Sepekan pun berlalu dan Sofie tetap menjalani rutinitasnya seperti hari-hari biasa. Tetapi, kekosongan hati karena ketiadaan sang asisten semakin berat dirasa.Jika pada pekan-pekan sebelumnya, ia akan bersemangat menyambut akhir pekan karena dapat menjenguk Ryuji, tetapi kini ia hanya dapat menatap kenangan itu melalui foto dan video di dalam gawainya.Di tengah kekosongan itu, Ryan mengajaknya untuk bertemu di sebuah area perbelanjaan yang dilengkapi dengan foodcourt dan taman bermain outdoor.Sofie datang bersama dengan Raffa dan membiarkan Raffa bermain bersama dengan putra dan putri Ryan di area bermain anak."How are you, Sof?" tanya Anita, istri Ryan."Alhamdulillah Mbak," jawab Sofie tak bersemangat.Ryan dan Anita pun tersenyum melihat Sofie yang terlihat muram, tidak seperti biasanya. Untuk itu, Ryan berusaha menebak penyebab kemuraman adik kelasnya saat masih kuliah dahulu."I don't think you're okay. I think, you miss him. Am I right?"Sofie menjawabnya dengan senyuman ge
Tiga bulan berlalu semenjak kepergian Ryuji dan kini Sofie telah mengundurkan diri dari Chokusen, setelah ia menyelesaikan semua proyek yang tangani.Sementara proyek baru, menerjemahkan semua buku harian Ryuji juga telah selesai dilakukan oleh tim pengawal."Mbak, saya sudah kirimkan file terjemahan diary-nya," ucap Abe."Waaah, syukron Ab! Can't wait to read it!" seru Sofie girang."Oiya Mbak, ada beberapa tambahan keterangan dari kami dan pengawal yang sebelumnya. Saya pisahkan file-nya, nama file-nya, Ryuji-san versi pengawal," tambah Abe."Ah Abe, arigatou gozaimasu, syukron jazakallah khayr," ucap Sofie yang membuat Abe terkekeh."Terima kasihnya diborong, ya Mbak?" canda Abe.Sofie pun menyahutinya, "Kalau diborong, aku tambahin xie-xie, danke, gomawo, hmm trus apa lagi yaa?""Ah sudahlah, nggak kelar-kelar jadinya," tambah Sofie.Beberapa saat kemudian, Sofie telah berkonsentrasi di depan laptopnya, membaca buka harian Ryuji. Air matanya tak terbendung kala Ryuji menuangkan ke
Aku terbangun di rumah sakit. Mama, aku melihat mama, ada papa juga. Aku mencari oneechan, aku bertanya dimana oneechan, tetapi mama menangis tidak menjawabnya. Papa juga tidak menjawabnya malah bertanya apa yang aku rasakan, dimana yang sakit.Aku bingung, aku tidak ingat apapun hu. Tetapi badanku sakit semua, kepalaku juga sangat sakit. Aaah sakit sekali.Sepertinya tadi aku tertidur, entah berapa lama aku tertidur. Tunggu! Dia siapa? Tiba-tiba, aku melihat seseorang yang sangat mirip denganku, tetapi dia berbeda. Dia sangat berbeda denganku.Dia menatapku, kemudian dia mendekati dan berbisik, "Mulai saat ini, aku adalah Ryuji dan kamu adalah Rakha."Aku merinding mendengar bisikannya. Aku tidak mengenalnya, aku tidak tahu siapa dia, tetapi mengapa ia memakai namaku?Tetapi sungguh aneh, ketika dokter bertanya siapa namaku, aku menjawabnya sesuai apa yang Ryuji minta.Namaku Rakha, nama apa itu? Nama yang sungguh aneh dan tidak pernah aku dengar nama seperti itu.Aku mencari oneech
Hari terus berganti, tetapi kabar dari London tak kunjung Sofie terima. Keputusasaan menunggu kabar membuat Sofie menyerah dengan rasa kecewanya yang membuncah.Pada akhirnya Sofie memutuskan untuk pergi berlibur menenangkan pikirannya yang kacau dan membuatnya tidak dapat berkonsentrasi pada penulisan bukunya."Fa, sekarang kan sudah liburan kenaikan kelas, kita liburan ke Danau Toba, yuk!"Raffa pun mengerutkan keningnya, lalu bertanya, "Danau Toba itu dimana, Bu?""Danau Toba itu di Sumatera Utara, jauh kalau dari Jakarta. Kita harus naik pesawat ke Medan dulu, nanti dari Medan kita masih lanjut naik mobil untuk sampai di Danau Toba," jelas Sofie sambil menunjukkan foto-foto keindahan danau yang terbentuk akibat letusan gunung berapi puluhan ribu tahun yang lalu.Tanpa berpikir panjang, Raffa segera mengiyakan ajakan ibunya.Sementara itu, nun jauh di ujung barat Eropa, di sebuah rumah mewah yang berdiri di atas tanah seluas seribu dua ratus meter persegi, Ryuzaki dan Harumi sedang
"Aku minta cerai! Ceraikan aku secepatnya!" Dua kalimat yang merubah kehidupan Sofie, seorang ibu rumah tangga dengan satu putra. Sebuah skenario kehidupan yang tidak pernah terbayangkan oleh Sofie, bahwa dirinya akan menjadi salah satu korban perselingkuhan dari sebuah pernikahan. Mimpi membangun kehidupan bersama, hingga akhir hayat dengan Ardian, pria yang telah memberinya seorang putra, ternyata benar-benar hanya mimpi. Setelah tujuh tahun membina rumah tangga, Ardian mengungkapkan bahwa ia telah berselingkuh. "Ada seseorang yang aku cintai, dia janda akibat KDRT," tutur Ardian bak petir di siang bolong. Mendengar pengakuan Ardian, Sofie hanya mematung, tanpa bereaksi apapun. Hal ini membuat Ardian merasa jika Sofie tidak lagi mencintainya. "Sof....""Sof? Sof?! Apa Ar?! Kamu mau ngaku kalau kamu selingkuh?! Selingkuh sama janda? KDRT?!" hardik Sofie dengan hati yang hancur berkeping-keping. "Anu Sof, begini... de...," ucap Ardian terbata, tetapi belum sempat ia menyelesaika
Malam penuh kesedihan dan kemarahan, telah berganti menjadi pagi yang cerah, penuh dengan harapan baru. Teorinya begitu, tetapi sayangnya tidak terjadi pada Sofie. Di pagi yang cerah ini, ia harus merasakan sakit kepala yang teramat sangat, dikarenakan kelelahan psikis yang dia alami semalam. Untuk itu, Sofie hanya berbaring di atas tempat tidurnya dan berharap sakitnya menghilang.Sayangnya, teriakan Raffa yang memintanya untuk segera bangun membuat sakit kepalanya menjadi."Ibu, ayo bangun! Ayo, temenin aku makan!""Ibu, ayo! Aku sudah lapar!" rengek Raffa sambil menggoyangkan badan Sofie.Dengan kepala yang terasa berat dan juga mata yang tidak mau diajak kompromi, Sofie berusaha untuk bangun. Sayangnya, kepalanya terasa semakin sakit, bagaikan dihujamkan ke dinding berulang kali."Fa, maafin ibu. Kepala ibu sakit sekali, Raffa bisa kan turun sendiri. Nanti minta tolong eyang untuk ambilin makanannya, kalau nggak ada eyang, kan bisa minta tolong bi Eni. Ibu mau istirahat dulu," uc
Belum selesai kalimat yang Ardian ucapkan, ayah Sofie pun segera memotongnya, "Kamu minta maaf untuk apa? Sebutkan kesalahanmu dulu!" Ardian pun membeku, saat mendengar pertanyaan sang mertua. Lidahnya kelu, suaranya tercekat, semua itu karena sebenarnya ia sadar benar akan kesalahan yang telah ia perbuat, tetapi di saat yang sama, egonya sebagai seorang pria juga muncul, sehingga Ardian berucap, "Saya tahu, saya bukan suami yang sempurna untuk Sofie dan saya meminta maaf untuk itu.""Kamu belum menyebutkan kesalahanmu. Sekarang, bapak mau tanya. Kenapa Sofie tiba-tiba pulang sambil menangis di saat seharusnya ia dan Raffa sudah tidur?"Jantung Ardian pun berdegup dengan kencang, kali ini ia sungguh tidak dapat menjawab sang mertua dengan jawaban yang menyejukkan. Tetapi, tiba-tiba Sofie muncul dari dalam sambil membawa minuman dan kemudian, ia duduk di seberang Ardian, lalu berucap, "Kok nggak dijawab? Tinggal jawab aja, saya sudah punya istri baru. Janda anak satu, gitu aja kok rep
Sebuah penawaran dari ayah Sofie yang sangat tidak disangka oleh Ardian, membuat dirinya terkejut sehingga tidak dapat berkata apa. Bahkan ibunya pun sama terkejutnya dengan Ardian."Mas rela, Sofie dipoligami?!""Poligami itu Sunnah, Rasulallah telah mencontohkannya untuk menghindari fitnah. Bukankah itu lebih baik, agar Rafa tidak kehilangan ayahnya," jawab sang ayah.Sementara itu, Ardian masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan mertuanya. Bahkan kini pikirannya menjadi bercabang, setelah usulan poligami dari ayah Sofie.Di satu sisi, ia masih berat untuk melepaskan Sofie karena kebaikan dan perhatian yang Sofie berikan selama lima tahun pernikahannya, bukan itu saja, Sofie juga turut andil dalam perekonomian keluarga dengan bekerja secara remote sebagai ilustrator sebuah buku cerita anak-anak."Pak, saya coba bicarakan dulu dengan Sofie. Saya tidak ingin mengambil keputusan yang akan berakhir dengan pertengkaran yang lebih dalam," acap Adrian yang berusa