Share

153. Butuh Waktu

***

Sarah menghirup udara pagi di balkon apartemennya. Sepanjang perjalanan kemarin saat pulang diantar oleh Kevin, ia hanya diam. Ada gumpalan rasa sesak di dadanya.

Sarah tak mengerti, kenapa ia harus merasa sedih saat mendengar orang lain akan menikah atau berbahagia. Ia pun, seperti perempuan lainnya, ingin diikat oleh janji di hadapan Tuhan.

Lelaki itu hanya mengatakan, "tunggu... tunggu... dan tunggu." Membosankan, bukan? Alasannya selalu karena mantan ibu tirinya, alasan yang sebenarnya tidak seharusnya menghalangi mereka untuk menikah.

Padahal Sarah tidak menginginkan pesta yang mewah atau pernikahan yang menjadi headline news dan membuat kaum hawa iri. Ia hanya ingin menikah sah di mata hukum dan agama, disaksikan oleh orang-orang terdekatnya. Pernikahan impiannya sangat sederhana.

Gadgetnya berbunyi, nama Zeline tertera di layar.

Sarah: Halo, Zeline.

Zeline: Lagi di mana?

Sarah: Di apartemen.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status