Sesudah pertemuan, Alex dan Leo masuk kesatu restoran yang ada didalam hotel.
"Bro, kenapa wajahmu kusut?" tanya Leo.
Alex diam, tangannya memainkan asbak yang ada diatas meja depannya.
"Wow...!" Leo gemas melihat Alex, sehingga mengeluarkan suara yang keras.
"What ?" Jengkel Alex, karena kaget mendengar suara Leo.
"Kau tidak mendengar apa yang kukatakan sedari tadi ?" Tanya Leo.
"Dengar, apa kau kira aku tuli !" ujar Alex.
"Kenapa kau diam saja, kau sepertinya sudah tidak bernyawa lagi !"
"Kemana kau semalam? Ponsel mu tidak aktif. Apa kau turun tangan sendiri mencari gadis itu ?" Tanya Leo.
"Aku menemui gadis itu," sahut Alex.
"Gadis yang mana lagi, apa aku mengenalnya? Apa kau jatuh cinta lagi?" Tanya Leo
"Mia, aku menemukannya."
"Oh..
Perasaan Jesi sangat gembira, karena telah membalaskan sakit hati yang dilakukan oleh Alex kepada Rania. Walaupun hanya menyiram Alex, tetapi itu sudah membuat Alex malu. Karena dilakukan Jesi didepan umum. "Aku belum puas! Itu baru awal pria brengsek ! hati-hati kau. Aku akan menyiram mu kembali, itu baru juice. Nanti aku siram kau dengan air mendidih!" Omel Jesi sembari berbaring ditempat tidurnya. "Apa akan ku ceritakan kepada Rania, bahwa aku bertemu dengan pria tersebut? Kalau aku ceritakan, Rania akan teringat kembali dengan pria jahanam itu. Tidak! Aku tidak akan mengatakan kepada Rania, aku tidak ingin Rania akan mengingat pria brengsek itu lagi ," ucap Jesi yang berbicara sendiri dalam kamar. Di Singapura, kondisi Arumi semakin menunjukkan kearah yang positif. Membuat perasaan kedua orangtuanya sedikit bahagia, karena mereka mengharapkan. Ada mukjizat yang akan menghampiri Arumi, dan Arumi bisa sadar kemba
Rania sangat gembira, karena usaha toko roti yang dirintisnya dari nol. Akhirnya mulai dikenal oleh masyarakat, walaupun dengan mulai dikenalnya toko rotinya. Membuat kesibukannya meningkat, tetapi Rania tidak keberatan. Karena ini yang diinginkannya, dengan keberhasilannya ini. Rania bisa mulai menabung untuk masa depan dia dan anaknya kelak. "Ada apa ini, kenapa gembira sekali? Ada yang menang lotre ya ?" Bude Maria keluar dari bagian ruangan dapur khusus untuk membuat roti , kedua tangan bude Maria memegang roti yang baru keluar dari dalam oven. Wangi harum roti yang masih hangat semerbak memenuhi toko roti. "Bude! Toko roti kita makin banyak mendapatkan pesanan, lihatlah!" Wajah Rania gembira seraya menunjukkan kertas pesanan yang diberikan oleh Niko kepadanya tadi. "Benarkah?" Tanya bude Maria. Bude Maria membaca daftar pesanan tersebut, terlihat sumringah dibibir bude Maria. "Puji Tuhan!" Ucap syukur bude Ma
Yami menatap wajah Bu Dian dengan terheran-heran, selama ini dia mengira Bu Dian orang yang pendiam. Ternyata Bu Dian bisa juga marah, saat ini Bu Dian seperti orang yang berbeda. Yami mengira Bu Dian orang yang mempunyai kepribadian ganda. Suara Bu Dian yang keras, karena terlalu bersemangat mengeluarkan uneg-unegnya. Membuat pelayan yang mendengar keributan didepan pagar depan, sontak berlari menuju kedepan rumah. Mereka ingin lihat, siapa yang berbicara dengan sangat berapi-api didepan. Melihat Bu Dian yang berbicara dengan nada yang keras, para pelayan juga heran. Tetapi begitu melihat siapa lawannya berbicara, para pelayan maklum. Karena mereka melihat orang yang menjadi lawan Bu Dian bicara adalah Mia, orang yang telah membuat Nona majikan mereka terbaring koma selama berbulan-bulan. "Mau apa iblis betina itu datang ?" bisik pelayan baru datang kepada Yami. "Iblis betina? Kau mengenalnya?" Tanya Yami?" Yami melirik
Berita mengenai sadarnya Arumi sudah sampai kepada Alex dan Leo, keduanya sangat gembira. Tapi karena mereka baru saja tiba dari Singapura, dan tugas kantor sudah menumpuk. Akibat keduanya libur dua hari saat mengunjungi Arumi, sekarang ini mereka tidak bisa mengunjungi Arumi begitu adiknya itu sadar. "Akhirnya, ada berita gembira juga Bro!" Seru Leo sembari masuk kedalam ruangan kantor Alex. "Tapi aku belum bisa mengunjunginya." Terdengar sedih dari nada bicara Alex. "Pergilah, aku yang akan menghandle semua pekerjaan disini. Dan Josh juga bisa membantuku, jangan khawatir. Perusahaan kau tinggalkan satu dua hari tidak akan kolaps," kata Leo. "Kau tidak mau ikut?" Tanya Alex. "Kau saja dulu, setelah pekerjaan tidak terlalu banyak lagi. Baru aku kesana" kata Leo. "Baiklah, aku akan pulang secepatnya," kata Alex. Hari itu juga Alex berangkat ke Singapore, jam tiga sore waktu Sing
Dokter Rianti masih menggerakkan kursor USG di perut Rania, terlihat baby Rania menggeliat. Seakan-akan dia tahu sang pemberi tempat dia bernaung sedang melihatnya saat ini. "Lihatlah! Dia menunjukkan bahwa dia nanti akan menjadi pelindung Mamanya" kata dokter Rianti yang mengatakan bahwa baby Rania sudah pasti seorang bayi laki-laki, walaupun pada pemeriksaan bulan lalu. Dokter sudah mengatakan baby dalam kandungannya baby boy, dan pemeriksaan kali ini. Sang baby benar-benar menunjukkan jenis kelaminnya. "Sungguh Dok? Apa tidak akan bisa berubah lagi?" Tanya Rania. Karena dia ada membaca, jenis kelamin baby sering berubah. "Tidak Bu Rania, sebenarnya. Jenis kelamin tidak bisa berubah, bisa saja saat dilakukan USG. Belum begitu kelihatan jenisnya, hanya diterka-terka saja, ini sudah jelas Bu Rania. Baby boy" kata dokter Rianti. "Bude, baby boy bude," ucap Rania kepada budenya, dengan
Alex berlalu dari depan kaca kantornya, tempat dia memandang. "Apa maksudnya Lex? Ceritakan, jangan buat aku semakin penasaran!" Seru Leo. "Arumi sudah menceritakan semuanya" ujar Alex sembari meletakkan bokongnya di sofa, tangannya mengelus keningnya yang terasa pusing tiba-tiba. "Cerita apa?" Leo semakin penasaran. "Ternyata, pria itu tidak bersalah." "Siapa? Pria yang mana?" Tanya Leo tidak sabar, untuk mendengar ucapan Alex selanjutnya. "Ayah Rania," ucap Alex dengan suara yang lirih, raut wajahnya terlihat penyesalan yang mendalam. "Apa? Arumi cerita apa Lex?" tanya Leo. "Arumi saat itu ingin mengakhiri hidupnya, dia yang menabrakkan diri ke mobil ayah Rania. Bukan ayah Rania yang menabrak Arumi." Cerita Alex. "Shit..shit .!" Umpat Leo yang kecewa mendengar apa yang dikatakan oleh Alex. Dia tidak mengira, Arumi. Gadis yang periang, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup. Hanya gara-gara seor
Rania masuk kembali kedalam toko, dengan membawa pesanan pelanggan. "Sarah, ini pesanan meja nomor 2 ." Rania memberikan catatan pesanan kepada Sarah yang bekerja di bagian dapur. "Baik mbak" sahut Sarah sembari mengambil catatan pesanan dari tangan Rania. "Ran, istirahat dulu. Dari tadi kamu itu mondar-mandir terus, bude takut nanti brojol itu kandungan mu sebelum waktunya" kata bude Maria. "Bude, Rania disuruh banyak bergerak. Biar nanti lahirannya lancar" jawab Rania sambil mengusap-usap perutnya yang terlihat sudah semakin besar. "Banyak bergerak, tapi bukan seperti kamu ini. Tidak ada istirahatnya, ini minum susunya. Kamu ini selalu lupa untuk minum susu, nanti baby-nya lahir kurang gizi" ucap bude Maria, dan memberikan susu yang dibawanya dari dapur. "Bude, masa kurang gizi. Hanya susu yang Rania sering lupa" kata Rania. "Susu ini ba
Dikota besar, Alex duduk di restoran. Didepannya duduk seorang pria yang sedang mengamati dengan tajam gambar yang diberikan oleh Alex kepadanya. "Aku tidak mau menerima kegagalan lagi, sudah banyak detektif yang aku kerahkan untuk mencarinya. Tapi tidak ada yang bisa menemukannya, ini gambar temannya. Melalui orang ini bisa kau mulai mencarinya" Alex memberikan gambar Jesi kepada detektif tersebut, yang diambilnya dari sosial media milik Jesi. Setelah hampir seharian dia dan Leo mencari teman Rania di sosial media. Sedangkan Rania telah menutup sosial media yang dia punya, sejak dia gagal menikah. "Nomor ponselnya, Tuan tidak ada?" Tanya detektif tersebut kepada Alex. "Aku tidak memilikinya" jawab Alex. Alex baru merasakan, dia dulu tidak cukup mengenal lingkungan sekitar Rania. Jika saja ia dahulu cukup mengenal lingkungan pertemanan Rania, saat ini tid