Part46. Harus Jujur
Meski Ramdan sudah menyiapkan rumah baru untuk Akira, namun gadis itu tetap saja memilih untuk tinggal di kos. Alasannya, karena permintaan untuk pindah itu terlalu mendadak. Sementara, dirinya juga belum berpamitan dengan Romlah yang bukan hanya dianggapnya sebagai ibu kos saja, tapi sudah seperti orang tuanya juga.
"Mungkin saya belum bisa tinggal di rumah yang sudah bapak siapkan," ucap Akira disela-sela perjalanan pulang usai acara kejutan yang disiapkaan Ramdan.
"Lho kenapa Ra. Kamu tidak suka yah?" tanya Ramdan.
"Bukan begitu pak. Saya suka kok. Hanya kesannya tidak elok. Karena hubungan kita belum resmi secara agama dan hukum. Jadi untuk menghindari fitnah, sebaiknya saya tinggal di kos saja dulu," jelasnya.
&
Part 43. Pemulihan Trauma Tiba di rumah sakit, Ramdan berjalan menyusuri lorong yang masih sepi menuju ruangan VIP Anyelir 05, tempat Akira dirawat. Ia sendiri yang memilihkan ruangan elite itu, dengan tujuan agar Akira dapat pulih dengan cepat. Sebelum ke ruangan, pria itu menyempatkan diri untuk mampir ke kantin rumah sakit. Ia berniat untuk membelikan camilan kesukaan Akira. "Hmmm ... tadi Akira minta dibelikan apa, yah?" gumam Ramdan sambil melihat-lihat isi rak. "Ah ini dia, kripik kentang," pikir Ramdan. Namun saat hendak mengambil makanan tersebut, ada pria lain yang lebih dulu mengambilnya. Kebetulan, stok kripik kentang tersebut sisa satu. "Eh maaf, Mas nya mau ambil kripik kentang itu yah?" tanya Ramdan.
Part 44. Dusta Sesaat setelah Ramdan keluar dari ruangan Akira. Meta pun mulai menanyakan kondisi Akira. Gadis itu perlahan menceritakan kejadian awal dirinya dijebak dan akhirnya bisa ditemukan oleh anggota kepolisian bersama Ramdan. "Oh jadi kamu menerima pesan dari kolom warga lalu mencari alamat itu sendirian?" tanya Meta. "Betul, Mbak. Biasanya kan memang seperti itu. Ini hanya kebetulan orang itu berniat menjebak, makanya kena," sahut Akira pelan. Sari dan Akrom hanya mendengar penuturan kedua wanita itu. "Itulah resiko menjadi wartawan ya, Ra. Apa sebaiknya kamu berhenti saja dari pekerjaan ini?" ucap Akrom sambil menatap Akira serius. Akira dan Meta saling menatap. Menyadari permintaan Akrom yang te
Part 45. Kejutan Untuk Akira Setelah dinyatakan pulih 100 persen, Akira kini diperbolehkan oleh dokter untuk pulang. Lantas hal itu menjadi kabar gembira buat Ramdan. Pria itu langsung mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk pesta kejutan untuk Akira. "Alhamdulillah hari ini Akira pulang. Aku harus memberi kejutan yang manis buatnya," batin Ramdan. Pria itu lantas menghubungi Meta dan Bimo, dua sahabat karib Akira untuk membuat pesta kejutan. Dalam pesta kejutan itu, Ramdan juga berencana untuk memberikan hadiah spesial untuk Akira. "Halo Meta, Akira sudah diperbolehkan pulang, tolong rencana kita kemarin segera jalankan yah. Kamu hubungi Bimo dan anak-anak lain. Ingat, ini acara spesial jangan ada masalah sekecil apapun," pinta Ramdan.
Part 46. Harus Jujur Meski Ramdan sudah menyiapkan rumah baru untuk Akira, namun gadis itu tetap saja memilih untuk tinggal di kos. Alasannya, karena permintaan untuk pindah itu terlalu mendadak. Sementara, dirinya juga belum berpamitan dengan Romlah yang bukan hanya dianggapnya sebagai ibu kos saja, tapi sudah seperti orang tuanya juga. "Mungkin saya belum bisa tinggal di rumah yang sudah bapak siapkan," ucap Akira disela-sela perjalanan pulang usai acara kejutan yang disiapkaan Ramdan. "Lho kenapa Ra. Kamu tidak suka yah?" tanya Ramdan. "Bukan begitu pak. Saya suka kok. Hanya kesannya tidak elok. Karena hubungan kita belum resmi secara agama dan hukum. Jadi untuk menghindari fitnah, sebaiknya saya tinggal di kos saja dulu," jelasnya. &
Part47. Kecelakaan Pagi itu, sehari sebelum berangkat ke Makassar, Ramdan memanfaatkan waktunya untuk mengawasi kinerja para karyawan di kantor. Meski banyak pekerjaan yang ingin ia selesaikan. Ia terpaksa menyampaikan kepada beberapa orang kepercayaannya untuk menghandel kantor selama ia pergi. "Saya akan pergi ke Makasar besok pagi, tolong kirimkan saja laporan harian ke email saya atau group kantor ya. Akan saya pantau dari sana," ucapnya pada Arya dan Andre. Kedua nya adalah pimpinan Redaksi dan Marketing. Ramdan lalu keluar dari kantor, ia sempat berpapasan dengan Gita di lobi kantor. Gadis itu tampak semakin cantik dan modis. Masih tersenyum ramah meski Ramdan tampak tak peduli dengannya, terlebih sejak peristiwa di hotel beberapa waktu lalu. &nbs
Part 48. Duka Akira dan Sari berjalan tergesa menyusuri koridor rumah sakit yang tengah ramai pengunjung. Tiba di depan meja petugas, gadis itu bertanya tentang korban kecelakaan lalu lintas yang baru saja masuk. "Silahkan ke ruang IGD, Mbak. Korban masih dalam penanganan darurat," ucap petugas wanita berseragam putih. Setelah mengucapkan terimakasih, Akira dan Sari bergegas menuju ruang IGD yang terletak di halaman samping rumah sakit. Saat keduanya tiba di depan ruang IGD sudah terlihat beberapa orang berseragam polisi. Termasuk Agus Suseno sahabat Ramdan. Perlahan Akira mendekati pria yang sedang serius berbicara dengan seorang dokter. "Pagi, Pak Agus," sapa Akira dengan mata sembab. "Eh Akira. Maaf saya tidak sempat mengabari kamu. Tadi hanya
Bab 49. Koma Setelah dirawat selama seminggu belum juga ada tanda-tanda Ramdan akan sadar. Hampir setiap hari ada saja orang yang datang menyambangi kami. Berita mengenai musibah itu menyebar dengan cepat. Mereka datang secara bergantian, terkadang relasi kantor Ramdan, termasuk beberapa pejabat tinggi daerah yang mengenal Ramdan secara pribadi. Juga para karyawan kantor. Sebagian menyempatkan datang saat malam hari. Demikian juga Pak Agus sahabat Ramdan. Sementara itu, Om Fatih secara otomatis mengambil alih perusahaan. Ia turun langsung menggantikan pekerjaan putranya. Syukurlah kondisi perusahaan berjalan dengan baik. Tak ada kendala berarti, Andre dan Arya bekerja dengan baik bersama tim lainnya. Berdasarkan diagnosa dokter, Ramdan mengalami koma yang terjadi karena kerusakan sal
Part 50. Keluar Negeri Sudah sepekan lebih Ramdan terbaring koma di rumah sakit. Bahkan beberapa kali kondisinya menurun, sehingga dokter yang menanganinya terpaksa memasangkan alat bantu pernafasan dan pemicu detak jantung. Sementara, Akira yang terus berada disisi Ramdan tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya doa yang selalu ia panjatkan berharap calon suaminya itu cepat sadar dan pulih kembali. "Bos .. ayo bangun! Kamu sudah janji tidak akan meninggalkan aku kan?" ucap Akira sambil mengusap air matanya. Pagi itu, saat tengah menjaga Ramdan, tiba-tiba dokter datang membawa kabar baik. Bahwa untuk mempercepat pemulihan, pasien perlu dibawa berobat keluar negeri. "Bagaimana kondisinya. Apa sudah sadar?" tanya dokter. "Belum dokter. Tidak