Audrey merasa bahwa dia telah memimpikan sebuah mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. Isi mimpi itu hanya satu, yaitu kejadian ketika dia diseret oleh orang di jalanan dan hampir saja tewas. Adegan itu terus berputar dalam benaknya seperti film yang rusak.Dalam mimpi itu, Audrey meronta dengan sekuat tenaga dan berusaha menghindar, tetapi dia tetap tidak bisa melarikan diri. Tepat ketika tubuhnya kehilangan keseimbangan dalam mimpi dan hampir terjatuh, Audrey sontak membuka kedua matanya.Yang terlihat olehnya adalah langit-langit rumah sakit yang putih. Setelah kebingungan sejenak, dia secara naluriah mengulurkan tangan untuk menyentuh perutnya. Namun, dia merasakan rasa sakit seperti tertarik pada tangannya.Saat ini, Audrey menemukan bahwa ada jarum suntik infus di tangannya dan rasa sakit itu membuatnya sedikit sadar. Dia hendak duduk, tetapi baru saja sedikit bergerak, dia malah merasa sakit pada perutnya.Setelah mendengar pergerakan, seorang perawat mendekat dan mendapati bah
Audrey hanya tersenyum tanpa menjawab.Meskipun berbicara seperti itu, pada akhirnya Emilia tetap merasa iba dengan sifat Audey yang begitu tabah. Dia lalu berkata, "Audrey, karena kamu nggak berencana menggugurkan anak ini, kamu harus segera bercerai dengan suamimu itu. Kalau terus ditunda, kehamilanmu akan terungkap."Audrey mengangguk dan dia juga memiliki niat yang sama.Di satu sisi, jika tetap tinggal di Kediaman Moore, dia yang sedang hamil bisa saja ketahuan kapan saja. Di sisi lain, dia terus merasa bahwa masalah hari ini bukan sebuah kecelakaan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi begitu kebetulan? Ketika ada seseorang yang mulai menyelidiki masalah pada malam itu, dia lalu menjadi sasaran perampokan. Malam itu, ada banyak orang yang pulang kerja di jalan raya. Akan tetapi, perampok itu justru menargetkan seorang wanita yang sangat biasa seperti dirinya. Audrey merasa bahwa masalah ini tidak dapat dijelaskan hanya sebagai kebetulan semata.Audrey mencurigai bahwa mungkin pria
Raut wajah Zayden seketika menjadi dingin. Dia sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki pelaku kemarin malam, tetapi pelaku itu sudah menjadi mayat ketika ditemukan. Pelaku itu melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya saat sedang melarikan diri. Naasnya, dia malah ditabrak oleh sebuah mobil truk yang melintas dan langsung tewas di tempat."Masalah kemarin seharusnya hanya sebuah kecelakaan. Kalau kamu takut, aku bisa mengatur dua pengawal untukmu," kata Zayden.Audrey menggenggam ponselnya dengan erat. Ini sama sekali bukan masalah kecelakaan atau bukan. Sekarang, dia merasa sangat khawatir. Biarpun kali ini dia baik-baik saja, jika kelak menghadapi hal lain lagi, dia hanya akan merasa semakin ketakutan. Jika terus seperti ini, tubuhnya mungkin akan baik-baik saja, tetapi mentalnya akan ambruk lebih dulu."Tuan Zayden, kamu jelas-jelas begitu membenciku, bahkan kamu mungkin nggak peduli dengan hidup dan matiku. Tapi, kenapa kamu nggak bisa berbaik hati untuk membiarkan aku pergi?
Kenny langsung menegakkan tubuhnya dan berkata, "Nona, kalau nggak kenal, tolong jangan asal bicara. Aku memang teman Zayden, tapi aku juga keluarga dari dokter yang melakukan operasi kemarin. Ibuku yang menyuruhku datang dan menanyakan kondisi pasien agar dia bisa tenang." Awalnya Emilia mengira bahwa pria di hadapannya adalah Zayden sehingga dia merasa sangat marah. Begitu mendengar penjelasan Kenny, dia seketika merasa malu dan berkata, "Aku sudah lancang, maaf, ya. Kamu masuk saja, Audrey ada di dalam."Wajah Emilia sedikit memerah, lalu bergegas membawa Kenny ke kamar Audrey.Saat ini, Audrey sedang makan. Awalnya dia memang tidak merasa nyaman, ditambah bertengkar dengan Zayden pagi tadi membuat dia sangat kesal, jadi dia pun tidak begitu nafsu makan. Sekarang, Audrey memaksa dirinya untuk makan beberapa suap demi anak dalam kandungannya.Saat melihat Kenny masuk, Audrey merasa sedikit terkejut dan berkata, "Kamu siapa?"Emilia pun langsung menceritakan situasinya dengan jelas
Setelah memikirkan semua itu dengan jelas, Emilia pun kembali ke kamar pasien. Kemudian, Audrey langsung mendesaknya untuk pergi bekerja. Audrey berkata, "Emilia, cepat pergi bekerja. Aku sudah nggak apa-apa. Selain itu, ada dokter dan perawat di sini. Jangan sampai pekerjaanmu terbengkalai."Awalnya Emilia sudah berencana untuk mengambil cuti selama sehari untuk menjaga Audrey. Namun, melihat Audrey begitu kukuh, akhirnya dia pun pergi untuk bekerja.Setelah Emilia pergi, hanya tersisa Audrey sendirian di kamar pasien. Dia lalu menatap langit-langit yang putih sambil melamun. Perkataan Kenny barusan memang hal yang tidak pernah dia bayangkan. Dia benar-benar tidak menyangka ternyata Zayden bisa melakukan begitu banyak hal demi menyelamatkan dia dan anak dalam kandungannya.Bukankah Zayden sangat membencinya? Bukankah dia terus memanggil anak ini anak haram? Bukankah dia seharusnya merasa bahagia jika anak ini tiada?Audrey merasa bahwa dirinya sepertinya tidak pernah memahami Zayden.
Saat ini, Zayden baru meresponsnya. Dia yang biasanya tenang langsung merasa panas di telinganya. Zayden pun memberi tahu Shania yang di ujung telepon bahwa dirinya masih ada urusan dan segera memutuskan panggilannya. Setelah itu, dia berbalik dan keluar dari kamar.Sementara itu, Audrey benar-benar merasa malu hingga langsung menutup wajahnya dengan tangan. Dia benar-benar berharap dapat mencari sebuah tempat untuk bersembunyi. Kenapa dia bisa begitu sial?Setelah beberapa saat, Audrey bergegas mencari pakaian tidur yang bersih dan mengenakannya. Dia tidak bisa berdiri dan melamun di sana lagi. Ini akan sangat memalukan jika sampai ada orang lain yang masuk.Audrey mengenakan pakaiannya dengan rapi, bahkan juga mengaitkan kancing paling atas di pakaiannya. Dengan begitu, Audrey baru merasa lebih aman.Sementara itu, Zayden berdiri di luar dan teringat dengan adegan yang dia lihat barusan. Dia lalu menelan air liurnya dan sorot matanya menjadi gelap.Apa yang ingin wanita ini lakukan d
Audrey menyemangati dirinya sendiri dalam hati sebelum akhirnya membuka pintu kamar.Sementara itu, Zayden baru saja selesai mandi dan sedang mengelap rambutnya. Ketika melihat Audrey akhirnya sudah kembali, dia pun mengangkat alisnya.Zayden tentu bisa melihat bahwa Audrey terus menghindarinya sepanjang hari ini. Sayangnya, Zayden tidak akan membiarkan keinginannya terwujud."Kemari, bantu aku keringkan rambut," ucap Zayden dengan datar, sedangkan Audrey justru terkejut hingga memelotot.Mengeringkan rambut? Pria ini punya tangan, kenapa malah menyuruhnya melakukan? Bukankah pria ini sengaja mengerjainya?Zayden melihat keengganan di wajah Audrey, lalu dia menyipitkan matanya dan lanjut berkata,"Kenapa? Menyuruhmu melakukan hal kecil seperti ini juga tidak boleh?"Melihat Zayden sepertinya serius, Audrey langsung menciut.Bagaimanapun juga, Zayden yang sudah membantunya ketika dia berada dalam bahaya dan perlu dioperasi kala itu. Audrey berpikir, anggap saja sedang membalas budi Zayde
Pelayan itu pun memberikan surat itu kepada Zayden dengan hormat.Zayden menerimanya, lalu membuka dan membaca beberapa kalimat yang tertulis di atasnya.[ Zayden, sore hari ini aku mendengar ada suara wanita lain yang berbicara di sisimu. Aku sedang berpikir, apakah keberadaanku sekarang sangat nggak terhormat? Aku hanyalah seorang wanita biasa dengan status yang rendah. Mungkin aku nggak pantas untukmu, tetapi aku juga nggak mau menjadi kekasih gelap yang harus disembunyikan. Jadi, aku memilih untuk pergi, semoga kamu bahagia. ]Zayden mengepalkan tangannya dan meremas surat tersebut. Shania telah mendengar suara Audrey sore hari ini sehingga dia menjadi salah paham. Sekarang, dia pergi tanpa menggunakan sopir yang sudah diatur untuknya?Zayden pun merasa bersalah dalam hatinya. Bagaimanapun juga, Shania adalah wanita yang pernah menolong hidupnya. Zayden juga sudah berjanji padanya akan memberikannya sebuah status."Cepat suruh orang untuk mencari di sekitar," perintah Zayden.Kemud