Part 29Tangan Mariana mengepal ia merasa kesal karena disindir oleh Hana.Mahesa tertawa lirih untuk mencairkan suasana yang tampak canggung."Maafkan cucu saya ya, dia sepertinya kurang jalan-jalan. Hahah.""Kakek! Bahkan jalan-jalanku itu ke luar negeri bukan pelosok desa seperti ini!" protes Mariana cemberut. Reni menepuk-nepuk paha Mariana biar dia berhenti berdebat. Karena orang-orang yang berada di luar tampak memperhatikannya. "Jaga sikap, Mariana. Kita orang kaya harus kelihatan anggun dan elegan!" bisik Reni di telinganya."Sudah, sudah, ayo kita makan hidangan dari tuan rumah. Menghormati mereka yang sudah susah payah dan sibuk menyambut kita," ujar Mahesa menengahi. Lelaki tua yang masih gagah dan tegas itupun mengambil salah satu kue nagasari. Dibukanya bungkus daun pisang itu lalu mengunyahnya. Ia tampak menikmatinya.Begitu juga dengan Putra. Ia mengambil salah satu kue dan memakannya. Alvaro langsung beralih dari pangkuan Hana ke pangkuan sang ayah.Mereka pun akhi
Part 30"Hei, kamu siapa tiba-tiba datang dan ingin menghalangi pernikahan ini?" tanya pak RT. Ia berjalan menghampiri lelaki itu dan bermaksud untuk mengusirnya keluar lebih dulu.Tapi bukannya takut, lelaki itu justru datang mendekat menghampiri Hana. Ia berjongkok di samping Hana. "Tanyakan saja pada Hana, siapa aku," ujar lelaki itu lagi serius dan memandang Hana lekat-lekat.Baik Hana dan Putra hanya menatap lelaki itu lalu beralih ke sekitarnya yang juga tampak bingung. Karena memang tak mengenal siapa lelaki asing dan misterius itu."Hana, katakanlah siapa aku ini pada mereka. Apa perlu aku yang mengatakan semuanya?" Ucan pria itu makin membuat terheran-heran."Maaf, anak muda, kami tidak mengenal kamu. Bila ada urusan, silakan tunggu saja di luar sampai acara akad ini selesai," sela Pak Irwanto.Lelaki itu hanya tersenyum. "Tidak Pak Irwanto, saya juga mengenal bapak. Bapak adalah calon mertua saya. Dan urusan saya dengan Hana belum selesai, dia tidak bisa bersikap seenaknya
Part 31"Hana, kamu mendengarku? Saat ini aku sudah menjadi suamimu, jadi jangan panggil Tuan lagi," tandas Putra. Ia pun menganggukkan kepalanya pelan. "Lalu Tuan--, maksudnya suamiku ini mau dipanggil apa?""Terserah, panggilan kesayanganmu saja.""Aa Putra?""Boleh, itu tidak buruk!" ujar Putra seraya tersenyum. Lelaki itu menggenggam tangan sang istri. Ia pun membisikkan sebuah kalimat yang membuat Hana tersipu mendengar ucapan suaminya. Setelah acara akad nikah selesai, langsung dilanjut acara makan bersama keluarga. Ya, seperti yang direncanakan sebelumnya, hanya akad dan syukuran saja, itupun terasa begitu khidmat meski tadi sempat ada insiden tak terduga."Tante, jadi acara pernikahannya cuma begini doang? Gak ada acara lain-lain lagi?" bisik Mariana saat ia mengambil makanan yang sudah disiapkan. "Iya, namanya juga acaranya orang miskin! Putra aja yang bego, mau-maunya nikahin pembantu!" sahut Reni lirih. Mereka mengobrol tapi saling berbisik agar tak terdengar yang lain.
Part 32Malam PengantinLelaki itu berjalan mondar-mandir dengan perasaan resah. Gimana jadinya kalau Hana kembali ke rumah ini tapi dengan status yang berbeda? Dia bukan seorang pembantu lagi, melainkan istri dari Putra Mahesa, seorang pengusaha muda yang terkenal dalam dunia bisnis.Bambang Wijaya mengusap wajahnya dengan kasar. Ia harus cari cara agar Hana tidak betah tinggal di sini. Karena cara sebelumnya dia sudah gagal.Klunting ... Terdengar notifikasi di ponselnya. Sebuah pesan masuk ke aplikasi whattsappnya.[Sayang, malam ini aku sampai di rumah. Kami sedang dalam perjalanan]Pesan dari Mariana cukup membuatnya berdebar.[Kamu pulang, Sayang?] Balas Bambang Wijaya.[Iya, aku sudah kangen berat sama kamu] Bambang Wijaya tersenyum membaca pesan Mariana. [Aku juga kangen sama kamu. Bagaimana tadi acara pernikahan Om Putra?] balasnya basa-basi.[Ya, mereka sudah resmi menikah, meski tadi sempat ada insiden kecil yang mengganggu tapi bisa diatasi][Jadi mereka sudah menikah?]
Part 33Hana keluar kamar, mengambil tikar. Lantas menggelarnya di bawah. Putra hanya memandangnya saja. Sesekali ia tersenyum sendiri. Rasanya tak jemu-jemu memandang istrinya itu. Cantik natural. Tanpa polesan make up. Sederhana juga anggun.Hana mengambil bantal dan juga selimut untuk alasnya. Lalu mengambil lotion nyamuk untuk sang suami.."Aa istirahat di sini ya."Putra mengangguk. Dengan telaten Hana membuka sachet lotion nyamuk lalu membalurkannya pada tangan dan kaki sang suami.Putra tersenyum geli melihat perhatian Hana sampai hal sekecil ini."Tidurlah di sini di sampingku, Hana," ujar Putra seraya menepuk-nepuk bantalnya. Seketika wajah Hana memerah. "Emmh, tapi ... tenang saja gak usah risau. Aku gak akan ngapa-ngapain kecuali meluk kamu," ucap Putra lagi. "Aku akan mengajakmu bulan madu untuk malam pertama kita," bisik Putra di telinga Hana. Serta merta membuat pipi Hana merona merah."Sekarang istirahat saja, Sayangku."Hana memgangguk. Dia mulaibmerebahkan dirinya
Part 34 Putra tersenyum dan lantas merengkuh Hana dalam dekapannya. "Mas, sebentar, aku bereskan sisa makan kita dulu.""Iya, Sayang. Aku siap menunggu."Hana tersenyum simpul. Ia pun segera membereskan piring-piring kotor dan hidangan di atas meja.Sebenarnya hatinya merutuk, kenapa sang suami tak bilang-bilang pesan makanan sebanyak ini. Kan mubadzir kalau gak habis.Tapi Hana berinisiatif menyimpannya ke kulkas yang tersedia di sana. Ia berpikir akan menghangatkannya untuk besok pagi.Ia meregangkan tubuhnya sejenak usai mencuci piring. Lanjut menggosok gigi agar napasnya kembali segar.Ia berjalan menuju kamar, rupanya sang suami sedang menunggunya di sana. Namun Putra tampak sibuk dengan ponselnya hingga tak menyadari kedatangan Hana.Hanaa sempat menelan ludahnya sendiri melihat Putra bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana training. Dadanya yang sixpack terlihat menawan. Bila mengingatnya, Hana jadi malu sendiri.Jantungnya berdebar dengan kencang, semburat merah di pip
Part 35Mariana menyenggol lengan Bambang yang masih memfokuskan pandangannya pada Hana. Perempuan itu tampak begitu cantik usai menjadi pengantin baru."Kenapa lihatinnya begitu? Terpesona?" sindir Mariana, dengan tatapan sinis.Bambang terkesiap, lalu menggeleng pelan. "Tidak sayang. Hanya heran aja, dia yang dulu jadi babu kini jadi nyonya," sahut Bambang menutupi salah tingkahnya."Emang kenapa dari BABU JADI NYONYA? Bukankah hal itu biasa? Roda kehidupan kan berputar, tidak selamanya di bawah dan tidak selamanya di atas! Selagi di bawah kita harus banyak bersyukur dan saat di atas jangan pernah sombong," timpal Putra yang menanggapi ucapan Bambang.Seketika mulut Bambang terkatup rapat dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tak berani menatap Hana lagi, takut Mariana cemburu. Hana hendak bersalaman dengan mereka semua, tapi semuanya terdiam tak menyambut uluran tangan Hana.Putra langsung meraih tangan Hana lalu mengecupnya lembut dan pelan, membuat desir cemburu pada hati Bamba
Part 36Putra menatapnya dengan ekspresi dingin. "Kenapa? Kau merasa terganggu? Hana adalah istriku, tak ada salahnya aku bermesraan dengannya!" Bambang terdiam. Dia beralih menatap Hana yang seakan tak menganggapnya ada di sana. Dia fokus kembali ke masakannya. "A, coba ini sayurnya cicipin dulu, kurang apa?" tanya Hana dengan lembut. Ia mengambil kuah sayur dengan sendok, lalu meniupnya sejenak dan menyuapkannya pada sang suami."Sudah pas, Sayang. Alvaro juga pasti akan doyan masakanmu," ucap Putra.Ck! Bambang berdecak kesal sendiri. Ia pergi begitu saja meninggalkan dapur dengan perasaan bertabur emosi. "Kamu berani memanas-manasiku, Hana! Awas saja kau!" gumamnya."Apanya yang awas, Mas?" Tiba-tiba Mariana berada di hadapannya dengan tangan bersidekap di dada. "Kamu kelihatan kesal sekali. Ada apa sih?" tanya Mariana lagi penuh selidik."Tidak apa-apa," sahut Bambang singkat."Mas?!" "Ada apa, Mariana?""Kenapa kau ketus padaku? Kenapa sikapmu sekarang berubah?""Aku sudah me