karena saat itu aku tahu, kamu masih mempunyai perasaan kepada Fasya." Seketika Alisya membeku. Yah, dia memang masih mencintai Fasya saat menikah dengan Dafandra. Bahkan Alisya hampir melepaskan gandengan tangan saat melihat pangeran mahkota datang menghampiri di hari p
Alisya sempat menduga pangeran berambut pirang itu akan memberikan kata-kata manis atau mengutarakan perasaannya. Akan tetapi, yang keluar dari mulut Dafandra lagi-lagi tentang pernikahan politik. Alisya kembali menarik tangan, dengan raut wajah terlihat sinis. "Jangan marah. Aku belum selesai berbicara. Pernikahan politik juga tidak sepenuhnya buruk." Pangeran itu tersenyum simpul. "Bukankah itu berarti pernikahan kita adalah simbol perdamaian? Bukankah itu berarti pernikahan kita direstui banyak orang? Bukankah itu berarti pernikahan kita menjadi berkah bagi kita semua?" Kata-kata Dafandra membuat Alisya terdiam. Pangeran itu memang pandai berbicara. Tentu saja, sebagai seorang berkedudukan tinggi di kerajaan, kemampuan menarik perhatian lawan bicara menjadi sebuah keahlian dasar yang harus dimiliki. Bagi Alisya, ini tidak ada hubungan sama sekali dengan ketertarikan lawan jenis. Dengan kata lain, kata-kata manis itu tidak bisa serta-merta menjadi bukti, kalau pangeran kedua me
"Tuanmu ingin agar kamu memenangkan Turnamen Terbuka Kesatria Margaritaryzh." "Apakah itu seperti perlombaan membunuh orang?" tanya Fayvel masih dengan posisi berdiri terbalik menggunakan kedua tangan sebagai tumpuan."Sebenarnya bukan perlombaan membunuh, hanya saja perlombaan itu berpotensi membunuh peserta yang mengikutinya.""Memangnya, apa yang akan aku dapatkan setelah berhasil memenangkan turnamen itu?""Tuanmu akan mengambilmu kembali. Kamu akan tinggal di kediamannya.""Di mana itu?""Di kota Eliozh, ibu kota kerajaan Margaritaryzh." 'Eliozh?'Fayvel muda yang penuh gairah sangat penasaran dengan ibu kota. Selama ini dia hanya berada di pedalaman bersama gurunya dan beberapa orang murid senior. Dia ingin sekali melihat dunia di luar tempatnya saat ini, oleh karena itu dia giat berlatih untuk menjadi yang terbaik. Setelah usia Fayvel mencapai tujuh belas tahun, dia mendapatkan persetujuan dari sang guru, akhirnya Fayvel melangkahkan kaki keluar dari tempat dia belajar. Langk