Sudah satu minggu Abizar dan Gea bertunangan, dan kurang satu minggu lagi Gea dan Abizar resmi menjadi sepasang suami istri.Gea rasanya frustasi. Dia sudah tidak menemukan ide untuk menggagalkan pernikahannya dengan Abizar. Sampai-sampai pagi tadi dia sempat berpikir untuk berpura-pura sakit keras agar pernikahannya bisa ditunda, sambil menunggu Melly pulang dari London.Tapi masalahnya sakit apa kiranya yang masuk katagori sakit keras dan bisa menunda rencana pernikahannya bahkan kalau bisa menggagalkan pernikahannya?"Kenapa Lo diam terus? Sariawan?" tanya Abizar yang menatap heran calon istrinya. Mereka berdua kini berada di mobil Abizar setelah tadi menikmati makan siang di Alina Gump bersama Livy, Thabita, dan tim EO wedding mereka untuk membahas beberapa hal.Gea hanya menggeleng. Rasanya dia tidak punya energi membalas ucapan-ucapan Abizar. Moodnya terjun bebas mengingat harapan satu-satunya untuk membatalkan pernikahan sedang berada di London dan entah mengapa menjadi sangat
"Set dah, yang lebih mesra bisa 'kan?" seru Luna pada Gea dan Abizar. Kini kedua calon pengantin itu sudah berada di studio foto milik Luna. Keduanya harus melakukan sesi pemotretan prewedding untuk kepentingan background beberapa sudut dekorasi pernikahan mereka. "Sorry ya, Kak Dito. Kayaknya Kakak gue sama calon suaminya masih malu-malu mau," ujar Luna pada fotografer yang dia pilih untuk pemotretan prewedding Gea dan Abizar. "Hahaha. Iya nih dua-duanya masih malu-malu kayaknya. Putar lagu-lagu romantis dong supaya kedua calon pengantin kita yang serasi abis ini kebawa suasana. Jadi wajah mereka lebih mengekspresikan cinta mereka yang sebenarnya sudah terlihat dari sorot mata keduanya," Dito mulai mencoba membangun suasana romantis untuk Gea dan Abizar. Aelah, sok tau amat sih fotografer satu ini. Lagian mau gimana lagi sih? Aku dan Abizar sudah nempel kayak perangko gini sedari tadi, masih kurang romantis apalagi sih? Tidak disangka, tidak dinyana, dan tidak diduga, sebelum lagu
Pernikahan sudah di depan mata. Kini Gea sedang duduk cantik di sebuah kursi. Dia sudah dua jam duduk dalam posisi yang sama. Di hadapannya ada cermin besar yang dipenuhi bohlamp berwarna putih. Di sisi kanannya tampak seorang MUA ternama tanah air yang dalam sekali menggunakan jasanya harus merogoh kocek dua puluh lima juta rupiah. Karena Gea menggunakan jasanya untuk akad nikah di pagi hari dan resepsi di malam hari maka dia harus merogok kocek lima puluh juta rupiah. RALAT, bukan Gea yang merogok kocek, melainkan Livy, karena Livylah yang membayar, hehehe. Sedangkan untuk tatanan rambut, Livy sudah memilih hair stylist ternama langganan para selebritas Tanah Air. Setelah make up-nya paripurna, rambut Gea mulai disasak kemudian dipola sedemikian rupa hingga membentuk sanggul sederhana. Gea memang meminta Livy untuk menggunakan konsep modern pada penampilannya. Mulai dari kebaya bergaya modern, make up flawless kekinian, hingga tatanan sanggul di rambutnya yang minimalis modern kala
Livy dan Nathan sudah berada di pintu masuk ballroom tempat diadakannya acara pernikahan Gea dan Abizar. Sebuah ballroom di salah satu hotel mewah di Jakarta yang sahamnya 85% adalah kepemilikan Edgar, Papa Abizar. Hotel inilah yang minggu depan akan menjadi hak milik Abizar sebagai hadiah dari Edgar dan Thabita atas pernikahannya dengan Gea.Abizar yang datang didampingi Edgar di sisi kanannya dan Thabita di sisi kirinya berjalan dengan gagah ke arah calon mertuanya. Kemudian dengan hangat Nathan dan Livy mengambil alih posisi Edgar dan Thabita. Keduanya menggiring Abizar menuju meja akad nikah.Tak lama prosesi ijab qabul dimulai. Semua wajah tampak tegang. Tak terkecuali Abizar. Sedari berangkat dari rumahnya, jantung pria tampan itu jedag jedug tidak karuan. Aelah, katanya menikah karena dendam, katanya sudah gak cinta, tapi sekarang mau ijab qabul dia malah gugup setengah hidup."Abizar Belver Permadi, Saya nikahkan dan kawinkan Kamu dengan anak kandung Saya, Gea Liberty Kiswoyo
Malam harinya, resepsi pernikahan secara megah diselenggarkaan di tempat yang sama. Abizar dan Gea tampil layaknya pasangan serasi yang sangat bahagia. Hanya segelintir orang yang tau bagaiamana suasana hati mereka yang sebenarnya kali ini. Salah satunya adalah Luna, adik kesayangan Gea.Wanita yang sedang hamil muda itu berkali-kali menatap sendu ke arah kakak dan kakak iparnya. Berharap keduanya benar-benar akan bahagia seutuhnya dan secepatnya. "Kok wajahnya melow sih?" bisik Tama ke telinga istri ciliknya. "Kan harusnya bahagia melihat Gea dan Abizar menikah."Luna tersenyum sejenak sebelum merespon ucapan sang suami. "Semoga mereka selalu bahagia ya, Mas.""Pasti. Abizar pasti akan membahagiakan Gea."Dih, suami tampannya ini belum tau saja motif Abizar menikahi Gea. Balas dendam! Bayangkan, Balas Dendam! Lalu dari mana Gea bisa bahagia? Ah, setiap mengingat itu rasanya Luna ingin menjejali mulut Abizar dengan cabe rawit 1 kilogram."Masih banyak tamu yang akan menyalami Kami?"
Ada rasa dongkol di hati Nathan ketika melihat anak sulungnya seintim itu dengan Abizar. Walau mereka sudah sah menjadi suami istri, namun tetap saja sebagai ayah rasanya masih tidak rela melepas sang anak seutuhnya menjadi milik pria lain selain dirinya. Apalagi menyadari kini Gea harus menjadikan pria itu sebagai pusat dunianya.Jangankan melihat Gea, melihat Luna yang sudah satu tahun menikah dengan Tama saja Nathan terkadang masih kepanasan. "Sekarang dua anak Kita sudah bukan hak milik kita lagi," lirih Nathan pada Livy."Aelah, Mas kenapa melow sih? 'Kan dua anak kita menikah dengan pria yang disukai mereka, sejak remaja pula. Mereka berdua menikah dengan cinta pertama dan cinta satu-satunya mereka, Mas. Jangan melow ginilah! Lagian kalau mereka tetap menjadi milik kita seutuhnya artinya mereka gak nikah-nikah dong. Apa Mas mau mereka jadi perawan tua?" Livy berusaha seriang mungkin untuk menghibur suaminya yang sedang masuk mode melow-melow sendu ini."Ya gak gitu juga, Sayang.
Abizar memilih menghabiskan malam di sofa panjang yang berada di kamar pengantinnya bersama Gea. Tidur di sebelah Gea jelas damage tersendiri untuknya. Padahal Gea menggunakan piyama panjang yang tertutup, namun entahlah, otak Abizar tetap saja bertamasya kemana-mana. Apalagi ketika aroma mawar menyeruak dari tubuh sang istri, lonjakan hormon testosteronnya semakin menjadi-jadi.Dia bersikeras untuk tidak menyentuh istrinya itu. Dia berusaha mengingat semua kekesalan Gea padanya. Semua penghianatan perempuan cantiknya itu 7 tahun silam. Dia berharap dengan mengingat semua itu bisa menekan kenaikan hormon testosteronnya.Gea sendiri tidak peduli. Malah jauh lebih baik Abizar tidur di sofa seperti itu untuk saat ini, sejujurnya dia masih kikuk harus berbagi ranjang dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya sejak pagi tadi itu. Walau sebenarnya dia ingin sekali tidur sambil dipeluk-peluk manja oleh Abizar, hehehe. Apalagi dada bidangnya itu loh, Lord, menggoda sekali.Ah, besok mungkin
Keesokan paginya, Gea yang sudah bangun terlebih dulu daripada sang suami memilih untuk segera membersihkan diri. Setelah dia sudah cantik dengan dress floral berwarna sage dan liptint merah mudanya, bergegas ia membangunkan sang suami."Mas ... " lirih Gea. Mereka berdua harus sarapan bersama Papa Edgar dan Mama Thabita pagi ini. Kedua mertuanya mengatakan bahwa ada beberapa hal yang akan disampaikan sebelum kedua mertuanya itu berangkat ke London siang ini untuk urusan pekerjaan sekaligus liburan. Set dah, yang pengantin baru siapa, yang liburan siapa.Gea sendiri baru akan berangkat bulan depan bersama Abizar untuk bulan madu mereka, ah tidak tidak! Bukan bulan madu, melainkan bulan racun sepertinya, kecuali dalam waktu satu bulan dia sudah bisa menaklukkan hati Abizar. Ah, sepertinya sulit. Melihat malam pertama mereka saja dilalui dengan tidur terpisah seperti ini. Bau-baunya bulan madunya benar-benar akan menjadi bulan racun, HUFT!Bulan depan rencananya Gea akan pergi selama ti