Share

Perhatian Kevin

Keesokan harinya, Dahlia akhirnya sudah sadar dan kini sedang mengobrol dengan Shera. Karena dirinya yang sakit, Shera pun akhirnya membatalkan kepulangannya ke Rusia, hal itu pun membuat Dahlia menjadi merasa bersalah pada sang cucu. Padahal Shera mempunyai banyak pekerjaan disana, namun terpaksa harus meninggalkannya karena harus mengurus Dahlia disini.

"Harusnya kamu pulang, ada mbak Yuli yang akan jaga Oma. Oma jadi merasa bersalah karena kamu meninggalkan pekerjaan demi Oma." Ungkap Dahlia pada Shera dengan tatapan sedih.

"Oma jangan ngomong begitu, aku nggak masalah kok, malah aku bakalan nggak tenang kalau pergi gitu aja ninggalin Oma dalam keadaan sakit. Sekarang yang penting Oma harus segera sembuh, jangan mikir macam-macam. Oma nggak boleh banyak pikiran." Tutur Shera.

"Iya sayang. Karena ada kamu, Oma sekarang jadi senang, ada yang nemenin Oma, Oma jadi makin semangat buat sembuh." Dahlia tampak tersenyum manis.

"Nah, gitu dong Oma."

Nenek dan cucu itu saling bertatapan dan tersenyum. Shera sungguh merasa sangat lega karena Dahlia baik-baik saja. Begitu pun juga Dahlia yang sebenarnya merasa sangat senang karena Shera tak jadi pulang meninggalkannya.

Dimasa-masa tua seperti ini, Dahlia sebenarnya sangat ingin tinggal berkumpul dengan keluarganya, namun apalah daya, dua anaknya memilih tinggal diluar negeri, sedangkan anak bungsunya Selena juga tidak mau tinggal bersama dengannya.

"Oma sebenarnya kangen sama anak-anak Oma, Oma mau tinggal sama-sama mereka disisa hidup Oma." Ucapan Dahlia tersebut sontak membuat Shera menjadi iba melihat kesedihan sang nenek, Shera ingin marah pada ibunya tapi ibunya juga punya tanggung jawab besar di Moskow, Shera tak ingin membuat ibunya semakin banyak beban.

"Oma, kan sekarang aku disini, aku yang akan jagain Oma, aku nggak akan pulang, aku bakalan tinggal sama Oma selamanya." Dahlia langsung menatap Shera dengan intens, merasa tak percaya dengan apa yang Shera katakan, benarkah cucunya itu akan tinggal bersamanya untuk selamanya?

"Kamu serius sayang? Lalu bagaimana sama karir kamu? Kamu kan sangat mencintai pekerjaan kamu."

"Jangan pikirin itu Oma, aku nggak masalah. Oma itu jauh lebih penting dari segalanya, karir bisa aku kejar dilain waktu, aku juga bisa berkarir disini Oma." Lega rasanya hati Dahlia mendengarnya, sungguh bahagianya setelah mendengar ucapan cucunya barusan.

"Lalu mommy kamu?"

"Jangan cemas, mommy pasti setuju, nggak mungkin enggak. Daddy juga pasti setuju, lagian disana masih ada Feliks sama Dimitri. Jadi Oma nggak usah khawatir."

"Terimakasih sayang, terimakasih." Ungkap Dahlia dengan penuh rasa haru, mereka berdua pun lantas saling berpelukan, saling menguatkan satu sama lain. "Kamu kalau ada masalah, harus cerita sama Oma, jangan sampai dipendam sendiri, Oma nggak mau lihat kamu sakit." Imbuh Dahlia sambil mengusap-usap punggung ringkih Shera. Shera semakin kurusan dan Dahlia bisa merasakannya.

"Iya Oma, nanti aku pasti akan cerita." Shera mengangguk sambil menangis, lagi-lagi ia menangis, entah kenapa, tiba-tiba ia teringat Kevin. Shera rindu, tapi kenapa kemarin ia malah mengusir laki-laki itu.

"Kata Yuli kemarin Kevin kesini?" Tuh kan, sekarang Dahlia malah menanyakannya.

"Enghhh... Itu... Iya om Kevin disini sebentar waktu Oma pingsan, lalu dia pulang sekitar pukul tujuh malam."

"Kok dia bisa tahu kalau Oma disini?"

"Kebetulan aku nggak sengaja ketemu sama dia disini waktu Oma di IGD, mungkin dia habis periksa ke dokter atau apa."

"Hm. Kevin itu baik, selalu baik dan perhatian sama Oma. Sejak kecil ibunya udah nggak ada, makanya Oma kasihan banget sama dia. Dia selalu sendirian, bahkan diusianya yang sekarang dia juga masih sendiri, mungkin karena perceraiannya dengan Selena, membuat Kevin jadi trauma. Oma merasa bersalah karena udah jodohin dia sama Selena, Selena benar-benar menghancurkan hati dan hidup Kevin. Oma nggak nyangka anak itu begitu kejam." Jelas Dalia pada Shera yang tampak diam tak tahu harus menanggapi seperti apa. Merasa semakin bersalah karena kemarin ia sempat mengusir Kevin, padahal Kevin tak berbuat macam-macam padanya, Kevin hanya ingin membantunya, namun Shera malah mengusir Kevin.

"Hm, Oma sekarang istirahat ya, saatnya tidur siang." Shera sengaja menyuruh Dahlia tidur karena tak ingin membahas Kevin lagi, lagipula ini memang sudah siang, saatnya sang nenek istirahat supaya cepat sembuh.

"Iya sayang, Oma akan istirahat." Dahlia pun mengangguk, lalu membaringkan tubuhnya dengan dibantu oleh Shera, setelah Dahlia berbaring, Shera lantas menyelimutinya. Lama Shera menatap Dahlia sampai neneknya itu memejamkan mata, dan setelah itu, Shera kembali kepikiran dengan sosok Kevin.

"Huuuffft... Kepikiran lagi." Shera kembali mengacak-acak rambutnya, merasa sangat gila rasanya, sungguh... Ia bingung harus berbuat apa.

***

Sedangkan di restoran kini Kevin sedang memasak, membuatkan makanan untuk Dahlia dan juga... Shera. Sejak semalam Kevin tak bisa berhenti memikirkan wanita itu, memikirkan perubahan sikap Shera yang sangat aneh menurutnya.

"Dia sebenarnya kenapa?" Gumam Kevin sambil melamun, bahkan ia lupa sedang memanggang Salmon.

"Chef!" Panggil Ola. "Chef Kevin!" Panggilnya sekali lagi.

"Ya, ada apa Ola?" Kevin sedikit terkejut dengan panggilan Ola.

"Itu Chef Salmon-nya awas gosong." Ujar Ola sambil menunjuk kearah pemanggang.

"Oh, astaga. Iya, saya lupa." Kevin pun buru-buru membalik daging Salmon yang untungnya masih bisa diselamatkan, demi Tuhan, ia sangat merutuki kebodohannya. Hampir saja ikan Salmon kesukaan Dahlia itu hangus gara-gara kecerobohan Kevin.

"Ada apa sih chef? Nggak biasanya chef Kevin gagal fokus begini. Chef akhir-akhir ini aneh banget, sering gagal fokus kayak gini." Tiba-tiba saja Vita datang, berdiri disamping Kevin yang sedang memasak. Kevin sebenarnya agak risih karena Vita selalu saja mau tahu tentang masalahnya, namun Kevin masih tetap bersikap sabar.

"Nggak ada apa-apa Vita, saya baik-baik saja." Balas Kevin sembari melanjutkan kegiatan masaknya. Jawaban Kevin pun membuat Vita terdiam sejenak, selalu saja begini kalau ia bertanya tentang Kevin, pria itu pasti tidak mau membagi masalahnya dengan Vita.

"Oh ya, chef masak buat siapa?" Tanya Vita.

"Buat mama saya, dia sedang sakit." Balas Kevin.

"Bu Dahlia sakit? Astaga chef, sakit apa?" Vita tampak cemas. Dan hal itu membuat beberapa karyawan yang melihat tingkahnya merasa sangat jengah.

"Nggak apa-apa, hanya kelelahan."

"Chef, sepulang kerja nanti, saya mau jengukin Bu Dahlia ya, saya mau tau kondisinya." Ujar Vita dengan tatapan penuh harap, sebagai calon istri, tentu saja ia harus giat mendekati calon mertua. Vita harus mengambil hati Dahlia juga supaya Dahlia bisa mendukungnya bersanding dengan Kevin.

"Nggak perlu, mama sudah baik-baik saja."

"Tapi chef-"

"Sebaiknya kamu lanjutkan pekerjaan kamu, saya tidak suka melihat pelanggan saya menunggu." Sahut Kevin dengan tegas, membuat nyali Vita langsung menciut.

"Ya-ya udah chef." Ujar Vita, lalu iapun segera pergi meninggalkan Kevin yang tampak menghela nafas berat.

"Henry!" Panggil Kevin.

"Ya chef!"

"Besok ikut saya ke restoran yang ada di Bandung, tadi Riko telepon katanya ada sedikit masalah dengan renovasi lantai empat. Kamu temani saya ya!" Pinta Kevin.

Padahal hanya masalah sepele, tidak datang pun tak ada masalah, hanya saja Kevin ingin menjernihkan pikirannya, mungkin dengan pergi ke luar kota ia bisa melupakan tentang Shera.

"Siap chef, nanti chef Kevin chat mengenai waktunya ya!"

"Oke." Kevin pun tersenyum, lalu iapun kembali melanjukan kegiatan memasaknya.

Sedangkan Vita yang melihat interaksi antara Kevin dan Henry pun merasa kesal. Kenapa Kevin tak mengajaknya, kenapa malah mengajak Henry? Vita kan juga ingin ikut menemani Kevin, kenapa Kevin malah melupakannya.

***

Beberapa menit kemudian, Kevin akhirnya sudah sampai di rumah sakit. Ia pun segera menuju kamar rawat Dahlia. Kevin tidak peduli jika nanti Shera akan kembali mengusirnya, Kevin akan tetap memaksa masuk. Bagi Kevin, sikap Shera itu sangatlah kekanak-kanakan. Shera terlalu membawa-bawa urusan pribadi pada masalah seperti ini.

Tak butuh waktu lama, Kevin pun telah sampai di depan kamar Dahlia, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia pun langsung masuk begitu saja ke dalam kamar Dahlia.

"Mbak Yuli!" Panggil Kevin pada Yuli yang tengah memijat kaki Shera.

"Tuan Kevin, saya sampai nggak tau kalau tuan dateng." Ujar Yuli yang tampak sedikit kaget.

"Maaf saya bikin mbak Yuli kaget, Shera kenapa?" Oh betapa tololnya Kevin, bukannya tanya kondisi Dahlia duluan, ini malah tanya kondisi Shera yang tengah berbaring diatas ranjang kosong.

"Kecapekan mungkin tuan. Lagi datang bulan juga, bawaannya lemes, makanya dari kemarin pucet, gampang uring-uringan." Tutur Yuli pada Kevin.

'Pantas saja.' batin Kevin. "Lalu mama gimana?"

"Nyonya baru aja tidur, udah mendingan, langsung ceria waktu non bilang bakalan disini terus nemenin nyonya."

"Disini terus?" Tanya Kevin tak mengerti.

"Iya tuan, non Shera nggak akan pulang ke Rusia, bakalan disini terus nemenin nyonya." Ucapan Yuli kenapa membuat hati Kevin merasa sangat lega? Bukannya harusnya ia biasa saja, kenapa ia malah... Senang? Ada apa gerangan?

"Hm, ini saya bawakan makanan untuk mama sama Shera." Kevin kemudian meletakann kotak makanan yang ia bawa diatas meja.

"Kebetulan tuan, non Shera nggak begitu selera makan dari tadi pagi. Mungkin kalau sama masakan tuan, non Shera bisa lahap makannya, masakan tuan kan enak banget." Kevin langsung menatap kearah Shera yang masih terpejam, merasa khawatir dan cemas.

"Biar saya membangunkannya, supaya dia makan. Mama mau makan kan?"

"Mau tuan, malah lahap banget."

"Syukurlah."

"Silahkan tuan."

"Iya, mbak Yuli juga boleh makan, saya buatkan juga ada di kotak paling bawah."

"Beneran tuan? Wah... Makasih banget tuan, kapan lagi bisa makan makanan buatan chef terkenal kayak tuan Kevin, ya... Kalau nggak ke restoran tuan, itupun nyonya yang ajak." Yuli tampak sangat senang, lalu iapun segera menyerbu kotak makanan yang Kevin bawa tadi. Kevin pun tampak tersenyum samar melihat Yuli.

Setelah itu, Kevin segera duduk didekat Shera, mengguncang-ngguncang tubuh Shera dengan pelan sampai kedua mata Shera akhirnya terbuka secara perlahan.

"Bangun dulu, makan siang. Saya bawakan makanan." Ucap Kevin, Shera yang mendengarnya pun langsung menatap tajam kearah Kevin. Sungguh, ia benar-benar sangat terkejut. Bagaimana tidak terkejut, saat tidur tadi ia sempat memimpikan pria itu tengah memeluknya, dan sekarang Kevin tiba-tiba saja ada dihadapannya.

"O-om." Gumam Shera.

"Agak hangat, kamu demam." Kevin tiba-tiba menyentuh kening Shera membuat Shera langsung membeku. "Untung saya bawa sup, biar saya ambilkan, kamu makan ya, lalu minum obat. Jika kamu tidak mau ke dokter, biar nanti saya ke apotik untuk beli obat penurun panas. Ini, sekarang kamu makan dulu." Kevin sudah mengambilkan makanan Shera, sedangkan Shera hanya diam saja melihat gerak gerik Kevin. Entah kenapa Shera merasa kesal dengan perhatian Kevin, membuatnya semakin jatuh ke dalam pesona duda empat puluh tahun itu. Andai saja Kevin mengacuhkannya, mungkin Shera tidak akan semakin luluh seperti ini.

"Aku akan makan sendiri, om Kev sekarang bisa pergi." Shera langsung merebut kotak makanan dari Kevin, sedangkan Kevin langsung menatap Shera dengan tatapan tak habis pikir.

"Gadis nakal, kamu mengusir saya lagi?"

"Gadis? Om kira aku masih gadis? Kan om Kevin sendiri yang ud-"

"Diam!" Kevin langsung membekap mulut Shera dengan tangannya, demi Tuhan, hampir saja Shera keceplosan, padahal masih ada Yuli disana, dan Shera melupakan keberadaannya. "Masih ada mbak Yuli, kamu lupa?" Bisik Kevin dengan tatapan kesal. Lalu iapun melepaskan bekapannya dari bibir Shera. Shera pun tampak menggigit bibir bawahnya, merasa malu dan bodoh.

"Habisnya om..."

"Kamu bisa makan sendiri, saya akan menunggui mama. Habiskan semuanya jangan ada yang tersisa. Saya maklumi sikap kamu karena kamu sedang datang bulan. Pantas sejak kemarin kamu sangat bar-bar seperti Harimau."

"Apa?" Shera tampak kesal, ia tak terima.

"Apa? Saya tidak bilang apa-apa. Sudah makan sana!" Kevin pun segera duduk di kursi yang terdapat disamping ranjang Dahlia. Sedangkan Shera kini malah menatap Kevin dengan tatapan kesal. Namun walau bagaimana pun, hatinya menghangat melihat makanan buatan Kevin kini ada didepan matanya, membuat Shera begitu sangat berselera.

'Hihi, bentar lagi non Selena bakalan ketar-ketir nih.' gumam Yuli dalam hati dengan senyuman miring.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status