Zayden menjawab dengan tatapan yang dingin, "Benar. Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa membuat Kak Zachary dan Kak Vivi menunjukkan wajah asli kalian?""Heh! Strategimu ini benar-benar hebat sekali. Tapi, aku sangat penasaran apakah kamu akan dikhianati kalau membiarkan seorang wanita yang begitu licik seperti ini berada di sisimu," ucap Vivi.Audrey merasa sangat tidak berdaya saat mendengar dirinya kembali disalahkan. Kemudian, Zayden menunduk, meliriknya sekilas, dan berkata, "Ini urusanku dengan istriku. Bagaimanapun juga, orang lain tidak berhak ikut campur."Zayden memang berbicara dengan pelan, tetapi ada sedikit arogansi dalam nada bicaranya. Itu seolah-olah kedua orang di hadapannya itu bukanlah seniornya, melainkan orang rendahan yang tidak layak untuk mendapat perhatian."Kamu! Kamu sudah hebat jadi nggak memandang kami sebagai senior lagi, ya?" ucap Vivi yang kehabisan kata-kata. Jadi, dia hanya bisa menggunakan identitasnya sebagai senior untuk menekan orang lain.Senyuma
Zayden mengernyitkan alisnya. Tadi dia hanya refleks ingin menghentikan tindakan Vivi. Setelah kembali merespons, situasi sudah menjadi seperti itu. Faktanya, ini bukanlah tindakan yang bisa dilakukan olehnya.Zayden terdiam dan tidak menjawab. Melihat Zayden tidak menentang, Timothy merasa sangat bahagia dan lanjut berkata, "Bagus kalau begitu. Setelah hubungan kalian sudah semakin kuat, berikanlah cucu untukku. Aku nggak akan mengurus urusan kalian lagi dan menimang cucuku dengan tenang."Timothy juga sudah tua. Dia sejak awal sudah memiliki keinginan untuk menimang cucu. Melihat putra yang paling dia sayangi dan andalkan akhirnya memiliki niat untuk menetap, dia pun tidak bisa menahan diri mendesak mereka untuk memberikannya seorang pewaris kecil.Mendengar perkataannya, Zayden pun mentertawakan dirinya dalam hati. Saat ini, Audrey sedang mengandung seorang anak yang ayahnya tidak jelas.Namun, Zayden tidak ingin merusak kebahagiaan itu sehingga hanya mengangguk. Selanjutnya, dia b
Namun, Audrey segera menghibur dirinya sendiri. Saat berada di sekolah waktu itu, Christian bisa dianggap adalah mahasiswa yang miskin. Sama seperti dirinya, Christian juga harus pergi bekerja untuk mengumpulkan biaya sekolah dan hidup. Jika Christian adalah anggota Keluarga Moore, dia adalah tuan muda yang lahir dalam kemewahan. Bagaimana mungkin dia akan bersusah payah seperti itu?Saat memikirkan hal ini, Audrey kembali tenang dan menggelengkan kepalanya. Dia merasa mungkin dirinya terlalu gugup selama beberapa hari ini, jadi dia menjadi terlalu sensitif.Orang itu mungkin hanya kebetulan memiliki nama yang sama.…Di sisi lain.Christian tahu bahwa Zachary mulai melakukan perbuatan kotor lagi. Dia pun menghela napas dengan tidak berdaya dan berkata, "Om Zayden, lagi-lagi masalah seperti ini. Aku minta maaf."Meskipun Zayden tidak memiliki kesan yang baik kepada Zachary dan Vivi, dia tidak pernah melampiaskannya kepada Christian. Dia lalu menjawab, "Ini tidak ada hubungannya denganm
Audrey bahkan tidak sempat berbicara dengan Lara, lalu bergegas menutup mulutnya dan berlari ke toilet. Kemudian, dia pun muntah di atas wastafel hingga lemas. Melihat tampilan Audrey seperti itu, Lara sangat khawatir. Namun, hatinya mulai merasa curiga. Dulu, makanan favorit Audrey adalah mangga. Sekarang, kenapa dia bisa mual begitu melihatnya?Bagaimanapun juga, Lara adalah orang yang sudah berpengalaman. Tiba-tiba, sebuah tebakan muncul dalam hati Lara, tetapi dia juga agak tidak berani memercayainya. Bagaimanapun juga, Christian sudah berada di luar negeri selama beberapa tahun. Lara tahu bahwa putrinya bukan tipe orang yang sembrono, dia tidak mungkin sembarangan berhubungan dengan pria lain.Apa yang telah terjadi sebenarnya?Audrey yang keluar dari toilet setelah muntah tampak sangat lemas dan kakinya menjadi tidak bertenaga. Begitu mendongak dan melihat ekspresi khawatir serta kebingungan Lara, hati Audrey sontak bergetar dan tampak sedikit gugup.Seorang ibu tentu jauh lebih
Audrey merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa dari pergelangan kakinya. Audrey melihat kakinya sekilas, lalu senyuman di wajahnya menjadi semakin menyedihkan.Dia benar-benar sial sekali. Apa ini yang namanya sudah jatuh tertimpa tangga lagi?Akhirnya, Audrey hanya bisa berjalan dengan kondisi pincang. Tepat saat dia sedang bergerak dengan perlahan, tiba-tiba ada seorang dokter yang menghampirinya dari belakang. Dokter itu mengulurkan tangan untuk membantunya dan berkata, "Nona, kamu baik-baik saja?"Melihat orang yang membantunya adalah seorang dokter, Audrey merasa sedikit canggung dan segera berterima kasih. Dokter itu melihat Audrey untuk sesaat, lalu berkata dengan kaget, "Eh, bukankah kamu yang datang mencariku untuk operasi waktu itu?"Saat mendengar ucapan dokter itu, Audrey juga sontak mengenali dokter tersebut."Bagaimana kondisi tubuhmu sekarang?" tanya dokter itu.Terakhir kali, Audrey datang meminta untuk melakukan aborsi kepadanya dengan penampilan yang menyedihkan.
Audrey merasa lebih panik karena tidak menyangka bahwa dokter itu berani melawan Zayden secara langsung. Jika Zayden marah dan melampiaskannya kepada dokter ini hingga membuatnya kehilangan pekerjaan, Audrey benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Audrey yang tidak berdaya hanya bisa berbalik, menatap dokter itu dengan ekspresi memohon, dan berkata, "Aku bisa mengurus masalah ini dengan baik. Dok, terima kasih kamu sudah mengantarku pulang hari ini. Cepatlah pulang."Lantaran merasa panik, dahi Audrey tampak bercucuran keringat. Melihat Audrey memohon padanya seperti ini, dokter itu menyayangkan kondisinya itu. Dia pun menghela napas, lalu naik ke mobil dan pergi.Setelah melihat mobil itu pergi, Audrey pun merasa sedikit lega. Melihat Audrey menatap kepergian orang itu, Zayden menyunggingkan senyuman yang semakin menyindir. Dia lalu berkata, "Kenapa? Kamu begitu tidak rela? Sayang sekali, bukankah dia tetap meninggalkanmu?"Ucapan Zayden membuat Audrey kembali sadar. Begitu meno
Lantaran takut Zayden akan mencari masalah dengannya lagi, Audrey sama sekali tidak berbicara dan menunggu kedatangan dokter dengan patuh. Tak lama kemudian, pengurus rumah datang dengan membawa sebuah kotak obat. Tepat saat Audrey hendak menerima kotak obat itu, Zayden tiba-tiba duduk di hadapannya dan menjulurkan tangan. Kemudian, dia mengangkat kaki Audrey dan menaruh kaki Audrey yang terluka di pangkuannya.Audrey sontak merasa terkejut melihat gerakan yang terlihat sedikit ambigu ini. Dia bergegas ingin menarik kakinya kembali, tetapi Zayden langsung menahan kakinya dan tidak memberikannya kesempatan untuk pergi.Kemudian, Zayden menunduk dan mengamati pergelangan kaki Audrey dengan serius. Kakinya yang terkilir ini memang sangat serius, bahkan sudah sangat membengkak. Zayden mengernyitkan alisnya dan berkata, "Mungkin akan sangat sakit, jangan asal gerak."Sebelum Audrey sempat menjawab, Zayden sudah mengambil tindakan. Dia meraih kaki Audrey dan mengembalikan tulang yang bergese
"Tentu saja pergi kerja," jawab Audrey tanpa mendongak sambil bersiap-siap mengganti sepatunya dan pergi. Namun, begitu menyentuh kaki kanannya yang terluka, Audrey sontak menarik napas dalam-dalam. Meskipun semalam dia sudah mengoleskan obat, pergelangan kakinya masih membengkak hari ini. Sedikit saja disentuh, rasa sakit yang tajam pun langsung menyerang. Begitu mendengar Audrey mengerang, Zayden pun mengernyitkan alisnya dan berkata, "Apa Keluarga Moore tidak memberimu uang? Kakimu sudah seperti itu, cepat kembali dan istirahat."Audrey tercengang sejenak. Bisa-bisanya Zayden menyuruhnya untuk kembali dan beristirahat? Apa ada hal aneh yang telah terjadi? Zayden telah berubah menjadi baik hati?Meskipun begitu, Audrey tetap menolaknya dan berkata, "Nggak bisa. Aku sudah meminta izin berulang kali. Kalau nggak pergi kerja, aku mungkin akan dipecat."Seusai berbicara, Audrey memasukkan kakinya yang membengkak dengan paksa ke dalam sepatu. Kemudian, dia bersiap-siap untuk pergi bekerj