Hari yang aku tunggu akhirnya tiba juga untuk memberikan racun itu ke makanan Mbak Nada. Ibu mengadakan acara makan malam di rumahnya. Sejak pagi aku sudah mengajak Rahman untuk pergi lebih dulu ke rumah Ibu. Dengan membawa botol kecil yang di berikan oleh Bejo saat ia mengantar paket sebagai ojek online. Mengabaikan Mama yang sejak kemarin protes tidak setuju dengan rencanaku yang ia nilai terlalu berbahaya. Aku sudah tidak peduli lagi. Yang ada di pikiranku hanya bisa memiliki Mas Adi seutuhnya. Dengan cara menyingkirkan Mbak Nada dari sisi suami kami.“Nanti aku disana main sama siapa Ma?” Tanya Rahman yang duduk di sampingku. Anak itu tampak cemberut karena aku mengajaknya ke rumah Ibu. Rahman memang tidak bisa akrab dengan semua saudara sepupunya. Karena mereka juga mengajak main Nasya bersama. Berbeda jika tidak ada Nasya, Rahman baru mau bermain dengan saudara sepupunya.“Makanya kamu harus bisa mengambil hati mereka Rahman. Kenapa malah memilih menjauh? Padahal ada Alfian dan
Sekali lagi aku beruntung karena Mas Adi dan Mbak Nada tidak bisa mengendus jika kecelakaan yang mereka alami karena perbuatanku. Bahkan begitu kembali ke rumah, Mas Adi sudah mengajakku, Rahman dan Mama untuk makan di restaurant luar. Kami benar-benar seperti keluarga rukun pada umumnya. Tanpa ada yang tahu jika aku hanya istri kedua Mas Adi. Begitu keluar dari restaurant aku terus bergelayut manja pada lengan Mas Adi yang masih menggendong Rahman. Malam harinya, Mas Adi mengajakku untuk pergi ke rumah Ibu. “Kita ada acara makan malam lagi Mas? Kok nggak di umumin di grup sih?” Mas Adi menggelengkan kepalanya. Membuat perasaanku jadi tidak enak. “Nggak kok. Bukan makan malam keluarga besar. Cuma syukuran kecil-kecilan karena Nada sudah sembuh. Selain itu, ada yang ingin Abah bicarakan dengan kita. Hanya nasihat-nasihat tentang poligami.” Terang Mas Adi yang membuat perasaanku tetap tidak enak. Saat Mas Adi tengah mandi sore ini, aku masuk ke dalam Rahman. Seperti biasa bocah itu a
POV Orang Ketiga Barang dagangan milik Nada sudah di angkut lebih dulu menuju rumah mereka. Begitu juga dengan lima koper besar yang berisi baju dan perlengkapan milik Adi dan Nada beserta kedua anak mereka. Hari ini Adi dan Nada memutuskan untuk pulang ke rumah karena Nada tidak nyaman sering bertemu dengan Galang di lingkungan tempat tinggal ini. Kepindahan ini juga di lakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan warga yang lain. Agar Galang tidak tahu dan tidak mengejarku lagi.“Jangan lupa sering mampir kesini juga. Mama dan Papa akan rindu dengan kalian.” Nada menganggukan kepalanya lalu kembali memeluk tubuh sang Mama. Beberapa bulan tinggal di rumah orang tuanya membuat Nada sangat tergantung dengan sang Mama. Karena Bu Tiah kerap kali membantu Nada untuk menjaga Nasya dan Karina.Pak Jaya sudah memeluk tubuh kedua cucunya. Pria paruh baya itu juga bisa menerima kehadiran Karina yang akan di rawat oleh Adi dan Nada. Menyanyangi gadis kecil itu meskipun tidak terlahir dari rah
“Oh Nak Galang. Maaf kalau Tante lupa sama kamu. Baru selesai makan di warung sebrang ya?” Galang menganggukan kepalanya. Ia terus melirik ke rumah di belakang Bu Tiah jika ada tanda-tanda kehadiran Nada. Tanpa menyadari jika Bu Tiah sedang memperharikan raut wajahnya dengan teliti.“Ya sudah saya masuk dulu ya Nak Galang. Habis ini mau masak buat sarapan.” Tanpa menunggu tanggapan pria itu, Bu Tiah sudah melangkah menuju rumahnya. Mama Nada itu tidak ingin memberikan kesempatan pada Galang untuk mengorek informasi darinya tentang Nada.Ia hendak memanggil Mama Nada itu. Tapi, urung di lakukan karena takut jika Bu Tiah curiga dengan pertanyaannya tentang Adi dan Nada. “Seharusnya aku tadi nggak perlu basa-basi. Langsung tanyakan tentang Adi dan Nada saja pada Tante Tiah.” Gumam Galang kesal pada dirinya sendiri. Karena sudah gagal mendapatkan informasi dari Bu Tiah.Kehidupannya di komplek perumahan ini jadi lebih hampa karena sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Nada. Keinginanny
“Apa?” Galang sampai tersedak minumannya sendiri saat mendengarkan perkataan Rumi barusan. Kedua matanya membelalak tidak percaya.Ia bertanya apa hubungan Rumi dengan Nada dan Adi. Jawaban mantan adik madu Nada itu benar-benar membuatnya merasa sangat kaget. Menjadi teman dekati Adi selama tijuh tahun sejak duduk di bangku SMA yang masih di bawah yayasan milik Bu Anisa, membuat Galang cukup paham bagaimana pemikiran Adi tentang poligami. Sebagai anak pemilik yayasan, nama Adi cukup terkenal di kalangan para siswa dan para siswi. Kelas untuk para siswa dan siswi yang di pisah membuat banyak siswi sering lalu lalang untuk melihat sosok Adi yang tampan. Tentu saja semua orang juga tahu jika pemilik yayasan itu adalah ayah kandung Adi dan istri keduanya. Hubungan keluarga besar Adi yang harmonis sempat membuat banyak orang mengira jika Adi juga akan melakukan poligami di masa depan seperti Ayahnya. Karena terus di tanya pertanyaan yang sama, Adi sering kali menegaskan jika ia tidak aka
Setelah isak tangis Rumi reda, dia menghabiskan makanan yang tadi sudah mereka pesan. Rumi berpikir cepat dengan situasi. Haruskah ia juga merayu Galang juga? Mengingat Rumi masih harus membayar ganti rugi pada Nada setiap bulannya sebagai kompensasi karena Nada tidak melaporkannya ke polisi. Ia bisa tanya pada sang Mama, apakah ada pelet lain yang bisa ia gunakan pada Galang. Karena pria itu sudah tahu metodenya untuk mendapatkan Adi. Rumi tidak ingin melakukan cara yang sama.“Maaf jika aku menanyakan hal ini di pertemuan pertama kita. Apakah Mas Galang masih tinggal dengan orang tua?” Tanya Rumi memecahkan keheningan yang tercipta di antara mereka. Galang menggelengkan kepalanya. Membuat hati Rumi merasa sangat lega. “Orang tuaku sudah bercerai dua tahun lalu. Setelah adikku mendapat pekerjaan juga, Mama merasa tugasnya untuk bertahan dengan Papa sudah selesai. Lalu, Mama ikut tinggal di rumah adikku yang ada di Jakarta. Tidak lama setelah orang tuaku bercerai, Papa sudah menikah
“Talak tiga ya? Berarti kesempatanmu untuk kembali pada Adi sangat kecil sekali Rum.” Gumam Galang yang masih bisa di dengar oleh Rumi. Wanita itu menganggukan kepalanya dengan wajah sedih. Dari semua kata talak, talak tiga adalah yang paling mengerikan bagi wanita yang tidak di cerai seperti dirinya.“Mama. Baterai hpnya habis.” Seru Rahman yang keluar dari ruang tengah dengan wajah cemberut. Menyela percakapan Rumi dengan Galang.Ia melihat baju yang di pakai Rahman dari atas sampai bawah tampak kotor. Seperti tidak pernah di cuci selama berhari-hari. Belum lagi dengan wajah bocah laki-laki itu yang tampak penuh makanan yang mengering di sekitar bibirnya.“Kamu bisa minta sama Nenek untuk mengisi daya hpnya di kamar, Rahman. Jangan sedikit-sedikit minta pada Mama. Kamu nggak lihat kalau Mama lagi bicara sama tamu, hah?” Hardik Rumi pelan berusaha menahan emosi. Jika tidak ada Galang bersamanya saat ini, Rumi pasti sudah marah pada Rahman seperti biasa. Biasanya Rumi akan mencubit t
Nada segera memanggil Shanum dan Bude Sri untuk berjalan mendekat. Mereka bertiga melihat mobil yang terparkir di depan rumah tetangga itu. Tetangga Nada yang merupakan pasangan suami istri sama-sama bekerja di perusahaan. Jadi, rumah itu akan kosong dari pagi sampai sore. Rumah itu baru ada orangnya saat hari sudah malam. “Memangnya kenapa Mbak? Bisa saja pemilik mobil itu mau datang ke rumah tetangga depan.” Kata Shanum heran. “Bukan Sha. Itu mobil temannya Mas Adi yang namanya Galang.” Kedua mata Shanum seketika membulat kaget. “Mas Galang? Temannya Mas Adi sejak SMA sampai kuliah itu? Dia sudah ada di kota ini?” Nada menganggukan kepalanya untuk menjawab semua pertanyaan Shanum. Tampak sekali jika Shanum sangat senang saat mendengar nama Galang di sebut. Karena mereka nyambung saat mengobrol bersama dengan Adi.“Ya ampun. Kok Mas Adi nggak pernah cerita sih? Mas Galang juga nggak pernah berkunjung ke rumah Ibu dan Umi sejak pulang ke kota ini.” Ujar Shanum antusias tanpa tahu ji