Acara berlangsung dengan lancar, kini mereka tinggal menunggu reaksi dari Barma. Arshaka juga sudah mengirimkan mata-mata terbaik yang disebarkan di seluruh penjuru kota.Pesta yang juga diselenggarakan khusus untuk segenap relasi dan koleganya juga untuk memperluas jaringannya. Apalagi kehadiran Jordan Orwell Moses dengan pengakuannya akan cucunya Arshaka serta penyerahan untuk mengakuisisi seluruh perusahaan dari kakek buyutnya, Gabriel Orwell Moses semakin membuat orang-orang yang hadir berdecak kagum dan sebagian pula semakin segan terhadapnya.Setelah berunding dengan Alex, Arshaka pulang dengan Alana. Sedangkan Alex bertugas untuk mengantarkan Bian ke tempatnya dengan selamat.Alex pergi dengan diiringi oleh banyak pengawal untuk memastikan keselamatannya, karena setelah ini mereka harus ekstra waspada akan situasi dan kondisi apapun.Karena tak ada yang tahu, dari mana dan bagaimana Barma akan muncul meskipun Arshaka sudah menempatkan banyak mata-mata.“Tuan Bian, sepertinya ada
Alex langsung menghubungi para pengawalnya. “Apa yang terjadi?” Tanyanya dengan geram.“Kita diserang, Tuan. Kami akan mencoba menghalangi laju mereka agar Tuan bisa secepatnya pergi ke tempat yang aman,” ucap Kepala pengawal.“Kalau begitu, segera gunakan planing B!” titah Alex kemudian melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.“Alea, kencangkan sabuk pengamanmu!” Seru Alex, matanya fokus memperhatikan jalanan.Bian menuruti perkataan Alex dan langsung mengencangkan sabuk pengamannya dengan perasaan cemas.Kendaraan melaju membelah jalanan yang tak begitu ramai meninggalkan para pengawalnya yang sedang baku tembak dengan pasukan musuh.Alex tetap melajukan kendaraannya masih dengan kecepatan tinggi hingga di perempatan jalan dua buah truck telah menunggu kedatangannya.Dan ketika kendaraan yang ditumpangi oleh Alex dan Bian melintas, kedua truck itu mengejar mereka beserta beberapa kendaraan lain yang mengikuti.Bian melihat ke belakang, ketika menyadari mereka diikuti Bian sed
“Cepat siram bedebah itu!” titah lelaki berperawakan tinggi dengan sorot mata tajam, tak lupa senyum miring yang menghiasi bibirnya melihat seorang tawanan yang terikat di kursi di depannya.“Baik, Bos,” jawab anak buahnya lalu mengambil air yang telah disediakan di sebuah ember dekat kakinya itu lantas menyiramkannya secara kasar.Serta merta lelaki yang ditawan itu tersadar dari pingsannya lantas terbatuk-batuk hingga matanya memerah lantas menatap tajam ke arah lelaki yang sedang tertawa menatap dirinya.Suara tawa menggelegar memenuhi sudut ruangan, begitu puas dan terdengar mengerikan tanpa penyesalan.“Barma!”Tawanya semakin kencang manakala ia mengetahui bahwa lelaki di depannya itu mengenali dirinya.“Ya, ini aku. Apa kau terkejut berada di sini? Aku harap kau senang berada di sini, anggap saja rumah sendiri,” ucap Barma dengan senyum mengejek.Barma lantas berjalan mendekat, mengangkat tangannya lantas mengangkat dagu sang tawanan. “Kau memang anjing kesayangan Arshaka yan
"Azalea, kau ... kenapa dengan suaramu?” tanya Barma menyadari suara yang keluar merupakan suara laki-laki.Barma marah. Kemudian ia bertanya dengan dingin dan kelam. “Siapa kau? Berani-beraninya kau menipuku?!”Tangan Barma terangkat lantas menampar pipi Bian dengan keras, ia begitu murka mengetahui bahwa wanita di depannya saat ini hanyalah sebuah tiruan.Seharusnya ia sudah tahu, jika Azalea masih hidup tentulah wajahnya sudah berubah menjadi setua dirinya, namun ia malah menampik hal itu.Barma berpikir sejenak lalu tertawa seperti orang gila. “Aku tak peduli siapa kau, setidaknya kau bisa menjadi mainanku sampai aku bosan memainkanmu,” ucap Barma seraya mencengkeram dagu Bian kuat hingga membuat Bian meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang memerah.“Barma keparat, lepaskan Alea!” seru Alex marah.Akan tetapi Barma malah semakin senang mendengar teriakan Alex, ia melirik ke arahnya sebentar sambil menunjukkan senyum iblis padanya.Barma menyeringai layaknya seorang psikopa
“Azalea, Sayang, mari kita bersenang-senang.” ucap Barma seraya menyeringai, wajahnya bagaikan predator yang siap menelan mangsanya hidup-hidup.Sosoknya yang mengerikan membuat Bian ketakutan. Setelah menanggung rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat cambukkan, sekarang ia malah akan di ruda paksa.Bian menjerit tertahan manakala bagian intinya diterobos dengan paksa. Rasa sakit yang menyengat kembali ia rasakan, seperti pertama kali ia melakukannya dengan Alex.Akan tetapi, saat ini sama sekali berbeda sewaktu ia bercinta dengan Alex yang melakukannya dengan lembut dan penuh perasaan. Apalagi dirinya lakukan atas dasar kerelaan, rasa cinta dan sama-sama bergairah.Namun saat ini, Barma layaknya seekor hewan buas tak berperasaan. Hingga Bian merasakan rasa sakit seakan dirinya seperti terbelah.Tangan Barma juga tak tinggal diam. Ia mencekik, memukul, menampar bahkan menggigit Bian sambil terus menggoyangkan pinggulnya memompa intinya.Alex meraung-raung hingga menangis putus asa meli
“”Kau belum tidur?” tanya Arshaka ketika tiba di dalam kamar tidurnya.Terlihat Alana tengah duduk sambil membaca sebuah buku di tangannya.Alana mengalihkan atensinya ke arah asal suara, lantas tersenyum kecil lalu menutup buku di tangannya seraya menunjukkannya pada Arshaka.“Seperti yang kau lihat, aku masih ingin menyelesaikan novel ini.”Arshaka melangkah mendekat sedikit mencondongkan tubuhnya lantas mengecup kepala Alana.“Ada apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu?” Alana meletakkan novelnya lalu menengadah menatap wajah suaminya.Arshaka tampak ragu untuk memberitahukan rencana penyelamatan Alex padanya. Ia pun memilih duduk di samping Alana meskipun perasaannya campur aduk tak karuan.Alana tersenyum, dengan wajah tenang ia lantas berujar, “Pergilah, aku tak akan pernah mencegahmu menyelamatkannya. Alex merupakan bagian dari keluarga kita, jadi ... “ Alana memegang tangan Arshaka lembut.“Pergilah, selamatkan dia dan berjanjilah padaku bahwa kalian akan kembali dengan selamat
“Kiara, Kau ... bagaimana bisa kau berada di sini?” Alex terkejut melihat Kiara datang. Kiara berdiri beberapa langkah di depan Alex, wajahnya datar tanpa senyuman. Sedangkan netranya menatap tajam ke arahnya. “Kenapa kau terkejut melihatku, Alex? Bukankah seharusnya aku yang terkejut akan kenyataan bahwa kau lebih memilih dia daripada aku?!” Sanggah Kiara seraya menunjuk Bian dengan tatapan murka. “Kiara ... “ Alex menatap Kiara dengan tatapan tak percaya, netra yang selalu menunjukkan kepolosan dan ketulusan sekarang hanya memancarkan kebencian. “Kau tak menjawab, apakah itu berarti kau mengakuinya sekarang bahwa kau mencintai wanita jadi-jadian ini, hah?!” murka Kiara. Alex dan Bian sama-sama terkejut hingga diam terpaku menatap Kiara. Sedangkan Kiara balas menatap Bian dengan dalam dan tajam seakan tatapannya menghunus langsung ke arah Bian. “Kau ... bukankah kau sendiri yang berkata bahwa kau tak akan mengganggu Alex dan mengacaukan hubungan kami? Tapi kenapa kau mengi
“Kia, aku mohon lepaskan Alea. Dia tidak bersalah, kalau kau mau menghukum, hukum saja aku. Aku yang salah,” pinta Alex putus asa. Rasa cemasnya ketika melihat darah segar mengucur dari leher Bian membuatnya kelimpungan.Tak ayal hal itu semakin membuat Kiara muak dan semakin membenci Alea yang telah berhasil menggeser posisinya di hati Alex.“Sudah kukatakan bukan, bahwa Azalea adalah milikku dan kau tak boleh menyentuhnya!” Barma mencengkeram tangan Kiara lalu memelintir tangannya yang membuat Cutter ditangannya terlepas.Bian terduduk lemas, menekan luka di lehernya yang terasa perih.Barma mendorong Kiara lalu menampar pipinya dengan keras. “Dan kau siapa, berani-beraninya memerintahku dan berani bernegosiasi denganku, Bocah!”Kiara memegang pipinya yang terasa sakit, matanya melotot tajam dengan bibirnya yang terbuka lebar. Ia tak pernah menyangka jika Barma telah membohongi dirinya.“Barma keparat, beraninya dengan perempuan. Lepaskan aku, ayo kita bertarung layaknya seorang lel