Terima kasih sudah membaca ya jangan lupa baca juga buku saya yang berjudul TUAN JAKE NYONYA LAURA INGIN BERCERAI ❤️
Arley menoleh ke arah di mana Richard menunjuk Prims duduk.Dan itu benar.Prims telihat kesakitan dengan membungkuk dan memegangi perutnya.“SAYANGKU!” panggil Arley seraya berlari kea arahnya. Menerjang bahu Richard yang tubuhnya berputar seperti baru saja ditaabrak angin puting beliung.“SAYANGKU!”Arley merangkul bahu Prims dan membantunya bangun.“Kamu baik-baik saja? Kamu sudah akan melahirkan sekarang? Tapi barang-barangnya ‘kan ada yang belum selesai di antar? Akh, si kembar hari perkiraan lahirnya maju ya ternyata?”Banyak sekali pertanyaan Arley yang bahkan Prims bingung harus menjawabnya dari mana terlebih dahulu.Ia mencengkeram lengan Arley yang berbalut dalam kemeja lengan panjang hitam yang ia gulung hingga ke siku itu semakin erat.“Ayo kita ke rumah sakit!” ajak Arley pada Prims yang tak kuasa menjawabnya.Arley menoleh pada Richard yang berdiri di sebelah kirinya dan meminta tolong padanya dengan mengatakan, “Antar kami ke rumah sakit, Rich!”“Aku?”“Memangnya ada la
Suara tangisan bayi mengguncang ruang president suite tempat di mana mereka berada. Prims melihat senyum para perawat saat mereka mengatakan, “Laki-laki, ganteng sekali ... selamat ....” Tapi ini belum selesai. Prims kembali merasakan gejolak yang sakitnya seperti sebelumnya. Dengan bantuan dokter yang memberi aba-aba untuk mereka, sekali lagi .... Prima tidak bisa menjelaskan bagaimana leganya ia sekarang. Tangisan anak keduanya ikut terdengar. Lebih keras daripada yang pertama. Wajah penuh kekaguman dari para perawat dan dokter yang ada di sana membuat Prims ingin segera mendengar kabar baiknya. “Selamat, Nona Primrose. Bayinya kembar sepasang.” Prims melebar kedua bola matanya, ia menatap dokter saat bibirnya yang gemetar bertanya, “Jadi bayi saya yang ke dua adalah perempuan?” “Iya, benar.” Prims menangis terharu saat Arley memeluknya. Mereka tidak bisa menggambarkan seberapa bahagia mereka sekarang ini. Untuk beberapa lama setelah Arley memeluk Prims, ia diminta keluar
.... “Sudah selesai ‘kan dia minumnya? Biar aku baringkan dia di box baby-nya, Sayangku,” ucap Arley setelah Prims menepuk lembut punggung Rose. “Sudah, Arley.” Arley yang belum lama ini membaringkan Rhys menerima anak gadisnya dan menidurkannya dengan nyaman di dalam box bayi milik mereka masing-masing. “Tadi Jay, Lucia dan Richard ada di luar, mereka mau melihat keadaan kamu dan anak-anak sebentar.” Prims tidak keberatan, ia mengangguk kemudian Arley beranjak menuju ke pintu. Membukanya dan mempersilahkan mereka masuk. Yang dituju oleh Jayden serta Richard pertama kali adalah pada si kembar yang terlelap. Wajah mereka terlihat tak percaya bahwa ada makhluk sekecil itu yang tertidur di dalam kotak bernama bayi, Rhys dan Rose. Sedangkan Lucia berlari menghampiri Prims dengan tersenyum sangat cerah. “Nona Primrose ....” Ia menghambur ke pelukan Prims dan Prims membalasnya dengan senyum yang sama cerahnya. Ia pikir ... semakin jauh ia mengenal Lucia, ia tahu mengapa Jayden dib
.... Arley masuk kembali ke dalam ruangan setelah ia berpisah dengan Richard yang sekali lagi izin untuk membawa mobilnya pulang sementara waktu. Ia kembali ke dalam dan melihat Prims yang berbincang berbisik-bisik dengan Lucia. Arley mendengar, “Nona setelah ini istirahatlah, aku dan Jay akan pulang. Kami akan datang besok lagi.” “Iya, Lucia.” Melihat itu ... Arley tahu bahwa Prims nyaman dekat dengan Lucia. “Pak Tom dan Nyonya Katie bilang kalau malam hari ini mereka tidak bisa datang, Pak Arley,” kata Jayden. “Aku sudah beri tahukan ke Nona Primrose barusan. Mereka akan datang besok,” lanjutnya. “Iya, Jay. Tidak apa-apa. Nanti aku akan hubungi papa biar besok datang ke rumah sakit sekalian memeriksakan kakinya yang terkilir itu.” “Pak Arley bisa jaga malam di sini sendiri sama Nona?” tanya Jayden sembari memiringkan kepalanya sekilas ke kiri dengan seberkas rasa ragu. “Iya, kenapa memangnya?” “Mintalah bu Jodie untuk datang dan membantu kalian kalau kewalahan. Atau ambilla
Jika tidak ingat Prims sedang berada di dalam kamar tempat di mana anak-anaknya baru saja tertidur dengan lelap, ia bisa berteriak dan memukuli Arley. Dengar 'kan apa yang baru saja dia bilang? Dia bawa pompa katanya? Bibirnya itu? Kadang-kadang ... Prims bahkan lupa jika ia memiliki suami, seorang pria dewasa berdarah panas yang baru sekali jatuh cinta seumur hidupnya. Dan itu pada Prims. Baik, Prims memang suka. Tetapi lihat saja apa yang ia lakukan di saat yang bisa dibilang sedikit genting seperti ini! Prims turun dari ranjang, melewati Arley yang mengekor di belakangnya dengan polos. Melihat Prims memeriksa tas yang semalam diantar oleh Wil, berisi pakaian miliknya dan juga pakaian untuk si kembar selama mereka berada di rumah sakit. "Ada, ini sudah disiapkan sama Bu Jodie ternyata." Prims mengambil benda yang ia sebut sebagai pompa asi itu keluar dari dalam tas. Membawanya kembali ke ranjang, kali ini ... Arley tidak hanya diam saja dengan wajahnya yang polos, tetapi m
.... Lewat pukul sebelas malam saat Arley terjaga dari tidurnya yang tadi terpejam matanya secara sembarangan di sofa. Tepat saat ia membuka matanya, ia bisa melihat seorang wanita berdiri di dekat box bayi anak gadisnya dan menggendongnya, lengkap dengan tangannya yang membawa botol susu untuknya. Arley tak bisa membendung senyumnya saat tahu itu adalah Katie, ibunya. Benar, Katie bilang ia ingin menginap di sini untuk menjaga Prims dan si kembar karena sejak mereka lahir Katie sibuk dengan Tom dan kakinya yang tengah terkilir. “Mama,” panggil Arley membuat Katie yang tadinya menimang Rose menoleh pada anak lelakinya itu dengan cepat. “Kenapa bangun?” tanya Katie, kedua alisnya terangkat menerpa mata Arley yang masih setengah terbuka. “Rose bangun?” tanya Arley balik. “Iya.” “Sudah dari tadi?” “Sudah.Tapi jangan bangunkan istrimu, dia baru sebentar tidur stelah menyusi Rhys.” Arley mengangguk, tak bisa menahan senyumnya dan bangun mendekat pada Katie. Turut memandangi anak
Karena ia hanya terfokus pada anak-anak dan hari perkiraan lahir mereka, Prims bahkan lupa bahwa bulan ini adalah bulan kelahirannya. Yang artinya, untuk hari ke depannya setelah tahun ini, dalam satu bulan akan ada dua perayaan ulang tahun. Ulang tahun si kembar, dan ulang tahunnya sendiri Entah bagaimana harus mengungkapkannya karena hatinya sangat bahagia. Desir darahnya memacu detak jantung lebih cepat, berdebar tanpa aturan saat ia melihat tulisan selamat ulang tahun dalam buket bunga mawar yang diletakkan di sofa ruang tamu dengan sangat manisnya. Arley bahkan bukan hanya memberi satu gelar saja. Melainkan beberapa, istriku yang cantik, manis— Akh! Ia tak bisa berkata-kata. Dan sekarang tahu sudah ia alasan mengapa Jayden dan Lucia memakaikan topi ulang tahun berbentuk kerucut di kepalanya. Ini bukan menyambut kepulangan mereka melainkan untuk merayakan ulang tahun Prims. Jodie yang tadi membawa mereka masuk datang dari arah berlawanan. Entah kapan wanita paruh baya
....Waktu berganti, hari menapaki jejak mentari untuk meninggalkan minggu demi minggu yang terhimpun.Dari minggu pertama yang sedikit chaos karena mereka harus menyesuaikan diri, sekarang mereka telah terbiasa.Ini telah menjadi rutinitas harian Arley sejak beberapa saat yang lalu.Memutuskan untuk sementara mengambil cuti, saat ia bangun pangi lebih dulu dan Prims masih terlelap, ia akan berolahaga sebentar.Tidak perlu ke gym dulu untuk sekarang.Ia bisa melakukan olahraaga ringan dengan push up atau angkat barbell yang sudah ia bawa masuk ke dalam kamarnya. Sengaja memang, untuk ia gunakan olahraga setiap pagi.Setelah itu ia akan melihat si kembar—yang seringnya sudah bangun tepat saat Arley selesai.Ia akan membawa mereka keluar dari box baby, melepas diapers, dan menghangatkan asip yang ia ambil dari lemari pendingin. Bergantian, ia akan melakukannya dengan telaten.Baiknya, anak-anaknya jarang menangis sehingga itu memberi waktu bagi Prims untuk bisa tidur lebih lama. Sebab A