Malam semakin larut, namuan Jingga yang meski sudah berada di ranjangnya tetap tak bisa sedikitpun terpejam.
Bayangan semua hal yang baru saja terjadi membuatnya kebingungan.
Namun Jingga merasa sudah mengambil keputusan dengan benar. Dia tak mau gegabah mengikuti permintaan orang yang tak dikenalnya itu. Karena meski mereka mengetahui banyak hal mengenai masa lalu keduanya. Namun sedikitpun baik Adjie dan Jingga sama sekali belum mengingatnya.
Sementara itu, Badai yang malam ini membelokkan arah mobilnya kembali ke Corteza langsung menemu Frans untuk berbicara banyak dengan pria itu.
"Badai? Ada apa?" ucap Frans bertanya dengan sangat penuh keheranan melihat Badai kembali ke rumahnya meski pesta sudah usai.
"Frans, aku menemukannya. Dia amnesia" ucap Badai sambil menatap ke kanan dan kiri jika saja ada yang mendengar suaranya.
'glegg'
Sontak Frans tercekat salivanya sendiri.
Pria ini kehabisan kalimat untuk menjawab ap
Hufht! Makin bingung? Lanjut baca yaaa ... Jangan lupa untuk kasih star vote nya yaa... Salam sayang selalu dari MDW
Pagi ini, Jingga dan Adjie hendak mengunjungi Lembah Cemara. Mereka sangat merindukan Kakek Tura dan memutuskan untuk berziarah ke makam pria itu yang terkubur rapi didekat pondoknya. "Kalian mau kemana?" sapa salh satu tetangganya bertanya. "Jalan-jalan sebentar mbah, naik gunung cari yang adem." ucap Adjie menjawab dengan berseloroh. "Jangan cari angin aja dong, cari yang menganu gitu biar kalian cepet dapet mongmongam." ucap wnaita tua itu balik menggodai. "Iya ya mbah, udah banyak gaya kupakai masih belum nyangkut aja." timpal Adjie yang sangat periang ini kembali membuat wnaita tua itu tergelak. Jingga hanya mencubit pelan Adjie setelahnya. Mereka terus berjalan kaki hingga perlahan mentari semakin terik dan netra mereka melihat sebuah mobil asing melintasi mereka dengan sangat kencang. "Itu mobil yang memiliki plat khusus yangs ama yang kuingat!" ucap Adjie kepada Jingga berbisik pelan. "Dan entah kenapa, ra
Badai melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.Setelah pria itu pergi, Jingga kemudian merasa sangat pusing sekali."Sayang kamu kenapa?" ucap Adjie kepada Jingga."Mas, rasanya pusing sekali." ucap Jingga.Adjie kemudian menyeduhkan teh manis untuk istrinya. Namun saat Adjie kembali, dia justru tercengang melihat istrinya tengah bersiap."Kamu mau kemana sayang?" tanya Adjie."Mas, kita harus pulang." ucap Jingga sambil terus merapihkan barang-barang pentingnya dan memasukkannya ke dalam mobil."Maksudmu?" tanya Adjie kebingungan.Jingga kemudian mengingat sesuatu saat tadi Badai pergi. Sebuah logo di belakang mobil Badai yang bertuliskan Prahara Group entah kenapa membuat Jingga mengingat beberapa hal secara terpisah.Ibarat sebuah puzzle maka dia baru saja menemukan beberapa keping puzzle inti yang mungkin akan mempermudahnya menyusun semua kepingan lainnya yang tersisa."Sayang kau yakin?" tanya Adjie yang a
Frans tengah berkumpul di teras rumahnya yang sangat luas dengan dekorasi taman vertikal setinggi tiga meter yang dilengkapi dengan air terjun. Duma dan Sharena kedua wanita yang kini tengah hamil besar itu pun nampak sangat tercengang. Lain halnya dengan Alkala, anak lelaki ini justru nampak sangat nyaman dan langsung menyambut kedatangan Jingga dengan sangat hangat. Langkah Jingga sangat tertahan, namun kakinya yang berat terpaksa diseretnya untuk tetap berjalan. Entah kenapa, bola mata anak laki-laki yang kini menggandengnya itu membuat Jingga seolah teringat sesuatu. Sambutan kikuk dan sangat canggung dari Frans menunjukkan betapa pria itu masih belum bisa melupakan wanita didepannya ini bahkan setelah waktu menjeda keduanya sangat lama. "Namamu sangat cantik Nyonya, seperti senja yang sangat kusukai." ucap Alkala yang sangat menyambutnya sambil mengecup lengan wanita ini berulang kali. 'degg' Jingga merasakan kepiluan sang
Canggung dan sangat bingung.Itulah yang kini dirasakan oleh Jingga dan Adjie. Terkuaknya riwayat kelam keluarga Prahara, menyeret Jingga dan Adjie dalam situasi yang penuh emosional.Arshan, memiliki seorang adik laki-laki yang dinyatakan hilang ketika mereka berlibur. Dan ternyata, adik laki-laki yang selama ini dicari diam-diam oleh Arshan adalah Adjie.Dendam memenuhi wajah Adjie ketika membaca satu demi satu tulisan sang kaka di file word pribadinya yang berhasil Jingga buka."Kau tahu Ibu? Tuhan mengabulkan doa seorang pria muda sepertiku. Dan kali ini aku benar-benar merasakan kekuatan Tuha tersebut mengaliri hidupku." ucap Alkala sambil memeluk erat Jingga.Satu demi satu ingatan Jingga kembali dengan semakin cepat, kehadiran Alkala disisinya seperti magnet yang menarik dengan sangat cepat semua ingatannya itu.Kini, Jingga tak bisa banyak berkata meski akhirnya dia terpaksa harus menahan dirinya terhadap Adjie."Sayang sekali
Hari ini, setelah dua pekan lamanya Jingga mengurung diri di kamarnya bersama Adjie dan juga Alkala. Wanita ini semakin mengingat semuanya. Tanpa tersisa, ingatannya sudah benar-benar pulih. "Darma! Kalian sudah menyiapkan semuanya?" ucap Jingga kepada kepala pelayannya itu bertanya. "Sudah Nyonya, semua yang anda minta sudah disiapkan." jawab Darma. Menggunakan hak penuhnya atas Prahara Group yang utuh miliknya dan milik Alkala, sebuah surat dilayangkan oleh Jingga kepada Thompson and Co yang langsung menjawabnya dengan mengirimkan dua utusannya dua hari lalu. Dengan didampingi kedua utusan perwalian hukumnya, Jingga membuat banyak perombakan di dalam Prahara Group termasuk menggeser kedudukan Badai dan Frans dari posisinya saat ini. Dan hari ini, semua surat sudah selesai dilegalkan, Darma akan mengantarkan semuanya ke Prahara Group. "Jingga, kau sudha yakin?" ucap Adjie kepada istrinya itu. "Iya mas, akan lebih baik
Jingga semakin menguatkan posisinya di dalam dunia bisnis negeri ini. Nyaris tak ada pesaing yang mampu membendung langkah Prahara Group demi menapaki karir tertinggi di negara ini. Sangat mengejutkan, tentu saja. Karena setelah penyelidikan panjang yang dilakukan Kepolisian. Akhirnya, mereka dapat membekuk pelaku perencanaan pembunuhan terhadap Adhie dan Jingga bersamaan. Malam ini, Komisaris Polisi mengumumkan tersangkanya yang membuat gempar dunia. ERIK PRAHARA Menjadi dalang atas percobaan pembunuhan terhadap Adjie Prahara sepuluh tahun silam dan terhadap Jingga dua tahun silam. Bukan hanya itu, bukti lain menyebutkan jika ELISA PRAHARA Adalah orang paling bertanggung jawab atas kematian perlahan Arshan Prahara yang diracuninya secara berkala. "Mereka sungguh keji!" ucap Jingga sambil tetap berusaha tenang duduk di sofanya menonton acara live dari kepolisian setempat ini. "Nenek Elisa dan kakek E
Jingga sudah duduk di kursi kerjanya, sementara Adjie tengah keluar kota meninjau slaah satu pabrik baru yang tengah dibangun disana. Absennya Frans dari Prahara Group setelah pengunduran diri resminya ke perusahaan saat itu, membuat Jingga sedikit kesulitan karena dia kini harus mengerjakan semuanya sendirian. Namun itu tak menyurutkan tekadnya sedikitpun. Jingga memilih melakukannya seperti ini daripada terus bergantung kepada Frans. Disisi lain, Frans yang sebelumnya terbiasa melayani Prahara Group, kini justru menjadi sangat kebingungan melangkah di perusahaan yang dibangunnya ini. Jingga masih mengevaluasi keseluruhan Prahara Group saat ini, wanita ini dengan sangat cermat mulai memilah produk-produk mana saja yang harus di upgrade dan di lanjutkan produksinya. "Nyonya, semua direksi sudha menunggu anda di ruang rapat." ucap Darma kepadanya. Mantan Kepala Pengamanan Rumah Arshan Pallace itu kini diangkat menjadi Kepala Bagian Peng
Selesai dengan masalah di sekolah Alkala, Jingga kemudian memutuskan untuk mengajak puteranya itu berkeliling sejenak merehatkan fikirannya dari kesemrawutan di sekolah tadi. "Ini menyebalkan, semua tulangku rasanya akan patah." ucap Alkala mengeluh kepada Jingga. "Karena itulah, mulai sekarang kau harus bisa memilih mana yang terbaik sayang." jawab Jingga menimpali keluh kesah puteranya dengans angat tenang. Namun Alkala nampak sangat kesal sekali karena Jingga tak membelanya. Untuk satu masalah itu, Jingga memang tak bisa menyalahkan Alkala. Tujuan baiknya untuk mendidik dan menggembleng putera semata wayangnya itu tentu akan menuai pro dan kontra dari puteranya itu sendiri. Senyuman demi senyuman menyapu wajah Jingga yang kian jelita ini. Membuat Alkala semakin mengerucutkan bibirnya dipenuhi rasa kesal. "Kita akan bermain billiard?" ucap Alkala kegirangan ketika mobil ibunya masuk ke halaman parkiran sebuah gedung pusat permainan b