Share

42. Ujian Baru

"...Tolong restui kami."

Ikhwan menatap Davie dengan tajam. Sangat berbeda jauh dari sebelumnya. Ikhwan benar-benar tidak bisa menerima kenyataan bahwa Davie adalah anak dari seorang pembunuh. "Kalau Om bilang enggak, ya enggak! Kamu tuli ya?!"

"Ayah, tolong jangan kayak gini. Davie itu orang baik. Dia nggak sama kayak Papanya," lirih Ileana.

Ikhwan tetap pada prinsipnya. Sekali tidak, tetap tidak. Sifat keras kepalanya kembali terlihat. "Enggak! Kamu masuk ke rumah, Ilea!"

"Tapi, Yah-"

"Masuk!" teriak Ikhwan.

Ileana menatap Davie dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Davie hanya bisa memberi isyarat dengan anggukan kepala agar Ileana menuruti ucapan Ikhwan. Setelah itu, Ileana berlari masuk ke dalam rumah sambil menangis.

Sedangkan Davie masih tetap berdiri di tempatnya. "Om, kasih Davie kesempatan buat buktiin semuanya. Davie mohon."

"Nggak ada istilah kesempatan. Kamu pergi sekarang dan jangan pernah datang ke rumah ini lagi," usir Ikhwan. "Dan satu hal lagi, Ileana nggak akan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status