Share

Bertemu Anjani

Karena semua kejadian itu, membuat Ridwan jatuh sakit dan harus dilarikan kerumah sakit. Anjani yang mengetahui akan hal itu merasa bersalah karena menganggap dialah penyebab ayahnya jatuh sakit. Dia bahkan tidak pernah pergi mengunjungi sang ayah karena merasa tidak sanggup untuk bertemu.

Dikamarnya, dia memandangi foto keluarganya di mana di foto itu dia masih belasan tahun, ia terseyum sendu sambil mengamati ekspresinya yang kala itu terlihat begitu ceria. 

"Aku merindukan masa kecilku, aku rindu dimana aku bisa bermain dan bercanda gurau tanpa harus memikirkan masalah yang aku alami, aku rindu kehidupanku yang dulu, hiks." Ia memeluk foto itu sambil menangis.

______

Di sisi lain, Bryan mengetahui jika Ridwan masuk rumah sakit. Ia pun langsung pergi untuk menjenguknya, namun setibanya disana dia justru mendapat cacian  dari Anita. 

"Apa yang lakukan di sini, apakah sekarang kau sudah puas melihat keluarga ku hancur, hah, kau sudah puas!" Anita berteriak pada Bryan dengan emosi sambil meneteskan air mata.

"Mama, tolong jangan katakan itu, aku kesini untuk melihat keadaan papa." Bryan mencoba memberi pengertian pada Anita. 

"Stop, Jangan panggil aku mama, kau bukan anakku, kau adalah orang asing yang menjadi penyebab kehancuran keluargaku!" Anita lagi-lagi membatah ucapa Bryan. 

Bryan pun terdiam mendengar semua apa yang dikatakan Anita. Dia tidak menduga akan berada dalam kondisi ini, dia disalahkan atas apa yang tidak ia dilakukan.  Oleh karena itu, ia terpaksa meninggalkan rumah sakit dengan perasaan sedih. Namun, seketika ia sadar jika didalam ia tidak melihat Anjani. Ia berasumsi bahwa Anjani saat ini ada dirumah dan merasa jika ini adalah kesamaptaannya untuk bisa bertemu Anjani. 

Tanpa menunda waktu, ia langsung bergegas menujuh rumah Anjani dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya dan ingin mencari tahu siapa dalang dibalik semuanya. Singkat waktu, akhirnya Bryan sampai di rumah Anjani. Bi Imah menyambutnya lalu Bryan langsung bertanya perihal Anjani. 

"Bi, Anjani ada di rumah kan?" 

"Iya den, non Anjani ada di kamarnya." 

Setelah mendapat jawaban dari bi Imah, Bryan langsung bergegas kekamar Anjani dengan tergesa-gesa, dan kebetulan pintu kamarnya tidak dikunci hingga memudahkan Bryan untuk masuk kedalam. Akan tetapi pada saat masuk dia tidak melihat Anjani yang ternyata ada di balkon kamarnya, untunglah Bryan langsung ngeh dan perlahan-lahan berjalan menuju balkon. 

"Anjani!" Ujarnya yang langsung menyebut nama.

Mendengar ada yang memanggilnya, sontak Anjani melirik ke arah Bryan dan terkejut saat melihatnya. Empat mata saling bertemu dan memandang satu sama lain untuk beberapa saat.  Mata Anjani berkaca-kaca hingga air matanya menetes yang langsung terkuai lemas di hadapan Bryan. Spontan Bryan langsung duduk dan memeluknya. 

"Anjani!" Ujarnya sekali lagi. 

"Maafkan aku hiks, maaf!" Anjani terus mengucap kata maaf. 

"Tidak, ini bukan kesalahanmu, ini kesalahanku." Bryan justru menyalah dirinya. 

Ia kemudian melepaskan pelukannya dari Anjani, dan langsung menyeka air matanya lalu menghiburnya.

"Sudah jangan menangis, kata padaku siapa dia aku tidak akan mengampuninya?" Tanya Bryan. Anjani yang terseduh berusaha untuk mengatakannya, tapi entah kenapa mulutnya terasah berat untuk menyambut nama Rahtore. 

Bryan tahu akan kondisi pacarnya, ia pun tidak memaksa Anjani untuk mengatakannya. Ia kemudian menuntun Anjani untuk duduk di kursi dan kembali mencoba membuatnya tenang. Dengan sabar ia menunggu Anjani tenang, melihat wajah sendu sang kekasih hampir membuatnya menetaskan air mata juga, akan tetapi dia berusaha untuk tegar di hadapan Anjani.

Hampir 1 jam ia menunggu dan akhirnya Anjani pun berhenti menangis. Ia lalu menatap wajah Bryan dengan tatapan seperti orang yang minta tolong dan sekali lagi ia menjatuhkan dirinya kedalam pelukan Bryan.

"Kenapa semua ini terjadi padaku." Ujar Anjani.

Bryan hanya terdiam karena tidak tahu apa yang akan Ia katakan. Dia hanya mengelus kepala Anjani. 

"Aku berjanji akan memberi pelajaran ke orang yang sudah melakukan ini padamu, aku berjanji." Dengan perasaan marah Bryan mengatakan itu. 

"Aku takut Bryan,aku takut,  kehidupan ku kini telah hancur." Ujar Anjani.

"Jangan katakan itu, Aku akan selalu ada untukmu, melindungimu, kau jangan pernah berpikir tidak ada orang yang peduli denganmu aku ada di sini." Bryan menghibur Anjani. 

"Semua orang menganggap ku wanita murahan, aku sudah tidak tahan lagi, Bry!" Ujar Anjani.

"Apa yang kau katakan,  biarkan mereka mengatakan hal buruk tentang mu, tapi aku akan selalu ada di pihak mu, katakan sayang siapa orangnya, aku benar-benar tidak akan mengampuninya." Ujar Bryan dengan tegas. 

"Jangan Bry, dia bukan orang biasa, bajingan itu bukan orang biasa."  Ujar Anjani. 

"Maksudnya, kau katakan saja, meskipun dia presiden sekalipun, aku tidak akan mengampuninya." Bryan terus memaksa Anjani. 

"Hiks, dia adalah Rahtore sing, hiks!" Anjani kembali menangis kala menyebut nama itu. 

Bryan melotot saat mengatahui orang yang telah melecehkan kekasihnya adalah gengster terkuat di kota ini bukan karena takut dia justru semakin marah.

"Rathore Sing!!!" Gumamnya dengan api dendam yang seketika menyala.

Hingga tiba-tiba, Anita memergoki Bryan ada bersama Anjani dan terlihat dia begitu sangat marah. 

"Kau, lancang kau datang kesini di saat kami tidak ada di rumah, plak!" Anita langsung menarik Bryan dan menamparnya. 

"Mama!" Anjani terkejut hingga ia menutup mulutnya. Sedangkan Bryan hanya diam menerima tamparan itu.

"Berani-beraninya kau datang menemui putriku setelah kau menghancurkan hidupnya!" Bentak Anita. 

"Mama, Bryan__." Ucapan Anjani langsung di hentikan oleh Anita.

"Diam, kau masih membelanya, padahal jelas-jelas dialah orang yang membuatmu  seperti ini. Tidak, kau harus  keluar dari sini." Anita langsung menarik tangan Bryan dan mengusirnya pergi. Tapi Bryan tetap diam menerima semua itu, Anjani mencoba menghentikan ibunya namun sia sia.

Setelah Bryan sudah berada di luar rumah, Anita langsung menutup pintu dengan kasar. Dan terpaksa Bryan pergi dari sana. 

____

"Mama, kenapa mama seperti itu pada Bryan, dia tidak bersalah." Anjani mencoba membela Bryan. 

"Anjani, apa kau sudah tidak waras, dia penyebab kau seperti ini, keluarga kita hancur, reputasi kita hancur dan sekarang papa terkapar di rumah sakit, itu semua karena Bryan, apakah kau tidak peduli pada kami lagi, semua terjadi juga karena dirimu!" Anita berkata dengan emosi, hingga tanpa sadar dia menyakiti hati putrinya. 

Anjani dengan perasaan sedih berlari kemarnya, dan itu membuat Anita menyesal dengan ucapannya. 

"Sayang maafkan mama, mama tidak bermaksud mengatakan itu." Anita mengejar putrinya untuk meminta maaf, akan tetapi Anjani sudah lebih dulu menutup pintu kamar dan menguncinya. 

Anita merasa bersalah dan terus membujuk putrinya namun Anjani tidak menghiraukannya, dia terlanjur sakit hati dengan ucapan ibunya.  Lalu bagaimana caranya Anita tahu kalau Bryan ada di rumahnya?.

Setelah Bryan pergi ke kamar Anjani, bi Imah langsung menghubungi Anita untuk memberitahukannya. Dan saat mengatahui itu, Anita langsung memutuskan pulang. 

_____

Bryan akhirnya mengetahui dalang dibalik semua kejadian ini, dia begitu sangat marah dan langsung mendatangi markas Rahtore. Saat tiba di sana, ia terkejut melihat semua anak buah Rahtore memegang senjata api di tangannya. Benar yang dikatakan Anjani, tidak mudah untuk bisa mengalahkan gengster ini.

"Brengsek, pengecut itu bersembunyi dengan memgagalkan anak buahnya, aku harus menyusun rencana untuk bisa bertemu langsung dengannya. Tunggu pembalasanku Rahtore, kau telah mengahancurkan hidup orang yang aku cintai, aku juga akan mengahancurkan hidupmu." Kecam Bryan, setelah itu dia pergi dari tempat tersebut. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status