Bella tercekat ketika melihat ada pemimpin perusahaan Velopmant Group yang menghampiri Diki dan anaknya.Saat ini posisi Diki sedang di pegang oleh tangan anak dari pemimpin perusahaan itu, dan pemimpin perusahaan itu menatap tajam ke arah Diki.Diki terkesiap dan gemetaran ketika melihat tatapan tajam dari ayah wanita yang telah bertabrakan dengannya tadi.Wanita muda itu pun mengatakan semuanya kepada ayahnya itu. Dia ingin menjadikan Diki babunya satu hari ini untuk menebus kesalahannya. Padahal hanya kesalahan tabrakan kecil saja bisa sampai harus seperti ini? Maklum anak orang kaya.Dan pria yang menjadi pemimpin Velopmant Group itu pun terlihat menyetujui dengan apa yang telah dikatakan oleh anaknya."Kamu dengar? Apa yang dikatakan oleh anak saya, kamu harus menurutinya!" titah pria pemimpin perusahaan itu, lalu mengusap pucuk kepala wanita di depannya sambil melangkah pergi."Baiklah, mulai sekarang panggil saya Nona Aiko!" suruh wanita muda itu sambil menggusur tubuh Diki aka
Setelah Aiko pergi, Diki pun langsung menyelinap ke ruang kerja ayahnya Aiko. Diki sempat bertemu dengan beberapa maid yang ada disana, tapi dengan sigap Diki pun bersembunyi di balik pilar-pilar yang ada di ruangan itu, sehingga para maid yang berlalu-lalang kesana kemari pun tidak bisa melihat Diki yang berjalan ke arah ruangan kerja Pak Hachiro. Diki pun saat ini sudah berada di depan ruang kerjanya ayah Aiko. Diki mencoba untuk membuka sedikit celah pintu tersebut untuk mengintip. "Terus siksa dia! Sampai dia mengatakan tentangnya!" Diki mendengar pria paruh baya itu mengatakan itu terhadap ponselnya.Mendengar apa yang telah ia dengar, membuat Diki menganalisa kalau yang pria tua itu maksud adalah Pak Harianto. Karena, waktu Diki menyelamatkan Pak Harianto di jalan waktu itu, Diki juga mendengar para penjahat itu menanyakan tentang keberadaan seseorang. Ayah Aiko itu terlihat menoleh ke arah pintu. Diki pun dengan sigap langsung bersembunyi dan menempelkan badannya di dinding
Diki mengintip diam-diam ke dalam gua tersebut. Dan ia melihat pria paruh baya yang pernah ia tolong sedang diikat oleh tambang besar seperti salib. Diki pun bersyukur karena ternyata Pak Harianto itu masih hidup. Hanya saja ternyata dia dikurung di dalam gua dan disiksa seperti ini. Sungguh kejam Pak Hachiro yang telah mengurung dan menyiksa Pak Harianto dan dia lah yang menjadi dalang dalam semua ini.Diki penasaran dengan apa yang Pak Hachiro inginkan sampai bisa berbuat seperti ini? Kasihan Bella, kalau dia tahu ayahnya dikurung dan disiksa seperti ini, pasti hatinya sangat hancur.Diki pun memukul batu dengan tangannya yang ada di hadapannya yang menjadi tempat dirinya bersembunyi sekarang. Diki geram melihat pak Harianto yang terus ditampar oleh Pak Hachiro, rasanya ia ingin langsung menyelamatkan Pak Harianto sekarang juga, tapi ia harus berpikir agar bisa membebaskannya tanpa ketahuan oleh mereka. Diki pun berpikir sejenak bagaimana caranya untuk menyelamatkan Pak Harianto.P
Bella cemas akan keadaan Diki dan ia pun menghubungi nomor ponselnya. Saat sedang berbicara lewat telepon tiba-tiba saja ada suara senjata api yang terdengar di ruang tamu."Arghhhh!!!" Bella menjerit karena terkejut dan langsung mematikan ponselnya.Di tempat Diki ia terkesiap bukan main karena mendengar kalau Bella sudah menjerit barusan. Hatinya cemas, dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi terhadap Bella?"Bell? Bella? Apa yang terjadi disana, Bella?" tanya Diki terhadap ponselnya yang ternyata panggilannya sudah terputus.Diki menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Lalu, kembali menelpon ke nomor Bella.Setelah beberapa kali menelepon, tapi sayang nomor Bella sudah tidak bisa di hubungi lagi dan Diki pun menjadi semakin panik saja."Alvin? Ya aku harus menghubungi nomor ponsel Alvin," gumam Diki berniat untuk menghubungi nomor Alvin.Diki pun mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Alvin dan syukurnya ponsel Alvin bisa dihubungi.Diki menceritakan semua tentang Bella yang men
Diki terkesiap mendengar apa yang telah dikatakan oleh Pak Harianto. Kalau memang Diki bukan siapa-siapa? Kenapa juga Bi Ina menyuruhnya datang ke kota? Diki pun dibuat kesal dengan semua teka-teki ini."Kalau memang itu kenyataannya? Untuk apa saya datang kemari dan harus menemui bapak? Saya disuruh oleh Bi Ina datang kemari karena bapak lah yang bisa menerangkan siapa jati diri saya yang sesungguhnya?" tanya Diki penuh dengan penekanan, lalu ia membenturkan kepalanya ke stir mobil karena merasa sangat kesal. Niatnya datang ke kota ingin merubah nasibnya yang suram di desa dan ingin mengetahui tentang apa yang telah Bi Ina katakan itu ternyata hanya membuang-buang waktu saja. Terus sekarang bagaimana kalau sudah begini? Kenapa juga bisa seperti ini? "Mahira … dengan semua rasa letih dan rinduku jauh darimu nyatanya aku masih belum bisa merubah nasibku," gumam Diki akhirnya menangis sambil mengingat Mahira.Pak Harianto juga kasihan karena sudah mempermainkan Diki. Sebenarnya memang
"Apakah yang dikatakan ini yang sebenarnya?" tanya Diki, ia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang telah dikatakan oleh pria paruh baya itu kepadanya.Pak Harianto pun memegangi wajah Diki."Sembunyikanlah wajah tampan ini, matamu yang berwarna hazel, hidung, dan dagu ini mirip sekali dengan Pak Wisnu Mahes. Dialah ayahmu," terang Pak Harianto jujur. Diki tersenyum dengan keadaan yang mempermainkan dirinya. Diki memandang ke arah langit yang sudah gelap tanpa ada sebuah bintang disana lewat kaca depan mobilnya. Bi Ina pernah mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Budi dan ibunya bernama Wina. Tapi, mengapa semuanya jauh berbeda? Diki begitu merasa di dalam sebuah mimpi."Saya tidak tahu kenapa Hachiro sekarang terus menanyakan soal dirimu. Dia bahkan menculik saya karena dia menyangka kalau saya tahu dan menyembunyikan kamu, Tuan!" terang Pak Harianto memanggil Tuan mudanya dengan nama tuan."Kalau memang benar seperti itu? Kenapa saya di desa hidup dengan pas-pasan serta menjadi
Diki dan Harianto sampai di kediaman rumah Bella, anak dari Pak Harianto.Saat memasuki rumah itu, terlihat istri Pak Harianto yang sedang menangis pilu dan merintih di hadapan suaminya."Suamiku, putri kita diculik oleh para penjahat itu, gara-gara engkau bisa terbebas," ucap Istri dari Pak Harianto bersimpuh di hadapan Diki dan Pak Harianto yang baru masuk ke dalam rumah.Hati Pak Harianto begitu terluka dan ketakutan, ia takut akan hal buruk yang terjadi terhadap putrinya. Pak Harianto tidak bisa membayangkan kalau putrinya akan disiksa seperti dirinya. Jangan sampai putrinya menderita dan merasakan sakit. Tubuh Pak Harianto pun ambruk ke lantai.Sedangkan Diki ia tertegun dan terkesiap mendengar kabar kalau Bella ternyata juga sudah dibawa oleh para penjahat menyebalkan itu. Diki geram dengan tangan yang dikepal kuat-kuat karena merasa sangat emosi jiwa."Suamiku? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa engkau diculik dan disiksa?
Diki berterima kasih kepada Pak Harianto dan Bi Ina yang telah menyelamatkan dirinya. Andai kalau Pak Harianto tidak melakukan itu, mungkin Diki sudah tiada dari kecil. Dengan bersembunyi seperti ini, Diki sudah bisa tumbuh menjadi dewasa dan bisa membalaskan dendamnya."Saya harap Tuan muda bisa mewujudkan balas dendam Tuan muda. Walaupun ada rasa ketakutan dan kecemasan di hati saya karena kondisi kita tidak mungkin bisa melawan komplotan Hachiro yang begitu banyak dan berkuasa."Diki memikirkan cara dan dengan cepat Diki bisa menemukan ide. Keturunan dari keluarga Mahesh tidak main-main, kemampuan IQ yang tinggi membuat Diki cepat berpikir."Tenang saja, Paman. Aku langsung menemukan ide untuk memulainya. Hanya saja kita harus bersabar untuk menyelamatkan Bella, dan kita harus segera bersembunyi dari tempat ini, kita harus pindah dengan cepat dan menyamar!"***Di tempat Alvin ia menggerutu kesal karena tidak bisa