Suara yang akrab terdengar sehingga langsung membuat Audrey terhuyung-huyung ke belakang. Dia mendongak, lalu bertatapan dengan mata Zayden yang hitam dan dingin.Pikiran Audrey tiba-tiba menjadi kosong. Kenapa Zayden bisa menemukannya secepat ini?Audrey berniat untuk melepaskan diri dari cengkraman Zayden, tetapi kekuatannya sama sekali bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kekuatan pria.Saat menyadari bahwa dirinya tidak bisa melarikan diri lagi, Audrey memaksa dirinya untuk tetap tenang. Dia pun tersenyum dan berkata, "Tuan Zayden, aku hanya ditugaskan untuk dinas oleh perusahaan. Kenapa Anda datang kemari?"Melihat senyuman palsu Audrey itu, Zayden pun mencibir dan berkata, "Dinas? Pagi tadi kamu bilang pada Ayah mau bulan madu denganku. Sekarang malah menjadi dinas dari kantor. Apa tidak ada sepatah kata pun yang benar dari ucapanmu?"Kebohongan Audrey dibongkar dalam sekejap sehingga membuat wajahnya memerah. Melihat tatapan Zayden yang seperti akan membunuh orang, Audrey mera
Seusai berbicara, Zayden membuka pintu mobil dari luar. Dia pun memerintah beberapa dokter yang tampak tinggi dan besar itu, "Bawa wanita ini untuk aborsi. Awasi dia dengan baik. Sebelum operasi berakhir, jangan biarkan dia meninggalkan kamar satu langkah pun. Kalau ada kesalahan, kalian harus bertanggung jawab!"Tentu saja, tidak ada yang berani melawan ucapan Zayden.Beberapa orang itu segera maju, lalu menangkap Audrey dan membawanya ke dalam rumah sakit. Audrey terus meronta, tetapi bagaimana mungkin wanita lemah sepertinya bisa melawan beberapa pria yang muda dan kuat?Saat melihat dirinya akan dibawa masuk ke ruang operasi, Audrey sudah sangat putus asa. Dia pun berteriak dengan emosi, "Apa kalian semua masih pantas menjadi dokter? Aku nggak mau aborsi, atas dasar apa kalian berbuat seperti itu?"Namun, teriakan Audrey tidak mendapatkan rasa kasihan atau perasaan iba dari siapa pun. Sebaliknya, dia justru diabaikan. Para dokter ini memiliki keluarga yang harus dibiayai. Tidak ada
Zayden duduk di depan pintu operasi. Saat mendengar suara teriakan Audrey yang menyayat hati dari dalam, Zayden sontak mengepalkan tangannya. Luka yang baru saja diperban kembali mengeluarkan darah. Meskipun begitu, Zayden seperti tidak merasakan apa pun dan kedua matanya hanya menatap pintu yang tertutup itu.Waktu terus berlalu, Zayden merasa kesabarannya yang terbatas mulai habis.Apa operasi ini begitu rumit sampai selama ini?Zayden bangkit dan berjalan ke arah pintu operasi. Pada saat ini, suara dokter yang seperti kesulitan terdengar. Dia berkata, "Bagaimana ini? Kalau memaksa operasi di saat kondisi pasien seperti ini, mungkin akan terjadi pendarahan besar. Bagaimana kalau kita … batalkan saja?"Meskipun merasa takut dengan kekuasaan Zayden, bagaimanapun juga mereka adalah dokter yang berbuat baik dengan menyelamatkan manusia. Jika memaksa seorang wanita melakukan aborsi yang bisa menyebabkan kematian ibu dan anak, hal ini juga memberikan beban kepada mereka."Tapi, Tuan Zayden
"Aaah!" teriak Audrey dengan histeris. Dia mengulurkan tangan dan memukul kepalanya dengan keras.Kenapa bisa seperti ini?Audrey baru saja menyakinkan dirinya untuk menerima anak ini. Dia bahkan mulai merencanakan bagaimana dia akan merawat bayi itu dan menjalani hidup bersamanya. Namun, sekarang semuanya telah hancur!Dia tidak berguna! Dia baru saja memutuskan untuk mempertahankan bayinya dan melindunginya dengan baik. Namun, semuanya telah berakhir!Para petugas medis yang berjaga di luar bergegas masuk begitu mendengar suara teriakan Audrey. Ketika menemukan emosi Audrey sedang tidak terkendali dan mencoba menyakiti dirinya sendiri, mereka pun bergegas maju untuk menghentikannya.Namun, Audrey bak seekor induk betina yang kehilangan anaknya. Dia telah kehilangan akal sehatnya sepenuhnya. Dia meraih segala benda yang bisa diraihnya dan melemparkannya ke arah sekelompok orang itu sambil berteriak, "Kalian sekelompok orang jahat yang nggak berperikemanusiaan! Pergi kalian! Pergi sana
Audrey juga tahu bahwa begitu sebuah hal dilakukan, konsekuensinya akan sangat berat. Pada saat ini, akal sehatnya telah hilang dan dia hanya ingin meluapkan emosinya!Audrey sudah memohon dengan merendahkan diri kepada pria ini, tetapi yang dia dapatkan adalah kekejaman. Kalau memang begitu, untuk apa dia membuat dirinya tampak menyedihkan? Lagi pula, keadaan sudah seperti ini, jadi Audrey pun tidak ingin terus bersabar lagi.Saat ini, Zayden baru menyadari ternyata Audrey ingin membunuhnya.Namun, serangan yang dilakukan Audrey tidak bertenaga karena tubuhnya yang lemah. Disamping itu, Zayden juga pernah berlatih bela diri selama beberapa tahun. Jadi, dia berhasil mengendalikan Audrey dengan mudah.Zayden menekan tangan Audrey hingga langsung terbuka. Benda yang ada di tangan Audrey pun seketika terjatuh dan luka di tangannya ikut meneteskan darah. Saat ini, sekelompok orang yang berkumpul di sekeliling baru meresponsnya. Mereka tidak menyangka ternyata Audrey ingin membunuh Zayden!
Selain rasa bahagia, Audrey juga merasa tidak percaya. Dia pun berkata, "Tapi, bukankah kalian melakukan operasi secara paksa?"Audrey mengingatnya dengan sangat jelas. Sebelum dirinya pingsan, ada seseorang yang sudah memegang tang medis dan bersiap untuk memasukkan tang itu ke tubuhnya."Terakhir Tuan Zayden memutuskan untuk menghentikan operasi karena mempertimbangkan kondisi tubuhmu," jawab salah seorang dokter.Seusai mendengar penjelasan dari dokter, ekspresi wajah Audrey menjadi rumit.Memang benar. Jika bukan Zayden yang menghentikan kondisi saat itu, operasi itu tidak mungkin berhenti. Untuk sesaat, Audrey merasa kebingungan dengan hal yang dipikirkan oleh Zayden. Orang yang memaksanya untuk melakukan aborsi adalah Zayden. Sekarang, orang yang berinisiatif membatalkan operasi juga Zayden. Meskipun merasa bingung, pada akhirnya anaknya berhasil diselamatkan. Hal ini membuat kebencian Audrey kepada Zayden sebelumnya menjadi jauh berkurang. Begitu teringat dengan sikapnya yang
Vivi menarik Audrey dan terus mengobrol tentang hal sepele dengannya. Melihat Audrey sepertinya tidak mewaspadainya sama sekali, Vivi pun berkata, "Audrey, kulihat kamu begitu gelisah tadi. Apa karena masalah Zayden? Sebenarnya, wajar saja. Kamu adalah gadis muda yang berusia 20 tahun. Menghabiskan waktu dengan Zayden yang koma pasti sangat sulit."Saat mengungkit hal ini, Audrey sontak menyadari ada yang tidak beres. Vivi adalah kakak ipar Zayden. Secara logika, dia seharusnya sangat paham terhadap kondisi Zayden sekarang. Namun, Vivi tampaknya tidak tahu bahwa Zayden sudah sadar dari koma sejak lama.Ketika teringat dengan pesan Zayden yang melarang untuk mengatakan masalah tentang dirinya yang sudah sadarkan diri kala itu, Audrey seketika menjadi waspada. Apa mungkin orang yang ingin dirahasiakan oleh Zayden bukan orang lain, melainkan keluarganya sendiri?Meskipun hatinya berpikir seperti itu, Audrey tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia hanya menghela napas dan berkata, "Iya, ak
Audrey seketika merasa tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya, bagaimana tampilannya dalam hati Zayden? Meskipun Audrey memang sangat mata duitan karena mengumpulkan biaya pengobatan ibunya, ini tidak bisa mengartikan bahwa dia akan melakukan hal yang melawan hati nurani demi uang.Setelah merasa ragu sejenak, Audrey meminta maaf kepada Zayden dan berkata, "Aku sudah salah paham padamu untuk masalah di rumah sakit terakhir kali. Aku bicara terlalu kasar, aku minta maaf."Meskipun tidak tahu alasan Zayden yang akhirnya berubah pikiran, setidaknya Zayden tidak langsung mengugurkan anaknya."Jadi, aku sengaja pulang untuk mengingatmu. Apa kamu bisa menyetujui satu permintaanku?" tanya Audrey."Apa itu?" sahut Zayden yang mendongak dan menatap Audrey.Audrey tampak ragu dan menjawab, "Kuharap kamu bisa memandang kesetiaanku kepadamu dan nggak memaksaku menggugurkan anakku."Zayden menyipitkan matanya. Pandangannya kepada Audrey sedikit berubah saat melihat tampilannya yang cemas. Ternyata, wa