"Apa?!" teriak Achlys. "Aku tidak mau! Kenapa dia begitu gigih jika dia hanya menganggapku tidak lebih dari sampah? Dia pikir aku akan diam saja? Tentu saja tidak!" tegas Achlys.
Achlys menggigit kukunya sembari mondar-mandir. Dia tidak ingin mendengarkan orang tuanya yang terus menyuruhnya untuk bekerja dibawah perusahaan Kynleigh. Dia bahkan akan menjadi sekertaris duke."Achlys, apakah kamu jatuh cinta dengan duke Julian sehingga sikapmu seperti itu? Jika kamu tidak mencintainya, maka kamu tidak akan gigih menolaknya," kata Liam."Bagaimana bisa ayah berkata seperti itu? Tentu saja aku tidak akan pernah mencintainya seumur hidupku. Jangan kan mencintainya, menyukainya saja tidak akan pernah terjadi. Aku tidak menghormatinya karena dia orang yang sangat menjijikkan," sentak Achlys."Putriku, jangan sampai hanya karena mimpi buruk satu kali membuatmu buta terhadap masa depanmu. Kamu tidak memiliki saudara, jadi kamu harus tumbuh lebih kuat!" tukas Canna.Achlys tidak tahan lagi. Dia melangkahkkan kakinya dengan cepat keluar dari kamar hotel. Jika terus berada di depan orang tuanya, dia pikir akan mendapatkan lebih banyak lagi ocehan mereka."Achlys! Kembali! Orang tuamu sedang bicara padamu! Dimana sopan santunmu!" teriak Canna.Achlys tetap tidak kembali. Liam pun mengusap kedua lengan Canna untuk menenangkannya.Liam menghela nafas. "Mungkin dia membutuhkan lebih banyak waktu untuk memikirkannya. Achlys kita itu pintar jadi dia tidak akan menolak mentah-mentah tawaran duke Julian."Achlys berjalan di tengah-tengah orang-orang menuju sebuah danau. Sungguh, mimpi buruk itu terasa nyata. Rasa sakit itu nyata.Orang tuanya tidak mengerti sama sekali. Achlys menghela nafas. Dia sampai di danau. Danau itu sangat indah, airnya yang terkena cahaya matahari tampak berkilau. Achlys membelakkan kedua matanya ketika menemukan banyak ikan.Saking sibuknya menandangi ikan dan tanaman liar yang tampak lucu di pinggiran danau, Achlys tidak menyadari sebuah kapal cukup besar lewat di dekatnya.Achlys menoleh menemukan wajah tampan yang sedang menatapnya dingin. Kedua matanya berwarna merah seperti darah tampak lebih gelap daripada yang ia lihat sebelumnya.Achlys mengernyitkan alisnya kesal. Dia beralih menatap ke seorang wanita bangsawan sangat cantik yang duduk bersebarangan dengan Duke Julian. Achlys sampai terpesona dengan kecantikan wanita tersebut.Namun, keterkjutannya segera menghilang digantikan kaget. Wanita itu sama persis dengan yang berada di dalam mimpinya yang menjadi selingkuhan Duke Julian."Apa-apaan itu?" bisik Achlys jengkel. "Apakah kamu sedang pamer?""Tuan duke, saya hampir tidak pernah melihat seorang gadis berjongkok disana dan bermain dengan ikan," ucap Laura sambil menunjuk Achlys."Apakah kamu merasa terganggu?" tanya Duke Julian tanpa menatap Laura."Siapa dia tuan duke?" tanya Laura. "Apakah dia pelayan?""Dia Achlys, lulusan terbaik di akademi ternama di negara ini. Dia melamar pekerjaan padaku dan sedang dalam proses diterima. Apa kamu tidak suka dengannya?" tanya Duke Julian.Laura tersenyum canggung. "TIdak boleh sembarang orang memasuki danau ini. Apakah tuan duke mengizinkannya masuk? Itu sungguh tidak biasa," kata Laura sembari tersenyum kecil."Dia pasti tersesat. Dia belum tahu kalau tempat ini tidak boleh dikunjungi oleh sembarang orang. Aku akan memberitahunya," kata Duke Julian.Dengan sihirnya, Duke Julian menggerakkan kapal ke arah Achlys. Achlys langsung berbalik untuk pergi tetapi tiba-tiba saja kakinya tidak bisa digerakkan. Dia menoleh ke Duke Julian dengan panik.Achlys yakin Duke Julian telah menggunakan sihir pada kakinya sehingga dia tidak bisa bergerak. Menurut rumor yang beredar, selain kuat secara fisik, Duke Julian juga memiliki sihir tidak kalah kuat."Selamat pagi nona Achlys, apakah tidurmu nyenyak?" tanya Duke Julian dengan nada meremehkan."Selamat pagi tuan duke dan..."Achlys memperhatikan wanita cantik itu."Apakah kamu tidak tahu nama tunangan tuan duke?" tanya Laura."Tuan putri Laura," ucap Achlys."Kamu seharusnya tidak memanggilku tuan putri tetapi panggil saja aku Lady Laura," jawab Laura."Baiklah," jawab Achlys."Nona Achlys, kamu tampaknya belum tahu kalau area ini tidak boleh dikunjungi sembarang orang," kata Laura."Maafkan saya Lady. Saya tidak tahu ada peraturan semacam itu," jawab Achlys. Dia terus menundukkan kepalanya karena tidak mau bertemu mata dengan Duke Julian."Padahal ini termasuk wilayah Kynleigh tetapi kamu bahkan tidak tahu," ucap Duke Julian."Betapa bodohnya." Achlys merasa mendengar itu meskipun Duke Julian tidak mengatakan itu."Maafkan saya tuan duke dan Lady Laura. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Achlys."Baiklah jika kamu sudah seperti itu-""Pergilah ke kantorku dan bersihkan seluruh ruangan! Baru aku akan memaafkanmu. Setelah aku kembali, semuanya harus sudah bersih tanpa cacat!" tukas Duke Julian memotong ucapan tunangannya."Apa?" kaget Achlys."Tunggu apalagi nona Achlys? Pergilah dan bersihkan semua ruangan di kantorku!" titah Duke Julian.Achlys merasa tidak pantas untuk melakukan apa yang diperintahkan Duke Julian karena dia tidak tahu apapun mengenai aturan dilarang memasuki area danau."Maafkan saya tuan duke tetapi saya seharusnya tidak mendengarkan perintah tuan duke," sentak Achlys.Duke Julian menyeringai. "Kenapa?"Sementara itu, Laura kaget mendengar jawaban Achlys. Bukankah gadis itu terlalu berani pada tunangannya? Memangnya dia pikir tunangannya itu siapa? Duke Julian membawa pedang yang disembunyikan dengan sihirnya dan jika dia mau, dia bisa membunuh Achlys sekarang juga."Saya tidak tahu aturan tersebut jadi saya pikir tempat ini untuk umum dan bahkan tempat ini jauh dari kediaman Kynleigh," kata Achlys."Tempat yang sangat cantik ini memang dijaga oleh bawahan kita yang cukup ahli membersihkan lingkungan supaya tetap terjaga kecantikannya," jawab Laura."Aku tidak peduli kamu belum tahu aturan itu tetapi kamu sudah melanggarnya. Dan harga dari melanggar aturan itu aku perintahkan kamu untuk membersihkan seluruh ruangan di kantorku sekarang juga!" titah Duke Julian dingin.Wajah Achlys yang terlihat kesal sangat ketara. Achlys pun berbalik pergi meninggalkan Duke Julian dan tunangannya.Achlys mengelapi jendela di kantor utama Kynleigh seusai yang diperintahkan Duke Julian dengan terpaksa. Dia khawatir para bawahan Duke Julian akan menyerangnya jika ia tidak melakukannya. Dia melakukannya dengan terburu-buru supaya bisa pulang sebelum bertemu Duke Julian. "Itulah akibatnya dari menolak tawaran tuan duke. Dia menjadi tukang bersih-bersih.""Benarkah dia lulusan terbaik dari Nerine? Tidak bisa dipercaya wanita tidak memiliki moral seperti itu."Achlys menoleh ke belakang. Dua wanita yang baru saja membicarakannya itu langsung pergi dengan seringai di wajah mereka. "Mereka tidak tahu saja jika aku mau, aku bisa menjadi atasan mereka," batin Achlys kesal."Nona Achlys, ternyata itu benar kamu. Apa yang sudah kamu lakukan hingga berakhir seperti itu?" tanya Magnolia seraya turun tangga menghampiri Achlys."Saya tidak sengaja memasuki area danau di ibukota dan kebetulan tuan duke melihat saya jadi dia menyuruh saya untuk melakukan ini sebagai balasan karena sudah melangg
"Baiklah-baiklah. Saya akan membayar kompensasinya. Namun, berikan saya waktu untuk mengumpulkan uangnya dan saya tidak mau diganti yang lain!" tegas Achlys. Punggung Achlys sudah menempel di dinding pojok. Keringatnya banyak sekali dan badannya mulai bau sampai dia bisa mencium baunya. Sihir Duke Julian langsung menghilang. Duke Julian menoleh ke Achlys. "Aku hanya sedang mengecek ruangan ini sudah bersih apa belum. Kenapa kamu begitu ketakutan nona Achlys?" Achlys merasa bodoh. "Jadi bagaimana sudah bersih apa belum?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. "Masih belum. Tetapi tampaknya kamu sudah sangat kelelahan. Hari ini cukup sampai disini saja." Duke Julian mengambil mantelnya kemudian mendekati Achlys yang hendak keluar dari ruangan itu. Dia menyelimuti punggung Achlys dengan mantelnya. Achlys tertegun. Dia menoleh ke Duke Julian yang berada dibelakangnya sangat dekat. Dia pun menoleh ke pintu lagi. "Apa maksudnya ini tuan duke?" "Supaya kamu tidak masuk angin." "Namun men
Orang-orang suruhan Duke Julian satu-persatu tumbang. Teman-temannya bilang, para ksatria bawahan Duke Julian sangat tangguh meskipun bukan yang terkuat di negara ini tetapi mereka masuk ke sepuluh besar. Jika mereka sampai dikalahkan begitu saja, itu artinya para perampok itu memang sesuai yang dikatakan oleh orang yang ia tusuk. Achlys langsung bersembunyi sebelum para perampok itu menangkapnya. "Sialan! Tasku!" Achlys tidak seharusnya meninggalkan tasnya di dalam kereta. Setidaknya dia juga harus menutup pintu kereta. Para perampok itu bisa masuk dan menghabisi orang di dalam kereta dan mengambil tasnya. Achlys bersembunyi dibalik sebuah pohon raksasa. Dia menahan nafas beberapa kali. Sampai akhirnya dia tidak lagi mendengar suara pedang saling menari. Nafas Achlys memburu. "Apakah masih ada yang tersisa?" Suara yang menawan itu menggema di tengah keheningan malam. Achlys pikir itu suara Ridge, pemimpin para perampok itu."Seorang gadis bos. Dia baru saja kabur kesana!""Cek d
"Tuan duke, ini maksudnya apa?" tanya Achlys. "Kontrak pekerjaan seperti yang baru saja kamu katakan." "Tetapi...apa hubungannya dengan insiden ini? Dan kenapa saya harus menandatangani ini tuan duke?" "Siapa yang pantas disalahkan atas kematian mereka kalau bukan diriku nona Achlys karena akulah yang telah memgirim mereka kesini tetapi itu karena permintaan dari kedua orang tuamu dan kamu meminta maaf padaku karena hal tersebut kan? Dan kalau kamu mau aku memaafkanmu, lakukanlah apa yang kusuruh!" Achlys terdiam. "Para ksatria itu sudah siap mati demi Kynleigh. Dan keluarga yang ditinggalkan tampaknya tidak bisa berbuat apapun. Mereka hanya percaya pada Duke Julian yang pasti akan menangkap pelakunya dan membalas kematian mereka. Aku merasa sangat bersalah. Namun, alih-alih diberi hukuman, Duke Julian malah membahas mengenai pekerjaan di tengah-tengah para mayat ksatrianya. Dia pasti sudah gila," batinnya. "...Kenapa tuan duke malah memberikan saya pekerjaan yang memguntungkan b
Karena para ksatria itu mati, Achlys merasa telah menjadi seorang pembunuh sehingga dengan terpaksa dia melakukan yang diperintahkan Duke Julian. Jika dia tidak mudah mempercayai ucapan Duke Julian, dia pasti tidak akan pernah menandatangani surat kontrak pekerjaan itu. Dia diantarkan oleh Duke Julian dan para ksatrianya di depan hotel. "Achlys! Kamu kembali!" teriak ibunya antusias.Achlys hanya menunjukkan wajah dingin. Ibunya memeluknya. Ayahnya segera keluar dan langsung berterima kasih pada Duke Julian."Ibu, ayah, jangan pernah lagi meminta bantuan pada tuan duke! Kalian membuatku dalam masalah besar!" tukas Achlys.Canna menarik diri dan saling pandang dengan suaminya. "Apa yang kamu katakan? Kami tidak pernah minta bantuan pada Duke Julian!" jawab Canna.Achlys terhenyak dan langsung menoleh ke Duke Julian. Duke Julian tersenyum kecil padanya. "Duke Julian mencarimu dan kami memberitahunya kamu ke kota sebelah untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan," kata Liam."Tuan
"Tuan duke, tampaknya kamu sangat dekat dengan gadis itu? Aku mendengar kamu telah menyelamatkan seorang gadis biasa dari para perampok. Apakah gadis itu yang telah kamu selamatkan?" tanya Laura."Ya. Ada urusan apa kamu datang kesini?" tanya Duke Julian."Ini tidak pernah terjadi sebelumnya tuan duke. Sejak kapan kamu menjadi begitu baik pada seorang gadis dari kalangan rakyat jelata? Jika berita mengenai kamu menyelamatkan dia bertambah parah setelah orang-orang menyaksikan kedekatanmu dengan gadis itu, maka itu akan menjadi masalah besar. Dan untuk pertanyaan terakhirmu, apakah tidak boleh jika aku merindukan tunanganku?" tanya Laura.Duke Julian tersenyum kecil. "Lady tenang saja. Aku tidak akan menarik pertunangan kita. Sejak awal, pernikahan kita ini tidak didasari karena kita saling menyukai."Laura menyipitkan kedua matanya tajam. "Lalu apa tuan duke menyukai gadis itu?"Duke Julian diam sejenak. "Jangan pernah ikut campur urusanku Lady Laura! Karena aku sangat membenci itu."
Laura akan menaiki kereta kudanya tetapi tidak sengaja melihat Achlys yang berjalan menuju taman dengan ekspresi riang di wajahnya langsung berbalik menghampiri gadis itu. Achlys juga segera bertemu mata dengan Laura. Dia menghentikan langkahnya saat menyadari Laura mendekatinya. Dia pun menghampiri Laura dan menyapanya dengan mendunukkan kepalanya sekilas. "Selamat siang Lady Laura," sapa Achlys dengan senyuman ramahnya. Alih-alih membalas sapaan Achlys, Laura justru bertanya dengan dingin. "Jawab pertanyaanku dengan jujur nona Achlys!"Achlys memperhatikan Laura yang terlihat sangat marah padanya. Dia pikir Laura sudah mengerti mengenai Duke Julian yang mendekatinya. Hari ini orang-orang disini menatapnya dengan tatapan yang tidak seperti biasanya. Dan beberapa kali dia mendengar namanya disebut bersama Duke Julian. Semenjak dia akan melukai pergelangan tangannya, Achlys menyadari perasaan Duke Julian padanya melalui tatapan matanya yang khawatir dan marah. Ayahnya bilng semakin
"Nyonya Magnolia," panggil Achlys.Selesai mengerjakan tugasnya, alih-alih mencari Duke Julian, Achlys langsung menuju ruangan Magnolia."Jangan memanggilku nyonya nona Achlys! Panggil saja aku lady," jawab Magnolia."Baiklah lady Magnolia. Saya sudah menyelesaikan pekerjaan ini. Tolong sampaikan kepada tuan duke dan jika ada yang tidak sesuai dengan beliau, beritahu saya melalui lady saja. Untuk mendiskusikannya bersama, saya pikir lady Magnolia perlu ikut," kata Achlys.Magnolia bertanya-tanya mengapa Achlys kelihatan membenci Duke Julian."Saat ini tuan duke sedang pergi piknik untuk beberapa hari. Bukan. Mungkin seminggu atau lebih," kata Magnolia.Achlys sedikit kaget. "Baguslah. Tidak. Maksud saya, saya jadi tidak perlu takut jika pekerjaan saya tidak bagus.""Aku akan mengirimkan ini kepada tuan duke. Nona Achlys harus berangkat besok pagi ke daerah timur kerajaan!" kata Magnolia."Baiklah," jawab Achlys. "Kalau begitu saya permisi. Saya sudah boleh pulang lady Magnolia.""Ya."