Melihat pesan ini, Audrey langsung waswas. Setelah memeriksa nomor telepon tersebut, ternyata ini adalah nomor asing yang tidak pernah dihubunginya sebelumnya. Apakah pelakunya tidak tahan lagi sehingga menghubungi Audrey langsung? Audrey menahan perasaannya yang gusar, lalu membalas pesan tersebut.[ Siapa kamu? Kenapa kamu mencariku? ][ Sepertinya kamu frustrasi sekali. Kalau mau tahu, kita cari tempat untuk duduk dan mengobrol saja. Tenang saja, aku nggak akan berbuat apa-apa padamu. ]Lawan bicara itu langsung membalas pesannya dengan cepat. Audrey hanya mengerutkan alisnya melihat pesan itu. Melihat orang ini ingin menemuinya semudah itu, Audrey merasa orang itu pasti telah menyusun rencana busuk. Oleh karena itu, Audrey tidak langsung membalas pesannya.[ Tentunya, kamu boleh saja nggak datang kalau nggak takut ibumu akan dapat "hadiah kecil" di luar negeri sana .... ]Melihat Audrey tidak membalasnya cukup lama, orang itu kembali mengirimkan pesan yang bernada ancaman. Audrey m
Orang di hadapannya ini, tak lain adalah Felya. Melihat kedatangan Audrey, ekspresi Felya sangat datar. Dia bahkan mengangkat cangkirnya dan menyeruput kopinya dengan elegan. Hanya saja, semua keanggunannya ini terlihat sangat munafik bagi Audrey."Ternyata semua ini ulahmu?" kata Audrey sambil berjalan mendekat. Saking marahnya, suara Audrey bergetar hebat."Nona Audrey, apa aku masih harus mengingatkanmu soal etika?" Felya meletakkan cangkirnya, lalu tersenyum tipis sambil berdiri. Dia menatap Audrey dari atas ke bawah dan berkata, "Bukankah sudah kuperingatkan untuk menjauhi Zayden sebelumnya dan jangan menyimpan niat apa pun pada anakku? Karena kamu nggak mau dengar, tentu saja aku harus memberimu sedikit pelajaran."Perkataan Felya terdengar seakan-akan semua ini memang kesalahan Aurey. Sikapnya ini membuat Audrey yang tadinya sudah cukup emosi, kini menjadi murka. "Kamu nggak takut kena karma ya berbuat hal seperti ini? Memangnya kamu nggak punya keluarga? Bagaimana perasaanmu ka
Audrey akhirnya mengalah. "Jadi, kamu ingin aku bagaimana baru kamu berhenti?"Melihat Audrey akhirnya menurunkan harga dirinya, Felya tersenyum bangga. "Mudah saja. Asalkan kamu ikut petunjukku membuat Zayden menyerah sepenuhnya dan pergi dari sini, aku juga tentu saja nggak akan mempersulit kalian lagi."Felya memberitahukan semua rencananya dan Audrey mendengar dengan tanpa ekspresi. Masalahnya sudah seperti ini, Audrey sudah tidak bisa menolak lagi. Meskipun tidak rela, dia juga hanya bisa melakukan apa yang dikatakan Felya untuk melindungi orang-orang terdekatnya.Hanya saja, meskipun Audrey sudah mempersiapkan dirinya, dia juga diam-diam mengepalkan tangannya dengan erat di bawah meja saat mendengarkan semua rencana Felya. Bisa dibilang, rencana Felya memang kejam, Zayden pasti akan sangat membenci Audrey jika dia melakukannya. Jika hal ini terjadi sebelumnya, Audrey mungkin akan merasa lebih baik melakukan itu agar tidak ada hubungan apa pun lagi di antara merek. Namun entah men
"Christian, jangan khawatir, pasti ada cara untuk menyelesaikan masalah ini. Aku nggak akan membiarkanmu dalam masalah."Suara Audrey sangat lembut sehingga membuat Zayden tercengang sejenak. Dia tidak pernah mendengar nada bicara Audrey yang seperti ini. Setelah ragu sejenak, dia berdiri di samping Audrey dan diam."Jangan khawatir. Aku belakangan ini lebih baik padanya karena ... aku ingin membantumu. Aku pasti akan membantumu mengambil kembali apa yang dia rebut darimu."Saat Audrey masih melanjutkan pembicaraannya, tangan Zayden bergetar sejenak, seolah-olah dia tidak berani memercayai apa yang telah dia dengar. Beberapa hari ini, sikap Audrey kepadanya menjadi lebih lembut. Zayden mengira bahwa mungkin Audrey sudah mengerti isi hatinya saat melihat tindakannya belakangan ini. Tak disangka, semuanya malah seperti ini. Zayden berdiri bengong di tempatnya, jelas tidak bisa mencerna apa yang sudah didengarnya."Aku nggak punya perasaan apa pun pada Zayden. Saat melihatnya, aku hanya a
Zayden menatap Audrey dengan ekspresi keras kepala. Dia tidak percaya akting Audrey bisa begitu bagus. Selama mereka bersama, Audrey jelas pernah merasa malu, bahkan wajah Audrey memerah saat kontak fisik dengannya. Audrey juga memasak untuknya saat dia sedang terluka. Dia tidak percaya hati Audrey tidak pernah goyah.Melihat tatapan Zayden yang merasa terluka, mata Audrey berbinar. Namun, dia tetap mencubit pinggangnya sendiri, menggunakan rasa sakit agar pikirannya tetap sadar. Tentu saja, tidak mungkin Audrey tidak pernah merasa tersentuh. Namun saat teringat dengan ancaman Felya, dia tidak berani bertaruh. Jika dia kalah, semua orang di sekitarnya yang akan terluka. Audrey tidak sanggup menanggung konsekuensi itu. Dia tersenyum dan nada bicaranya terdengar makin sinis. "Nggak. Sejak awal, perasaanku kepadamu hanya ada kebencian. Setiap menit dan detik di sampingmu adalah sebuah siksaan bagiku."Audrey merasa hatinya sakit, tetapi dia tidak memedulikannya. Lagi pula, hanya ada takdi
Zayden tidak ingin mendengar apa yang dikatakan Audrey lagi. Emosinya kini seakaan-akan hampir meledak. Zayden tidak bisa menjamin hal gila apa lagi yang akan dilakukannya karena kekejaman Audrey. Dia hanya bisa melakukan itu, memaksa Audrey agar menutup mulutnya dan diam dengan putus asa.Setelah bibirnya digigit, Audrey merasa sakit. Dia mengulurkan tangannya dan mendorong dada Zayden dengan keras, tetapi usahanya sia-sia.Saat merasakan darah Audrey, tatapan Zayden juga tampak memerah dan terlihat liar. Dia melihat Audrey lebih memilih untuk merasa sakit dan lukanya terus berdarah daripada menjawabnya. Bahkan sampai Zayden menggigit bibirnya pun, Audrey tidak mau menerima ciuman Zayden. Ternyata, kebencian yang dikatakan Audrey bukanlah sebuah kebohongan, melainkan murni dari hati Audrey.Saat Zayden tertegun sejenak, Audrey akhirnya mendapat kesempatan untuk mendorong Zayden. Begitu dia berbalik dan hendak pergi, Zayden langsung menggenggam lengannya. "Mau ke mana?""Aku juga nggak
Namun, Audrey tidak membiarkan dirinya untuk goyah. Dia menjawab dengan tanpa ragu-ragu, "Kalau kamu benar-benar cacat, semua itu juga pilihanmu sendiri, nggak ada hubungan denganku."Setelah mengatakan itu, Audrey segera pergi.Zayden berdiri di sana dan menatap punggung Audrey yang pergi dengan tatapan yang tajam. Audrey begitu tegas dengan keputusannya hingga tidak menoleh untuk melihatnya sekali pun. Sepertinya, semua yang terjadi beberapa hari ini hanya mimpinya saja. Audrey sama sekali tidak peduli dengan nyawanya. Semua yang telah dia lakukan juga tidak akan pernah menandingi posisi Christian di hati Audrey selamanya.....Audrey segera keluar. Saat tiba di luar, dia harusnya merasa lega saat melihat sinar matahari yang terang. Namun, sinar matahari itu malah membuat matanya terasa sangat sakit dan perih, seakan-akan ada sesuatu yang mengalir.Melihat Audrey sudah keluar, sopir yang diatur Zayden segera mendekat. "Nona Audrey, Anda baik-baik saja? Tuan Zayden tidak keluar bersam
Felya tidak bertele-tele dan langsung menyetujui persyaratan Audrey. Sesudah menunggu sejenak, Audrey akhirnya melihat klarifikasi yang mulai beredar di internet. Tertulis Christian dijebak seseorang dan biang keroknya telah ditangkap sekarang, jadi berharap para netizen tidak terbawa arus lagi.Di bawah bimbingan media, orang-orang yang awalnya menyerang Christian akhirnya menjadi tenang. Beberapa orang bahkan mulai meminta maaf.Audrey menghela napas lega melihat hasil ini. Dia segera menelepon Christian dan akhirnya terhubung. "Halo, Audrey, aku baik-baik saja. Jangan khawatir," ucap Christian yang terdengar agak lelah.Audrey merasa sangat bersalah padanya. Bagaimanapun, Christian tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi terlibat karena dirinya."Setelah masalah ini beres, kita kembali ke luar negeri," ujar Audrey. Perkataan ini langsung membuat Christian yang tertekan menjadi bersemangat kembali."Audrey, serius? Kamu sudah memikirkannya matang-matang? Oke, aku langsung pesan tik