Tiga puluh menit kemudian……
Rafael dan Kirei sudah duduk didepan ratusan wartawan yang diundang khusus untuk hadir ke acara konferensi pers malam ini. Sedangkan daddy Rayhan, mommy Carol dan Reynard memutuskan untuk mengawasi keadaan dari belakang layar, tidak ingin menimbulkan pertanyaan karena tidak ada satupun anggota keluarga Kirei yang hadir.
Jadi daripada menimbulkan spekulasi negative lebih baik hanya Rafael dan Kirei yang tampil di depan umum, kecuali saat jamuan makan malam nanti, setelah acara konferensi pers usai, barulah mereka bergabung.
Tanpa kentara, Rafael selalu menggenggam tangan Kirei, berusaha menenangkan istrinya. Kirei tersenyum lembut dan mengangguk kecil, meyakinkan Rafael kalau dirinya baik-baik saja dan hal itu membuat Rafael lega. Setidaknya Kirei tidak larut dalam kekhawatirannya.
“Selamat malam semuanya, sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaan kalian karena telah berkenan untuk hadir d
Selesai acara konferensi pers, Rafael menjamu para wartawan dengan hidangan lezat, hitung-hitung sebagai permintaan maaf karena telah menyembunyikan berita pernikahannya selama ini.Tidak jarang ada beberapa wartawan yang masih merasa belum puas dan berusaha mengorek informasi dari Rafael maupun Kirei, terlebih daddy Rayhan, mommy Carol dan Reynard juga muncul. Ikut bergabung kedalam acara santap malam ini.Namun bagaimanapun mereka mencoba mengorek informasi, tidak ada cerita baru yang dapat ditangkap membuat mereka capek sendiri hingga akhirnya menyerah.Rafael menatap Kirei yang sudah tampak lelah.“Mau pulang sekarang?”“Nggak usah, Beb. Aku masih bisa kok.”“Jangan memaksakan diri, Bee. Ingat bayi kita,” tegur Rafael.Kirei menunduk, menyadari kecerobohannya.“Sorry,” cicit Kirei.“Aku gak marah, Bee. Tapi lain kali jangan memaksakan diri, okay? Aku nggak mau kam
Reynard sedang asyik bersiul sambil berjalan memasuki rumahnya saat melihat sang mommy bersiap pergi.“Mau kemana, Mom?”“Ke rumah Rafa.”“Tumben. Ada apa?”“Hanya ingin menjenguk Kirei dan membawakan buah buahan untuknya.”“Mom, Rafa bisa membeli toko buah jika dia mau. Jadi untuk apa lagi Mommy membawakan buah untuk Kirei? Aku yakin kalau Rafa sudah menyediakan begitu banyak stok buah untuk istri kecilnya itu. Apalagi Rafa seorang dokter, dia pasti tau yang terbaik untuk istri dan bayinya,” cerocos Reynard tidak habis pikir dengan niat mommynya.“Berisik kamu! Biarkan aja. Biar buah yang Kirei makan lebih banyak!”“Baiklah, terserah Mommy saja,” ujar Reynard pada akhirnya.“Ya sudah Mommy pergi dulu.”“Mom, aku antar ya?” tawar Reynard mengajukan diri.“Memang kamu tidak sibuk?”“Aku juga ingin menjenguk kakak iparku itu. Aku mau lihat bagaimana Kirei saat hamil, pasti lucu!”“Kamu tuh kalo ngomong sembarangan!”“Sudahlah, Mom! Sini aku antar. Kita berangkat sekarang.”Mommy Carol t
Selepas kepulangan mommy dan adiknya, Rafael menatap Kirei dan bertanya lembut,“Jadi makan apa kita malam ini? Atau kamu mau makan diluar?”“Makan diluar? Makan apa?”“Tergantung kamu aja mau makan apa? Aku ikut istriku yang cantik ini.”“Dasar genit!”“Lho, genit sama istri sendiri gak apa donk! Daripada sama istri orang lain?”“Ihh! Dasar! Ngeselin!” rajuk Kirei dan berlalu meninggalkan Rafael begitu saja.Rafael menatap kepergian istrinya sambil tersenyum simpul, melihat Kirei yang sedang merajuk seperti itu malah semakin menggemaskan membuat Rafael semakin suka menggodanya!“Bee! Jangan marah donk!”Rafael berjalan cepat menghampiri Kirei dan menggendongnya ala bridal style hingga Kirei terpekik kaget, tidak menyangka tindakan suaminya itu.“Aduh! Kamu mau ngapain sih?”“Jangan marah, okay?”“Abis kamu nyebelin.”“Iya, maafin aku ya?”“Hmm…”“Jadi kamu dan bayi kita mau makan apa malam ini?” ulang Rafael sambil terus melangkah menuju kamar dengan Kirei yang berada di dalam gendon
Rafael menatap Kirei yang sedang bersandar nyaman di dalam pelukannya, rutinitas yang biasa mereka lakukan sebelum terlelap. Tanpa dapat dicegah pikiran Rafael kembali melayang pada laporan kesehatan milik mama Inara.“Kabar mama Inara gimana, Bee?”“Baik-baik aja. Tapi aku ngerasa Mama sembunyiin sesuatu sama aku!” adu Kirei setengah mengeluh.“Sembunyiin sesuatu seperti apa?”“Entah, aku juga nggak tau, cuma perasaanku gak enak aja.”Hati Rafael semakin kebat kebit saat mendengar ucapan istrinya. Bagaimana ini? Sepertinya Kirei sudah memiliki feeling kalau kondisi mama Inara memang tidak sebaik yang terlihat. Apa harus memberitahu Kirei kondisi mama Inara yang sebenarnya sekarang? Tapi bagaimana kalau Kirei jadi stress?“Aku takut terjadi sesuatu sama Mama. Apalagi aku udah gak bisa jagain Mama lagi kayak dulu,” sesal Kirei.Ucapannya itu membuat Rafael merasa bersalah. Apa Kirei menyesal menikah dengannya? Karena jika tidak menikah dengannya, bukankah Kirei masih bisa menemani mama
“Kirei?”Rafael mengerutkan kening saat Kirei tidak merespon panggilannya. Tampak asyik dengan pikirannya sendiri.“Kirei?” ulang Rafael dengan suara sedikit lebih keras dan sengaja menyentuh bahu istrinya dengan lembut namun tetap membuat Kirei terlonjak kaget.“Astaga! Kamu bikin aku kaget!” sungut Kirei.“Sorry, abis aku panggil kamu daritadi tapi gak respon, lagi mikirin apa, Bee?”“Gak ada kok.”“Kamu gak jago bohong,” balas Rafael.“Hmmm… aku mikirin Mama. Perasaanku kayaknya makin gak enak. Kenapa ya?” jawab Kirei pada akhirnya, memutuskan untuk jujur pada suaminya.Jawaban Kirei membuat Rafael membeku. Sepertinya Kirei sudah harus tau semuanya, Rafael sudah tidak mungkin lagi menyembunyikannya. Terlebih lagi lebih dari sekali Kirei mengucapkan kalimat seperti itu.“Kirei, ada yang mau aku omongin sama kamu.”
Alice menjejakkan kaki di bandara internasional Soekarno Hatta. Sudah lebih dari setahun, jika bukan karena mendengar berita pernikahan Rafael, dirinya tidak akan kembali secepat ini.Alice mencoba kembali menghubungi Rafael namun tetap tidak diangkat dan malah dialihkan ke kotak suara! Kemana pria itu? Sudahlah! Sekarang lebih baik kembali ke apartemennya dulu, baru setelah itu datang ke rumah sakit.Alice memanggil salah satu taksi dan menyebutkan alamat apartemennya. Kemacetan di Jakarta yang tidak pernah berubah membuatnya kesal karena harus memakan waktu begitu lama untuk tiba di apartemennya!Alice menatap jam tangannya dan menghela nafas kesal, karena sudah terlalu sore tidak mungkin datang ke rumah sakit sekarang. Rafael pasti sudah pulang! Besok pagi saja dirinya baru muncul untuk menemui Rafael. Memikirkan hal itu membuat Alice menjadi tidak sabar!‘Aku penasaran apa yang akan kamu lakukan saat melihatku kembali kesini, Sayang!’
Rafael kembali ke ruangannya dengan kalut, untungnya Alice sudah tidak berada di dalam ruangannya lagi, jika tidak Rafael tidak tau harus berbuat apa. Setiap ucapan daddy Rayhan dan Reynard masih terngiang jelas di benaknya. Setiap ucapan mereka membuat Rafael yakin kalau dirinya memang pria brengsek!Bagaimana bisa dirinya menjadi goyah seperti ini dengan kedatangan Alice? Bukankah beberapa waktu kemarin Rafael sudah dengan yakin menyatakan pada Kirei kalau ia mencintai istrinya itu? Tapi kenapa saat Alice datang keyakinan itu mendadak lenyap? Apa Kirei hanya menjadi pelariannya saja? Tidak mungkin!Rafael menggeleng pelan saat memikirkan semua itu. Rasanya menjadi semakin memusingkan! Lalu sekarang harus bagaimana? Alice menagih janjinya agar Rafael dapat menikahinya. Sedangkan istrinya sedang hamil! Tidak mungkin bercerai dari Kirei karena Rafael memang tidak menginginkan perceraian!Astaga! Apa dirinya berniat memiliki 2 istri? Sudah gilakah Rafael? Hingga t
Keesokan harinya…..Rafael masih tersenyum bahagia mengingat percintaan panas mereka semalam. Terlebih saat teringat pernyataan cinta Kirei padanya! Ahh! Rafael tidak menyangka kalau pada akhirnya Kirei akan mengucapkan kalimat yang sudah ditunggunya sejak lama! Sejak Rafael mulai menyadari perasaannya untuk Kirei.Senyuman Rafael lenyap saat mendengar suara gaduh.“Nona anda tidak bisa sembarang masuk seperti ini!” tegur asisten Rafael namun sama sekali tidak digubris oleh Alice.Rafael menoleh saat mendengar suara ribut diluar ruangan dan rahangnya mengeras saat kembali melihat Alice muncul hari ini.“Gak apa, Sus. Biar saya yang bicara dengan nona ini.”“Baik, Dok. Permisi.”“Ada apa lagi kamu datang kesini?”“Rafael, apa perlu kamu bersikap sesinis ini padaku? Apa salahku?” tanya Alice tidak terima dengan perlakuan Rafael.‘Kamu tidak salah! Aku