Pada akhirnya ....Keinginan bulan madu mereka pun terlaksana.Dari Seattle, menduduki kursi first class, penerbangan membawa mereka meninggalkan daratan Amerika dan mengantarkan mereka tiba di sini.Cinque Terre, ItaliaPrims dibawa oleh Arley untuk memulai Europe Honeymoon, lokasi yang dipilihkan oleh Arley dan langsung disetujui oleh Prims tanpa ba bi bu karena memang tempatnya sangat cantik.Dari bahasa Italia sendiri, Cinque Terre memiliki arti lima daratan. Karena ia memiliki lima kota yang cantik dan menawan.Riomaggiore, Manarola, Monterosso, Corniglia dan Vernazza.Selalu ada satu primadona dari banyaknya pilihan yang ada. Dan Vernazza adalah yang paling disarankan. Vernazza sendiri terletak di barat laut Florence, panduan dari buku wisatawan mengatakan jika Vernazza adalah harta karun Italia, yang bisa dijangkau dengan menggunakan kereta serta kapal ferry.Dan Vernazza adalah tujuan pertama Prims serta Arley dalam perjalanan bulan madu mereka.Sebuah vila yang menghadap ke l
Sebelumnya, menyentuh apa yang disebutkan oleh Arley saja Prims tak berani. Ia tidak pernah berpikir untuk menyentuh atau sedikit memandangnya bahkan setelah benda itu berada di dalam lemarinya dalam waktu yang cukup lama. Atau saat Arley membelikannya beberapa yang baru dari mall, tidak pernah terbesit di dalam benak Prims bahwa dia akan memakainya. Namun... Entah godaan apa yang membuatnya malah berani membawa benda itu ke dalam perjalanan bulan madu mereka ke Italia. Iya, ini adalah pembicaraan soal lingerie. Arley melihatnya, Prims memang mengikutkan serta pakaian itu ke dalam kiper miliknya. Dan kesalahan Prims bisa dikatakan... Sedikit 'fatal' karena membiarkan Arley yang membongkar isi koper dan merapikannya di dalam lemari dengan tangannya sendiri karena jelas dia bisa melihat semua pakaian yang dibawa olehnya. Termasuk soal lingerie warna merah yang tadi ia bicarakan itu. Apa artinya Prims susah payah menatanya dengan sembunyi-sembunyi jika pada akhirnya ketahuan seper
....Pagi ini saat membuka matanya, Prims melihat Arley yang masih berbaring di sebelah kirinya. Mereka tidur dengan keadaan saling berhadapan. Dan saat prianya itu masih menutup matanya seperti ini, Prims memiliki kesempatan untuk mengaguminya lebih lama tanpa cemas Arley mengetahuinya.Pemandangan yang tampak sangat manis ketika Arley terpejam kedua netranya. Sebuah hal yang sangat kontras dengan dirinya jika sudah berperan sebagai suami yang ‘aktif’ di malam hari.Tidak akan pernah Prims lupakan apa yang semalam terjadi di dalam kamar mandi. Sebuah malam yang panjang ia habiskan di sana hingga ia dan Arley mengabaikan bahwa air di dalam bath tub menjadi dingin.Candu bibirnya yang menandai Prims di bagian dirinya yang memang terbuka secara utuh adalah bagian kecil dari penyebab suara erotikanya keluar tanpa henti.Jatuhnya air ke lantai kadang terjadi karena gerakan kecil atau guncangan masif yang membuat gelas-gelas wine milik mereka limbung dan menggelinding.Yang tentu saja itu
BLAM!Pintu tertutup. Wajah Jayden tak lagi terlihat. Prims melongo di tempatnya sebelum sedetik kemudian menatap Arley dengan kedua alisnya yang terangkat dan bertanya, “Kamu cemburu pada Jay?” “Iya.”“Apa-apaan itu? Aku tidak menganggapnya sebagai pemuda yang menarik loh padahal.”“Hah?”“Karena yang menarik bagiku hanya Arley Miller.”Arley bergeming. Prianya itu sedikit memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan ekspresinya yang salah tingkah dengan hanya mendengar Prims mengatakan bahwa tidak ada yang menarik baginya selain dirinya ini, Arley Miller.“Kamu semakin posesif belakangan ini, apakah itu efek setelah satu minggu tidak mendapatkan sentuhan jadi kamu bersikap seperti itu?” Prims menyipitkan matanya, meraih tangan Arley dan melingkarkan tangannya sendiri ke sana.Dengan satu tarikan agar Arley menunduk sehingga Prims bisa mendaratkan bibir di pipinya, Arley telah dibuat luluh. Sebuah kecupan telah mengakhiri kecemburuan tak berdasar itu.Benar-benar tipe posesif!“Jangan
Vernezza akan menjadi saksi, tentang cinta di antara Prims dan Arley yang tumbuh semakin hebat. Dimulai dengan sebuah pagi yang manis, Prims bisa melihat Arley yang sedang berada di dapur vila.Tangannya sibuk dengan pisau yang ia gunakan untuk memotong daun bawang. Seperti tak ada beban.Dan kecakapan menjadi pesonanya yang melimpah ruah, Prims bisa melihatnya melakukan multi tasking dengan memanggang daging di atas teflon.Prims pernah bertanya mengapa Arley tidak meminta salah seorang pelayan yang ia miliki di rumahnya untuk turut terbang ke Italia atau ke manapun mereka pergi untuk membantu mereka. Tetapi Arley menjawab jika ia tak ingin ada orang lain di dalam rumah selain hanya mereka berdua.Arley lebih suka jika dia yang membuatkan sarapan untuk Prims, atau ada baiknya mereka pesan saja daripada ada orang lain. Pengecualian, jika mereka nanti sudah memiliki anak dan pergi liburan keluarga, maka Arley akan membawa salah seorang dari mereka.‘Tapi yang kita lakukan sekarang ada
“Hari ini ulang tahunku?” ulang Arley dengan tidak percaya.Kedua sudut bibirnya tampak terangkat, memindai Prims yang mengangguk yakin kala memberinya jawaban. Ia juga memandang pada Jayden yang berdiri di belakang Arley dan membawa buket bunga berukuran besar di tangannya.“Happy Birthday ... to you ....”Lagu yang dinyanyikan oleh Prims diikuti oleh semua orang yang berada di dalam kafe, suaranya yang manis diikuti oleh Jayden yang malu-malu menirukannya. Dan sepertinya apa yang ia lakukan telah menghipnotis semua orang untuk melakukan hal yang sama.Seolah semua pengunjung yang ada di sana tak akan membiarkan Prims menyanyi berdua saja bersama dengan Jayden untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuk Arley. Mereka tenggelam di dalam haru kebahagiaan itu.Sedang Arley yang berdiri di sudut kafe terpancang tak bisa pergi ke manapun selain hanya tersenyum.Ia menatap Prims sangat lama, tidak bisa beranjak atau berpindah dari wajahnya yang manis.Hingga tiba di ujung lagu, Prims menga
“Apakah kamu tidak suka?” tanya Prims karena sedari tadi Arley hanya diam saja. Ia meraih tangan Arley, mengusap punggung tangannya dengan lembut hingga prianya itu tersadar dari lamunannya, “Suka, Sayang,” jawab Arley dengan gegas, seolah tidak ingin membuat Prims menunggu. “Tapi wajahmu tidak mengatakan begitu,” ucap Prims lirih. Arley tertawa mendengar nada bicaranya yang tampak kecewa, baru setelah itu ia menggelengkan kepalanya, “Aku tidak begitu loh. Kenapa kamu bilang jika wajahku tidak mendukung bahwa aku suka hadiah dari kamu?” “Karena kamu diam saja.” “Aku diam saja karena membaca kalimat yang kamu berikan di bawah namaku.” Prims tersenyum, menyentuh pipinya yang menghangat dengan menggunakan punggung tangannya, “Kamu tahu artinya?” tanya Prims dengan masih tak mengalihkan matanya dari Arley. Sebelah tangannya yang membawa garpu memotong-motong black forest yang ada di piring kue miliknya hingga menjadi cacahan yang lebih kecil. “Tahu,” jawabnya. “Aku akan mencintai ka
|| Dua belas tahun yang lalu ||Prims masih berusia empat belas tahun, dia masih berada di Sekolah Menengah Pertama. Hari itu di Seattle, beberapa temannya mengatakan jika mereka melihat bintang jatuh pada tanggal dua puluh tiga Desember.“Bintang jatuh?” tanya Prims pada diri sendiri satu hari setelahnya. Langkah kakinya sedang menginjak jalur pejalan kaki yang tertutup oleh salju yang mulai tebal. “Aku sama sekali belum pernah melihat bintang jatuh selama aku hidup,” katanya dengan sedikit kesal, menendang gumpalan salju yang terlihat lebih tinggi di bawah pohon maple. “Ke mana aku semalam?” ia tak habis pikir, padahal semalam ia juga tidur larut malam.Tetapi sepertinya bintang yang jatuh itu tidak ingin ia lihat.Ia melihat ke sekeliling, beberapa tetangga rumahnya sedang berjalan keluar dari rumah juga. Mereka akan menuju ke gereja untuk ibadah malam natal.Dua puluh empat Desember.Dan saat itu ... Prims yang sangat ingin melihat bintang jatuh memikirkan satu hal, ‘Bagaimana se