"Vinn, kamu perlu berdiskusi dengan Edward secepatnya. Invest saja dalam jumlah banyak. Tante akan memberikan uangnya. Besok Tante akan pergi ke Amerika untuk melihat kondisi Scouts. Jaga baik-baik Quen dan Emily," ujar Lyden saat mengundang Vinn sarapan di rumahnya."Baiklah, Tante. Saya akan menjaga mereka dengan baik. Tante, apakah mengenal dengan perusahaan Jade Entertain? Saya dengar mereka akan bekerja sama dengan Blhyte Callie untuk merekrut model. Saya sudah membicarakan soal investasi dan akan menyediakan berapapun dana yang diminta," terang Vinn."Jade? Apakah yang berpusat di Amerika? Bukannya itu milik keluarga Javeline?" tanya Quen."Benar, Javeline. Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Apakah kamu mengenal Javeline?" Vinn terlihat sumringah saat Quen menyebut nama dari CEO Jade.Quen terlihat lebih bahagia ketika mendengar Javeline datang ke Paris tapi di satu sisi, ia juga khawatir. Bagaimana jika Edward mencoba mendekati Javeline dan membuatnya jatuh cinta. Quen mencoba
"Jika saja waktu itu saya tidak berbicara asal kepadanya, tentunya hal seperi ini tidak akan terjadi kepada Charly. Apa yang telah saya katakan di masa muda adalah satu kebodohan yang menyebabkan Charly menjadi menderita seperti ini." Javeline merasa begitu sedih dengan keadaan yang menimpa Quen."Honey, kamu tidak boleh berkata demikian, tanpa adanya masalah mana mungkin seorang bisa menjadi kuat. Biarkan gadis kecilmu menjadi kuat untuk nantinya memimpin perusahaan yang dimiliki oleh keluarganya. Setidaknya saat ini, dia bisa mengandalkan dirinya sendiri. Bukankah itu hal baik?" Colline menenangkan istrinya dengan membelai lembut rambutnya.Ingatan Javeline kembali ke masa di mana saat ia dan Quen masih remaja yang tidak bisa memutuskan sesuatu dengan baik. Ia menantang Quen untuk menjadi wanita yang lebih berani. Membuat satu mimpi yang benar-benar merubah kehidupan Quen."Kamu tahu? Hidup akan membosankan jika kamu hanya berada di rumah saja. Menikmati semua uang tanpa tahu cara m
"Edward, di mana kamu mendapatkan surat-surat ini?" tanya Berenice penuh kebingungan.Setelah mendapatkan surat tersebut, Berenice langsung menuju kantor Edward. Ia merasa ada yang salah dari surat-surat tersebut."Ma-maksud Mama? Saya hanya mengambilnya dari kotak surat. Apakah ada yang salah?" tanya Edward.Terdengar seorang mengetuk pintu ruangan. "Masuk," pekik Edward.Asisten baru yang Edward ceritakan masuk ke ruangan. "Tuan, hari ini kita harus menemui klien pukul 15.00 di Kafe Mouen. Dan ini ada beberapa berkas yang perlu di cek dan ditanda tangani."Seorang wanita muda dengan pakaian hitam putih mengantarkan beberapa berkas kepada Edward. Berenice menatap wanita tersebut dengan sinis. Edward mempersilakan asistennya untuk keluar setelah menerima semuanya."Apakah wanita ini yang kamu maksud asisten? Dia nampak seperti ingin menggodamu dengan riasan yang begitu mencolok. Sengaja menggunalan lipstik merah agar terlihat lebih bergairah. Kamu harus berhati-hati," ujar Berenice."
"Nyonya ... kami yang bekerja di sini sebenarnya bukanlah orang-orang baik awalnya. Saya sendiri adalah seorang penguntit. Kehidupan yang keras hingga orang tua saya yang selalu memaksa untuk menikah di usia muda sebagai jaminan hutang-hutang mereka. Membuat saya kabur dan menjalani kehidupan yang kasar. Beruntung Nyonya Lyden menemukan dan menyelamatkan hidup saya. Beliau menawarkan tempat tinggal dan pekerjaan, Nyonya Lyden sangat baik," ujar Hellena.Quen meletakkan jarum yang ia pegang dan mendengarkan cerita Hellena dengan seksama."Nyonya dulu adalah seorang detektif yang tergabung dalam tim bayangan, termasuk Mama dari Scouts. Ketika tuan muda Scouts berumur dua tahun, Nyonya Lyden dan sahabatnya mendapatkan tugas untuk mencari mafia yang mengedarkan zat addicted ke seluruh negara. Sepertinya, misi dan rencana yang dijalankan bocor hingga berujung pada penyekapan beberapa tim bayangan termasuk Mama Scouts yang melawan. Tim bayangan yang diketuai oleh Mama Scouts tidak ada satup
"Bedebah, siapa yang mengirim surat-surat ini? Damien! Lihat saja, saya pasti akan menemukan dalang dari kedua surat ini!" bentak Berenice dengan penuh kekesalan.Berenice kembali membuka surat dengan tanda mawar yang khas. Ia mencoba menerka-nerka kali ini apalagi yang akan ditulis oleh bedebah itu dari nereka.Teruntuk Bery Tersayang.Sudah dua hari dari surat pertama saya kirim, tidakkah kamu merindukan belaian hangat dari saya? Bukankah dulu kamu begitu menyukainya.Saya tahu kamu sangat ingin mencari tahu, bagaimana surat-surat ini sampai ke rumah indahmu, rumah yang kamu bangun dari asuransi saya dan istri saya yang telah kamu korbankan. Saya tidak menyangka, kamu tetap bisa tertidur nyaman. Bertahun-tahun saya menunggu kehancuranmu tapi ternyata saya salah. Perkiraan saya terlalu jauh meleset. Bagaimana saya bisa tenang di neraka ini melihat seorang yang seharusnya berada di bui justru masih terbebas? Dulu, kamu mempermainkan istri saya dengan begitu licik, mengambil semua uangn
"Edward! tolong Mama," pekik Berenice saat berada di apartemen Edward."Kenapa Mama? Ini masih pagi sudah membuat kegaduhan!" Edward membuka pintu kamarnya dengan malas.Berenice memikirkan bagaimana cara untuk memberitahu Edward tanpa menceritakan isi dari suratnya. Apa jadinya jika semua rahasia lamanya diketahui oleh Edward. Itu akan membuat anaknya membenci karna telah memisahkannya dengan ayah kandungnya."Begini, beberapa hari ini, Mama mendapatkan surat dari orang tidak dikenal, berisi ancaman-ancaman. Firasat Mama berkata bahwa surat-surat tersebut berasal dari Quen.""Mama! Cukup menuduh Quen, saya sudah muak dengan semua ini. Apakah kurang pengorbanannya? Dia adalah orang baik dan rela berkorban untuk saya! Cukup dengan semua keburukan yang Mama tuduhkan kepadanya. Hal yang paling saya sesalkan adalah menceraikan Quen! Jika kedatangan Mama hanya untuk menjelekannya, lebih baik Mama pulang sekarang! Saya tidak ada waktu untuk mendengarkan semua hasutan Mama lagi," bantah Edwa
"Vinn ... bisakah kita bertemu? Ada yang ingin saya ceritakan," ucap Edward saat menelpon Vinn.Edward mengajak Vinn untuk bertemu di kafe biasa. Mendengar suara Edward yang seperti kacau membuatnya tidak enak untuk menolak ajakan tersebut."Tolong batalkan semua meeting hari ini. Saya harus menemui Edward," ujar Vinn kepada asistennya."Bagaimana dengan janji makan malam bersama Nyonya Quen? Apakah harus saya batalkan juga?" tanyanya dengan sopan."Kecuali itu, cukup sulit mengajaknya untuk makan malam di luar. Kamu harus memastikan private restoran dengan suasana romantis. Saya ingin membuatnya terkesan.""Baik, Tuan.""Untuk hari ini, saya ingin mengendarai sendiri. Kamu tolong urus soal makan malam nanti saja."Vinn bangun dari tempat duduknya. Ia bergegas menuju garasi mobil. Seharusnya pagi ini, ia rapat dengan tim yang mengurus soal semua rancangan busana Quen. Tapi sepertinya ada hal yang mendesak yang ingin disampaikan oleh Edward.Vinn sangat sederhana. Meskipun ia mampu mem
"Kak Quen ... apa yang kakak pikirkan?" tanya Emily.Quen terlihat begitu tidak fokus dalam mengerjakan rancangan terakhirnya. Ia teringat akan perkataan Jeanne soal balas dendam. Apakah sekarang ini adalah ulahnya."Tidak, tidak ada.""Kakak tidak perlu berbohong. Pasti sekarang sedang memikirkan soal Edward, benar?" desak Emily."Tidak seluruhnya benar. Hanya saja, saya memikirkan soal salah satu teman saya, mantan istri Edward juga. Cuma, saya merasa dia tidak akan seberani itu untuk melakukan tindakan pengancaman. Terlebih kepada Berenice juga."Kembali terngiang saat Vinn menceritakan semua isi surat yang ditujukan kepada Edward. Sangat mustahil jika Jeanne mengetahui dengan detail kejadian-kejadian yang dialami oleh orang tua kandung Edward."Tapi ini sungguh aneh, jika bukan saksi mata, mata mungkin seseorang bisa menceritakan sesuatu dengan detail. Tapi saya setuju dengan keputusan Kak Vinn untuk mundur. Lagian yang kita butuhkan hanyalah saham dari Blhyte Callie dan sekarang