Tepat setelah berkata seperti itu, Rafael melumat bibir merah Kirei. Bibir yang dapat selalu menjadi candu untuknya. Rasanya begitu manis hingga Rafael enggan melepasnya lagi.
Rafael memperdalam ciumannya hingga terdengar erangan Kirei, bercampur dengan erangannya sendiri. Sumpah! Rafael sangat merindukan moment seperti ini. Moment dimana dirinya dapat dengan bebas mengeksplor bibir Kirei, bahkan lidahnya mulai menjelajah masuk.
Kirei begitu terbuai dengan ciuman Rafael hingga beberapa detik kemudian otaknya kembali berfungsi. Dengan panik Kirei meronta hendak melepaskan diri, namun sejak dulu Kirei memang selalu kalah. Apa yang dapat dilakukan oleh wanita berbadan mungil sepertinya? Tubuh Kirei jelas tidak dapat dibandingkan dengan tubuh kekar Rafael! Meski Kirei berusaha keras, tetap tidak membuat Rafael bergeser sedikit pun.
Kirei berusaha mendorong dada bidang Rafael, namun tangannya malah dikunci oleh Rafael dengan mudah. Hanya dengan satu tangan!
&l
Pertanyaan Rafael membuat Kirei tersentak, refleks wanita itu mencengkeram selimut yang sedang menutupi tubuh polosnya erat-erat.“Apapun yang aku lakukan nantinya bukan urusanmu!”“Tapi itu anakku, Kirei!” desak Rafael, padahal belum tentu Kirei akan langsung hamil!“Belum tentu aku langsung hamil! Lagipula apa kamu percaya kalau aku hanya tidur denganmu? Bukankah sejak dulu kamu tidak percaya padaku?” sindir Kirei telak, mengungkit tuduhan Rafael padanya dulu.Tuduhan yang begitu menyakitkan hingga Kirei tidak akan pernah bisa melupakannya! Bahkan meski waktu telah berlalu selama tiga tahun!Raut bersalah tampak begitu jelas di wajah Rafael saat mendengar sindiran Kirei. Mengingatkan kembali pada kebodohannya karena telah meragukan anak yang berada di dalam rahim Kirei dulu.“Maafkan aku, Kirei.”Kirei tidak menanggapi dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Air mata mengalir ke pipin
Jawaban Kirei membuat hati Rafael begitu terluka saat mendengar ucapannya. Apalagi saat mendengar nada tegas wanita itu. Nada tegas yang menggambarkan kalau Kirei memiliki tekad begitu kuat agar tidak hamil anaknya lagi.“Apa kamu tidak bisa memaafkanku, Kirei? Apa kamu tidak bisa memberiku kesempatan kedua untuk memperbaiki semua kesalahanku padamu dulu?” tanya Rafael sedih.Kirei membuang tatapannya, tidak tega melihat wajah Rafael yang begitu nelangsa. Kirei harus menguatkan hati agar tidak kembali terjerat pada Rafael, pria yang meski telah menyakitinya tapi tetap tidak bisa dibencinya. Kirei masih begitu mencintainya bahkan sampai detik ini!Selama ini Kirei bersikap ketus hanya agar Rafael menyerah dan melepaskannya, tapi siapa yang menyangka kalau pria itu begitu keras kepala dan pantang menyerah? Sama seperti dulu!“Sejak aku pergi meninggalkan Jakarta. Meninggalkanmu. Kehidupanku terasa lebih baik, jadi aku harap kamu tidak meng
“Maksud kamu Kirei? Kamu sudah ketemu dengan Kirei, Rafa?” tanya mommy Carol dengan suara bergetar. Tidak ingin berharap terlalu banyak agar tidak kembali kecewa.“Iya, Mom. Aku sudah menemukan Kirei. Dia tinggal di Sydney,” jawab Rafael sambil tersenyum sumringah, menegaskan dugaan mommynya.“Ya Tuhan! Akhirnya! Bagaimana kabar Kirei sekarang, Rafa?”“Apa Kirei baik-baik saja?”Pertanyaan daddy dan mommynya keluar bersamaan. Rafael sadar kalau orangtuanya sangat bahagia mendengar berita ini, kecuali Reynard yang masih terdiam, seolah tidak percaya dengan apa yang Rafael sampaikan barusan.“Rey? Lo masih disana? Kok gak ada suaranya?”“Sorry, gue kaget banget. Sumpah! Gimana lo bisa ketemu sama Kirei, Bro?”“Okay, aku jawab pertanyaan kalian semua satu-satu ya. Keadaan Kirei baik-baik saja sekarang, Mom, Dad.”“Dan menjawab pertanyaan lo tadi, gue ketemu Kirei di café tempat dia kerja. Gue juga nggak nyangka bisa ketemu sama Kirei lagi.”“Mommy akan terbang ke Sydney besok, Rafa! Momm
Ya Tuhan! Apakah Kirei sampai sebenci itu padanya hingga tidak sudi hamil anaknya lagi? Menggugurkannya? Rafael tidak menyangka kalau Kirei dapat memikirkan bahkan mengucapkan kalimat kejam seperti itu! Apakah rasa benci bisa membuat seorang gadis polos menjadi wanita kejam seperti ini?“Lebih baik sekarang kamu pergi dari hadapanku! Aku tidak mau lagi melihat kamu! Pergi jauh-jauh dari hidupku! Jangan pernah kamu mengacaukan hidupku lagi!”Dengan kalap Kirei mendorong tubuh Rafael hingga pria itu terjajar mundur, tidak menyangka kalau Kirei memiliki kekuatan sebesar itu! Kebencian yang segitu besarnya kah hingga membuat Kirei memiliki tenaga ekstra untuk mendorongnya? Atau karena Rafael masih terlalu shock hingga tidak memiliki kekuatan untuk bertahan?Kirei berlalu dari hadapan Rafael dengan wajah marah. Bahkan Kirei pergi meninggalkan Regan dan café begitu saja!“Anda sudah dengar ucapan Kirei tadi kan? Jadi jangan pernah muncu
Sudah seminggu berlalu dan selama itu juga Rafael tidak menampakkan diri di hadapan Kirei, meski begitu Rafael tetap tidak berniat melepaskan Kirei. Dirinya rutin mengawasi Kirei dari kejauhan. Memperhatikan rutinitas Kirei yang cukup melelahkan meski tidak separah dulu.Setidaknya sekarang Kirei hanya bekerja di café dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam. Dan yang lebih penting ada beberapa karyawan yang membantu Kirei, karena Rafael tau kalau Kirei lebih sering berada di dapur, yang sialnya membuat wanita itu harus lebih sering bersama dengan Regan!Rafael membayar orang setiap harinya untuk memperhatikan gerak-gerik Kirei dan laporan yang diberikan setiap harinya membuat hati Rafael mendidih! Karena Regan dan Kirei sering berada di dapur bersamaan untuk membuat roti dan kue yang ditampilkan di etalase café!Ingin rasanya Rafael masuk dan menyeret Regan agar tidak berdekatan lagi dengan Kirei, tapi itu pasti akan membuat Kirei membencinya setengah m
“Iya! Aku nggak mau liat kamu lagi. Selamanya! Pergi jauh-jauh dari hidupku!”‘Sial! Kenapa aku berkata seperti itu pada Rafael?’ batin Kirei tidak paham dengan dirinya sendiri.Rafael tampak terluka mendengar ucapan Kirei yang sarat akan rasa benci. Padahal dirinya berharap kalau kemarahan Kirei akan mereda setelah berminggu-minggu tidak melihatnya, tapi nyatanya itu hanya sekedar mimpi!“Sepertinya hanya aku yang tidak bisa hidup tanpa kamu. Karena nyatanya kamu baik-baik saja hidup tanpa aku, Kirei,” sesal Rafael. Penuh dengan rasa kecewa.“Omong kosong! Kamu tampak baik-baik saja meski bertahun-tahun tidak bertemu denganku dan juga selama hampir sebulan ini kamu baik-baik saja meski tidak bertemu denganku!” dengus Kirei dengan nada kesal yang tidak dapat disembunyikan lagi. Hanya saja Rafael sedang terlalu sedih hingga tidak menyadarinya.“Siapa bilang? Selama ini nggak pernah sekalipun aku
“Obgyn?” lirih Rafael tak percaya. Dirinya seorang dokter, tau pasti maksud dari ucapan dokter di hadapannya, tapi karena rasa tidak percaya membuatnya tampak seperti orang bodoh!“Iya. Pasien harus ke obgyn agar dapat mengetahui usia kehamilannya. Karena itulah yang menyebabkannya begitu lemah dan sering muntah. Morning sickness istilahnya,” jelas dokter saat melihat tatapan tidak percaya yang muncul di wajah Rafael.“Thanks God!”Rafael mengepalkan kedua tangannya untuk menyalurkan rasa bahagia atas berita yang baru saja didengarnya. Raut wajah Rafael tampak seperti seorang pemenang. Sang dokter hanya menepuk bahu Rafael perlahan, tersenyum melihat betapa gembiranya pria di hadapannya.Sedangkan Regan hanya terdiam, mencerna semua hal yang terjadi di hadapannya. Kirei hamil? Sekarang dirinya harus bagaimana? Menyerah dan membiarkan Kirei hidup dengan Rafael kah? Atau Regan harus tetap berjuang?Jika boleh, Rega
Rafael berjalan mondar mandir di luar ruangan, hatinya merasa gelisah. Apa yang hendak dibicarakan oleh Regan saat berduaan saja dengan Kirei? Apakah pria itu tidak menyerah meski sudah tau kalau Kirei sedang mengandung anaknya? Tidak boleh! Rafael tidak bisa membiarkan Regan mengambil Kirei! Terlebih sudah ada calon buah hati mereka di dalam rahim Kirei. Buah hati yang kembali dipercayakan oleh Tuhan dan kali ini Rafael bersumpah demi apapun kalau dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan pada mereka. Rafael akan menjaga Kirei dan buah hati mereka dengan seluruh kemampuannya. Dengan sepenuh hati. Saking gelisahnya Rafael nekat masuk kembali ke dalam ruangan dimana Kirei berada dan pemandangan yang terpampang di depan matanya membuat amarah Rafael berkobar begitu saja! Bagaimana tidak? Dirinya melihat sendiri wanita yang dicintainya sedang dipeluk oleh pria yang tidak seharusnya! Dengan geram Rafael maju dan menarik bahu Regan dengan kasar hingga Kirei me