Setelah melontarkan kata-kata yang dingin itu, Zayden langsung pergi tanpa ragu-ragu. Sipir penjara ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa bersuara. Bagaimanapun juga, Audrey menjadi seperti ini saat berada di bawah pengawasannya.Jika Zayden benar-benar ingin mencari pengacara untuk menuntutnya, hal ini mungkin benar-benar akan sangat sulit untuk ditangani. Dia tidak bisa menyinggung Zayden dan hanya bisa menatap dengan tajam para tahanan wanita yang berkelahi itu.Sipir penjara itu juga tidak tahu mengapa mereka tiba-tiba begitu kejam dengan seorang wanita yag baru ditahan. Namun, bukankah wanita itu ditahan karena melukai tunangan Zayden? Mengapa Zayden terlihat sangat khawatir padanya? Hubungan dalam keluarga konglomerat benar-benar rumit. Jika dia tahu wanita itu memiliki hubungan seperti ini dengan Zayden, dia mungkin juga tidak akan membiarkan Audrey satu sel dengan tahanan wanita yang seganas ini.....Zayden berjalan sambil menggendong Audrey. Orang di sekitar yang meliha
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Zayden merasa sepertinya dia sudah menunggu sangat lama. Di saat itu juga, pintu ruang operasi terbuka menandakan operasinya akhirnya selesai. Dokter mendorong Audrey keluar dengan ekspresi kelelahan. Zayden juga tidak memedulikan pikirannya yang kacau lagi dan segera maju. "Bagaimana dengan situasinya? Apa berbahaya?""Sekarang sudah baik-baik saja. Apa dia belakangan ini nggak makan dengan baik? Lambungnya memang lemah dan ditambah lagi dipukul orang dengan keras, jadi lambungnya berdarah. Untungnya dia segera dirawat. Kalau telat sebentar lagi, dia mungkin sudah mati."Setelah mengetahui keadaan Audrey sudah tidak berbahaya lagi, ekspresi Zayden akhirnya menjadi lebih lega. Namun saat mendengar Audrey telah dipukul dengan keras oleh orang-orang itu hingga lambungnya berdarah, terlihat aura membunuh di tatapannya.Muncul perasaan ingin membunuh di hati Zayden. Akan tetapi, saat melihat wajah Audrey yang pucat dan kurus, dia hanya bisa menahan am
Melihat tatapan Audrey yang sangat waspada, hati Zayden terasa sesak. "Aku tidak ingin menghukummu, aku hanya ...."Perkataan Zayden belum selesai, Audrey sudah menyelanya dengan tanpa ragu-ragu, "Apa kamu pikir aku masih percaya dengan perkataanmu?"Audrey menatap mata Zayden seolah-olah ingin mengetahui isi hati Zayden. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum sinis. "Atau kamu ingin lihat penampilanku yang begitu menyedihkan ini agar bisa semakin mencintai tunanganmu itu?"Sambil bicara, Audrey menyibak selimutnya dan hendak pergi. Dia tidak ingin lagi berada di tempat ini bersama Zayden sedetik pun. Bersama pria ini hanya akan membuatnya merasa semakin jijik. Hanya saja, saat Audrey bergerak, lukanya terasa semakin sakit. Tanpa sadar, Audrey meringis kesakitan, tetapi tetap menahannya."Audrey, kamu masih terluka, jangan bergerak sembarangan!" Melihat Audrey hendak turun dari ranjang dan pergi, Zayden berusaha menahannya. Dokter telah mengatakan bahwa lambung Audrey terluka parah, jad
Ketika melihat Zayden pergi, Emilia juga tidak membuang-buang waktu. Dia segera pergi ke bangsal Audrey sesuai dengan lokasi yang dikatakan Zayden.Begitu masuk, Emilia langsung melihat Audrey yang pucat berbaring di atas ranjang. Wajahnya bahkan terlihat lebam. Wanita ini pasti sangat menderita.Emilia hampir menangis melihatnya. Dia buru-buru menghampiri untuk menanyakan kondisi Audrey. "Audrey, kamu nggak apa-apa?"Begitu mendengar suara Emilia, Audrey tersadar dari lamunannya. Dia menggeleng sambil menjawab, "Aku nggak apa-apa."Namun, karena tidak makan sepanjang hari, suara Audrey terdengar sangat lemas. Dia terlihat seperti memaksakan diri.Emilia mengelus pipinya dengan sedih. Dia berkata dengan perasaan bersalah, "Audrey, maafkan aku. Tanpa meminta persetujuan darimu, aku memberi tahu identitas Dash kepada Zayden. Ini satu-satunya cara yang bisa kupikirkan supaya dia melepaskanmu."Audrey tertegun mendengarnya. Pantas saja, Zayden tiba-tiba mencarinya di penjara? Ternyata, Emi
Shania bak disambar petir saat mendengar pertanyaan Zayden ini. Gawat, apakah kebohongan yang dirangkainya dengan susah payah selama bertahun-tahun ini akan terbongkar sekarang? Akan tetapi, mengapa kebenaran malah terungkap di saat dirinya sudah akan menjadi istri Zayden?"Zayden, dengarkan penjelasanku dulu, bukan begitu ...." Shania yang panik ingin menjelaskan, tetapi Zayden tidak berniat mendengarnya.Ekspresi Shania telah menjawab semuanya. Selama 5 tahun ini, Zayden telah dipermainkan oleh wanita licik ini. Dia tidak perlu menyia-nyiakan waktunya lagi.Zayden melepaskan tangannya, berniat menyuruh bawahannya menyelidiki semua perbuatan Shania selama beberapa tahun. Wanita ini mampu mengelabuinya begitu lama, pasti masih banyak hal yang dilakukannya."Zayden, Zayden, jangan pergi. Aku benar-benar nggak sengaja. Aku jatuh cinta begitu melihatmu. Itu sebabnya, aku melakukan hal bodoh seperti ini. Tapi, kamu juga tahu aku tulus mencintaimu!" Shania sontak meraih ujung pakaian Zayden
Raut wajah Zayden menjadi makin masam saat melihat isi laporan tersebut. Dulu, dia tidak berniat untuk menyelidiki Shania karena memang tidak peduli pada wanita ini. Tanpa diduga, ternyata Shania telah melakukan begitu banyak hal jahat di belakangnya.Selama beberapa tahun ini, Shania terus berhubungan dengan para preman. Bahkan, banyak transaksi yang tertera di mutasi rekeningnya.Sesudah penyelidikan ini, Zayden bisa memastikan cukup banyak hal. Kecelakaan yang menimpa Dash beserta penindasan yang dialami Audrey di penjara berkaitan erat dengan Shania!Makin dilihat, amarah Zayden makin berkecamuk. Selain membenci Shania, Zayden juga muak dengan kebodohannya sendiri. Selama ini, dia telah dibutakan. Dia terus melukai orang yang paling tidak ingin dilukainya.Zayden tidak berani membayangkan bagaimana perasaan Audrey saat dipaksa melakukan aborsi. Jika itu dirinya, Zayden pasti murka hingga ingin membunuh orang itu ....Pantas saja, Audrey berusaha keras menyembunyikan identitas Dash.
Selesai melontarkan beberapa kalimat itu, Zayden segera mengakhiri panggilannya. Beberapa saat kemudian, Caleb menghampiri untuk melapor, "Tuan, para awak media sudah tiba. Konferensi persnya sudah bisa dimulai."Zayden mengangguk. Kemudian, Caleb mengemudikan mobil menuju ke lokasi konferensi pers. Karena mereka sudah mengumumkan tentang pembatalan pertunangan, konferensi pers ini tentunya menjadi sangat ramai. Banyak media yang menghadirinya.Patut diketahui, ketika Zayden hendak menikahi Shania yang berasal dari keluarga biasa, semua orang menyebutnya sebagai kisah Cinderella yang kedua. Sekarang tiba-tiba terjadi hal di luar dugaan begini, bahkan Zayden mengadakan konferensi pers. Jelas, akan ada berita besar hari ini.Itu sebabnya, mereka tahu, siapa pun yang pertama kali menerbitkan berita pasti akan mendapatkan keuntungan besar.Setelah para staf memeriksa peralatan dan memastikan para media menjaga ketertiban, Zayden baru perlahan-lahan naik ke podium.Kini, Zayden yang tidak t
Supaya tidak melewatkan peluang terbaik, para reporter buru-buru merilis berita ini. Pada dasarnya, konferensi pers ini sangatlah menghebohkan. Begitu dirilis, berita ini langsung menjadi berita utama. Para pendukung pun mulai memaki."Astaga, aku nggak nyangka Shania orang seperti itu! Semua yang dikatakannya hanya omong kosong!""Dia jahat sekali! Bukan hanya merampas milik orang lain, tapi juga ingin membunuhnya! Mengerikan sekali!""Orang seperti ini harus dihukum sesuai peraturan yang ada!"Melihat situasi ini, Zayden merasa sudah cukup. Dia berkata dengan suara seraknya, "Bukti sudah ada. Aku yakin kalian bisa menilai sendiri. Setelah membatalkan pertunangan, aku akan menyerahkan bukti kejahatan Shania kepada pihak berwajib. Biar mereka yang menanganinya, aku tidak akan melindungi wanita ini."Selesai berbicara, Zayden bangkit dan bersiap-siap untuk pergi. Melihat ini, para reporter yang merasa kurang puas buru-buru bertanya, "Tuan Zayden, sepertinya kamu sudah menemukan penyelam