PoV Dani
"Kak Dani? Ayok, aku mau ikut Kakak ke rumah sakit. Nessia mau jenguk Kak Dani." Nessia tiba-tiba mengagetkanku yang sedang duduk melamun di samping ranjang Bang Reza.
Aku kaget. Dengan segera kuusap air mata ini supaya Nessia tidak melihat saat aku sedang menangis. Segera pula kusimpan diary Bang Reza.
Nessia makin mendekat. "Kak? Kak Dani ngapain dibawah? Ada tikus?" Nessia menyelidik sembari menoleh setiap sudut ruangan.
Aku sedikit terkekeh. "Ya ampun, eh iya, tadi dibawah ada tikus."
Seketika Nessia panik. "Awh! Mana? Mana, Kak?" Nessia berlari ke arahku.
"Enggak, Kak Dani bohong."
"Huwh ... aku fikir ...." Nessia melihat wajahku.
"Lho! Kak Dani habis nangis? Kok matanya merah gitu?" selidiknya sembari menatap tajam wajah ini.
Aku segera berkata dengan santai. "Em, ya, sedikit. Tadi Kak Dani inget sama Bang Reza. Entah kenapa, Kak Dani ingin masuk ke kamar ini, dan ... air mata Kak
PoV Diandra"Kamu mau bicara serius apa, Mas?" tanyaku menyelidik. Jari jemariku tak henti saling beradu kumainkan.Mas Dani berdiri."Diandra, apa kamu tahu bang Reza sakit?"Kalimat yang keluar dari mulut Mas Dani lantas membuatku keget."Astaghfirullah aladzim.""Maksud kamu, Mas Reza sakit? Memangnya sakit apa, Mas?" tanyaku kembali dengan penuh keheranan."Bang Reza sakit ginjal. Dan keadaannya sudah semakin parah. Itu alasannya kenapa tiga hari ini dia tidak datang ke kantor. Pasti manajer kantor bilang bang Reza pergi keluar negeri."Kuhela nafas panjang."Apa, Mas? Jadi ...?"Mas Dani membalikan badannya. "Ya, bang Reza sakit Diandra. Bahkan sakitnya semakin parah."Aku benar-benar kaget sekali. Dengan cepat tubuh ini kupaksa berdiri
PoV 3"Assalammualaikum!" Salam seseorang dari arah luar pintu dan kini ia sudah masuk.Lalu siapa dia?Ternyata itu adalah Diandra. Diandra datang ke Jakarta untuk menjenguk Reza.Reza yang saat itu sedang ditemani ibunya pun nampak kaget dengan kedatangan Diandra. Begitupun dengan Bu Susanti."Waalaikum salam." Keduanya menjawab berbarengan dengan keheranan."Selamat siang, Bu, Mas Reza." Diandra datang menyapa keduanya."Diandra? Kamu disini?" Bu Susanti kaget.Sedangkan Reza, dia nampak sangat bahagia dengan kedatangan Diandra. Namun Reza berusaha menyembunyikannya."Iya, Bu. Kebetulan hari ini hari Minggu. Dan saya berniat menjenguk Mas Reza, em, maksud saya Pak Reza." Diandra mengungkapkan.Lalu Bu Susanti bertanya. "Kamu sama Dona?""Enggak,
PoV 3"Saudara ... ... Saya nikahkan dan saya kawinkan ... ... ...!""Saya termia nikah dan kawinnya Diandra ... ... ... ... ...!""Bagaimana saksi, sah!"Semua serentak menjawab. "Saaah!""Alhamdulillah."Dan barusan adalah ucap ijab qobul wali akada nikah dengan Reza. Di pernikahan Reza dan Diandra.Ya, jadi Diandra dan Reza telah menikah. Kini mereka resmi menjadi sepasang suami dan istri.Bagaimana awalnya hingga kini Diandra menikah dengan Reza? Ditunda dulu, ya. Nanti Author ceritakan.Semua orang yang hadir mengangkat kedua tangan mereka mendoakan pasangan pengantin baru yang barusaja menikah. Diandra dan Reza.Pak penghulu memimpin jalannya doa hingga kini akad nikah diakhiri dengan resepsi yang mewah dan megah.Reza dan Diandra juga Dona yang dipangku Bu
PoV Diandra"Di, ini, ada Reza mau ketemu sama kamu."Apa?Aku syok saat mendengar Mas Reza datang ke rumah ibu. Rumah yang sedang aku tempati.Dia sudah sembuh?Seketika aku hengkang dari kursi halaman belakang dan langsung menoleh ke arah ibu, yang kini sudah ada Mas Reza di sampingnya."Ya Tuhan, Mas Reza sudah sembuh? Alhamdulillah, Mas."Aku segera mendekat ke arah Mas Reza."Diandra, Reza, Ibu pamit dulu. Ibu mau ke dapur." Ibu permisi."Em, Bu?" Mas Reza memanggil ibu yang sudah membalikan badannya."Saya izin ajak Diandra keluar sebentar, boleh? Kelilingi suasana pedesaan," kata Mas Reza meminta pada ibu.Ibu tersenyum. "Boleh, Nak, silahkan. Tapi, sebelum Maghrib, kalian harus sudah di rumah." Ibu ternyata mengizinkan dengan syara
PoV Reza"Diandra, kamu minum dulu." Aku menghampiri wanita yang kini telah menjadi istriku yang sah.Di malam pertama kami ini, Diandra masih duduk di kursi depan cermin. Menatap wajahnya dengan sendu dan sayup. Dan aku sangat mengerti.Dia sudah mengenakan kimono karena kami akan segera tidur. Dan dia pasti barusaja mandi. Aromanya sudah tercium."Makasih, Mas." Diandra pun minum segelas air yang aku bawakan untuknya. Kamudian, Daindra meletakkan kembali gelas berisi air namun setengahnya.Aku meraba kedua bahu Diandra perlahan dengan amat gemetar. Karena baru kali ini aku melakukan hal ini padanya.Kutoleh wajah cantiknya di cermin. Rambut Diandra terurai. Dan itu sangat menambah kecantikannya. Apalagi ia juga usai berkeramas.Diandra menunduk. Lalu, perlahan aku mendorong tubuh ini ke hadapannya. Dan kini aku bersimpuh di hadapan Diandra."Sayang, aku sangat mengerti bagaimana perasaan kamu s
PoV DiandraTok tok tok! ( Ketukan pintu )Ting tong! ( Bel berbunyi )"Bi, itu siapa yang bunyikan bel?" Aku bertanya pada bibi yang sedang menyapu."Eh iya, Non, baru Bibi mau lihat.""Ya sudah, saya mau ke dapur dulu." Aku pun bergegas ke dapur hendak membuat jus buah untuk anak dan adikku.Tak lama setelah itu."Non? Ada yang cari den Reza." Bibi tiba-tiba berkata hal demikian yang membuat kening ini mengernyit heran."Emh, kalau gitu nanti saya samperin. Saya tuangin jus buah ini dulu ya, Bi," jawabku santai."Muhun, Non, mangga." Bibi menjawab dengan bahasa Sunda. Jelas aku mengerti. Karena aku pun turunan orang Sunda seratus persen.Mama Susanti sedang pergi keluar. Dan Mas Reza sedang di kantor. Lalu, siapa yang nyari Mas Reza?Aku lupa menanyakan pula pada bibi.
PoV Reza"Assalamualaikum!""Waalaikum salam." Dengan segera Diandra menjawab salamku. Dia selalu menunggu kepulanganku. Dan setiap aku pulang, ia pasti sudah ada di sofa ruang depan menyambutku."Sini, Mas, tasnya aku bawa."Diandra meraih tas hitamku seusai ia mengecup punggung tanganku.Kami pun berjalan bersamaan."Yang lain mana? Anak kita dimana?" Aku menanyakan penghuni rumah dan Dona."Oh, Dona ada di kamar, Mas. Mama juga pasti ada di kamarnya. Dan Nessia juga ada di kamarnya." Diandra menjawab dengan rinci.Lalu, aku mencubit pipinya."Za? Kamu sudah pulang?" Mama menghampiri. Lanjut kucium punggung tangannya penuh doa."Sudah, Mah. Aku pulang cepet, soalnya, aku mau mengatakan sesuatu." Aku sengaja membuat mereka penasa
PoV DiandraIni adalah hari keduaku berada di rumah baru. Bersama Mas Reza, Dona dan juga seorang asisten rumah tangga yang sudah disiapkan oleh Mas Reza. Namanya Mbok Arum. Ia memang sempat datang ke rumah untuk meminta pekerjaan. Karena kasihan, Mas Reza mengizinkan Mbok Arum bekerja. Usianya kira-kira lebih tua dari mama mertua. Dan kini kami sudah tinggal bersama di rumah baru."Astaghfirullah, Mbok!" Aku berteriak dengan keras. Mulutku menganga dengan syoknya.Mbok Arum segera datang. "Iya, Non?""Mbok! Kok ada bangkai tikus disini? Mbok belum beres-beres?" kataku dengan kagetnya. Memang di teras depan saat aku membuka pintu entah mengapa ada bangkai tikus. Ini kan rumah baru, dan untuk apa tikus mati ada di depan teras? Tadi pagi saat aku mengantar Mas Reza enggak ada?"Innalillahi, Non. Kok ada bangkai tikus?" Mbok Arum pun