"Apa? Kamu akan kembali ke rumahnya? Apakah cinta benar-benar membuatmu kehilangan akal?" Sarah mendelik ke arah Quen."Apakah ada pilihan lain?" tanya Quen.Michelle merasa iba dengan keadaan yang harus dihadapi sahabatnya. Tidak tega rasanya jika ia harus memberitahukan kebenaran soal Edward."Apa yang kamu harapkan dari lelaki yang bahkan tidak pernah ada ketika kamu butuh. Hampir dua bulan kamu dirawat disini, apakah pernah dia datang?" Sarah memalingkan mukanya. Bagaimanapun ia tetap merasa kasihan dengan Quen."Terima kasih karna selalu ada. Namun ... apakah mungkin saya harus meninggalkan Bhlyte Callie begitu saja? Tapi bolehkah saya meminta pertolongan lagi?" tanya Quen.Ia terlihat begitu menyedihkan karna sesuatu yang sudah ia bangun. Quen menghabiskan semua yang ia punya untuk brandnya. "Katakanlah." Michelle menatap Quen dengan seksama.Quen memberitahu apa keinginannya kepada Sarah dan Michelle. Ia yakin hanya mereka berdua yang bersedia membantu tanpa pamrih.***"Quen,
"Selangkah lagi, apa yang saya cita-citakan akan tercapai." Edward merapikan dasi yang sedang ia kenakan."Mama yakin kamu pasti bisa mendapatkan yang kamu inginkan, Nak." Berenice menepuk pundak Edward penuh kasih sayang.Berenice menggandeng Edward menuju Altar pernikahannya bersama Jeanne Fredh Diomore, putri dari pemilik ribuan perusahaan yang bergerak dibilang kemediaan. Namun, orang tua Jeanne juga memiliki pertambangan di luar negeri."Mr. Fredhor sangat pandai dalam memilih menantu," bisik salah seorang tamu yang hadir."Tidak hanya tampan, dengar-dengar dia juga seorang desainer yang karyanya luar biasa."Para tamu yang hadir sangat mengagumi Edward. Selain parasnya, pencapai-pencapaian yang ia miliki juga membuat banyak orang terpukau. Itu juga yang menjadi alasan Fredhor menjodohkan Jeanne dengannya.Gemuruh riuh saat janji suci diucapkan oleh Edward untuk Jeanne. Kebahagiaan tak terkira dirasakan oleh kedua pembelai. Bahkan tamu yang hadir memandang kagum akan ketampanan da
"Quen, hari ini kami akan mengundang kolega, tolonglah jaga sikap!" Jeanne memandang Quen sinis."Baik." Quen mengambil kertas yang berisi catatan apa yang harus dimasak.Segalanya telah dipersiapkan didapur. Edward dan Jeanne mengundang kurang lebih 20 orang koleganya sebagai bentuk penghargaan atas kesuksesan Blhyte Callie di acara fashion show. Selain itu, Edward sengaja mengundang untuk bekerja sama agar dapat membuat fashion shownya sendiri.Sekitar 30 menit acara dimulai, namun Quen sama sekali belum mempersiapkan apapun di meja makan. Itu membuat Jeanne menjadi geram."Cepatlah! Bergunalah sedikit saja. Ingat kamu hanya menumpang di rumah ini!" bentak Jeanne.Quen dengan segera menyiapkan piring-piring dan perlengkapan lainnya. Peluhnya menetes deras. Ia kembali teringat perkataan dari seorang nenek yang ia temui di rumah sakit. Dalam hidup ada yang harus diperjuangkan, jika tidak itu bukan hidup. Dengan tekat yang kuat dalam hatinya, Quen mencoba menerima semua kenyataan dan t
"Tuan, kenapa anda tampak begitu muram hari ini? Apakah karna pengaruh harga saham yang menurun?" tanya seorang lelaki kurus tinggi kepada seorang yang sedang memainkan penanya."Tidak ... ada seorang wanita yang sangat menarik untuk saya ... namun ... Sudahlah lupakan." Vinn meletakkan pena yang ia pegang.Sepulang dari makan malam yang diadakan oleh Edward, ia merasakan ada hal yang salah pada dirinya. Entah bagaimana seorang pelayan telah membuatnya jatuh hati. Wanita itu sangat sederhana namun membuat kesan yang tidak semua wanita bisa berikan."Tuan, jika boleh saya tahu ada apakah gerangan?" lanjut sekretaris pribadi Vinn.Ia adalah Vincecio Leaman, seorang anak dari pembisnis terkemuka. Merupakan pewaris tunggal dari perusahaan papanya yang bergerak di bidak lokomotif. Tidak hanya itu, mamanya juga seorang kolektor permata yang memiliki ratusan toko pertama diseluruh dunia."Carilah informasi soal wanita yang bekerja di rumah Edward." Vinn bangun dari tempat duduknya menuju ke
"Apakah mungkin saya bisa bertahan dirumah ini dengan segala perlakuan yang sangat tidak pantas?" bisik Quen kepada dirinya.Kedudukannya di rumah The Barclay tidak berubah sama sekali. Ia tetap dianggap sebagai pembantu. Meskipun ia telah melakukan banyak hal namun, tetap saja tidak ada harganya dimata suaminya."Bagaimana manapun saya harus mulai mengubah diri saya. Mencintai diri sendiri lebih baik," ucap Quen lagi.Ia menyelinap keluar rumah untuk ke toko bunga milik Lyden. Sudah lama sekali ia tidak berkunjung kesana. Quen merasa sangat rindu dengan Lyden."Quen!" pekik Lyden yang melihat Quen dari menuju ke arahnya.Quen langsung memeluk Lyden. Tidak ada kata-kata yang mampu ia ucapkan. Melihat mata Lyden saja sudah berhasil membuatnya menjatuhkan bulir-bulir hangat."Are you okay, Honey? Apakah si nenek durjana itu masih memperlakukanmu tidak pantas?" Lyden menggandeng Quen untuk masuk ke dalam toko. "Tidak ... tapi ... Edward menikah lagi dengan putri dari salah satu investorn
"Bagaimana dengan proposal penawaran dari saya? Apakah kami tertarik mendanai fashion show yang akan saya adakan, Vinn?" Edward mengundang Vinn untuk bertemu di kafe dekat dengan butiknya."Saya akan mempelajari kembali proposal yang kamu tawarkan. Sudah lama sekali kita tidak berjumpa. Saya sangat tertarik bagaimana kamu bisa membangun butik sebesar ini sekarang?" Vinn mengambil proposal kerjasama yang diberikan kepadanya.Vinn dan Edward adalah sahabat lama yang cukup dekat. Mereka saling mengenal sejak sekolah menengah atas. Edward adalah orang yang paling tulus berteman dengan Vinn. Ia tidak pernah peduli dengan seberapa banyak uang yang dimiliki Vinn.Edward tertawa mendengar pertanyaan Vinn. "Apakah kamu pernah melihat seorang wanita lusuh ketika datang ke rumah saya?" Vinn hanya mengangguk. Ia hanya melihat seorang wanita lusuh yaitu pembantu dari keluarga Barclay."Ini rahasia antara kita berdua, dia adalah desainer yang sebenarnya. Kamu pasti masih ingat dengan baik bagaimana
"Bagaimana? Sudahkah kamu mendapatkan informasi mengenai wanita yang berada di rumah Edward?" tanya Vinn kepada seorang yang dengan setia berdiri disampingnya."Tuan, saya mohon maaf. Tidak banyak informasi yang saya dapatkan soal wanita tersebut. Dia seperti bukan orang sembarangan." Lelaki itu bernama Marcho Adolyn; tangan kanan sekaligus sekretaris pribadi Vinn.Ia menyerahkan berkas yang ia dapatkan mengenai wanita yang membuat boss sekaligus sahabatnya itu tertarik. Banyak pertanyaan timbul dalam benaknya. Selama ia mengenal Vinn tidak pernah sama sekali ada ketertarikan terhadap seorang wanita."Tuan, saya mohon maaf sebelumnya. Jika boleh saya tahu kenapa tuan sangat ingin mengetahui tentang wanita ini?" tanya Marcho dengan ragu."Apakah kamu ingat ketika nenek sakit, beliau menceritakan tentang seorang wanita yang sangat baik kepadanya. Iya, dia adalah Quen," terang Vinn. Hanya sedikit informasi yang didapat soal Quen. Bahkan, Marcho sudah mencari tahu dan rela membayar berap
"Quen! Cepatlah! Apakah kamu tuli?" Edward mulai kehilangan kesabarannya. Ia menatap tajam Quen yang berlari kecil ke arahnya."Apakah kamu ingin balas dendam dengan saya? Tidakkah kamu takut jika saya membongkar kebusukan dari keluargamu?" Jeanne membelalakan matanya dengan lebar mendengar pernyataan Edward.Quen hanya terdiam dan perlahan menundukkan kepalanya. Ia begitu ingin untuk mengungkapkan kebenaran tentang keluarga Barclay namun, belum saatnya untuk mebongkar semua. Ia harus lebih bersabar dan mengumpulkan semuanya."Lihatlah! Diam berarti mengakui kesalahannya. Beri saja hukuman untuk wanita yang tidak bisa menjaga kehormatan ini." Jeanne melirik sinis Quen. "Sudahlah, Sayang. Tidak baik jika kamu marah-marah. Mari ke kamar beristirahat. Jangan rusak hari bahagia kita karna ulah pengecut ini." Edward mengulurkan tangan kepada Jeanne. "Kali ini, kamu selamat!" bentaknya.Berenice yang sedari tadi hanya memandangi kejadian itu bergegas menuju kamarnya. Setelah Edward menikah