Share

Tumpah

Langkah Hanindita tergontai lemas. Mata sembab dengan sorot kekosongan, lingkaran hitam membuat mata sipitnya tenggelam. Tenggelam akan kesedihan yang mendalam. Bahu gadis itu terus merosot, seolah enggan lebih jauh memasuki kamar mayat. Seolah mengulur waktu agar bisa bangun dari mimpi buruk.

Ya, dia berharap semua ini hanyalah mimpi buruk.

Mimpi terkutuk yang dibenci semua anak di belahan dunia mana pun. Tentang bagaimana orang-orang berkumpul dengan wajah tertunduk. Memberikan penghormatan terakhir untuk orangtua mereka yang tertidur, selamanya.

Ada Nyonya Selene dan Tuan Takeda yang terus mengawasi di belakang. Mereka ialah paman dan bibi Hanin. Keduanya gusar keponakannya itu akan pingsan lagi, jadi mereka selalu berusaha memegangi. Sayangnya, Hanin terus mengenyahkan pegangan mereka. Tak ada yang bisa membujuk orang yang ditinggalkan untuk baik-baik saja. Tidak ada.

Bibir Hanin terbuka, sedikit menganga melihat kain putih telah menutupi tubuh sang ayah. Hanya sampai dada, w
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status