Share

Kompor Meleduk

"Rey, jangan mengambil keputusan disaat emosi," tegur Bu Sur. Kekejaman mulut yang selama ini kerap ia lontarkan di depan banyak orang seketika menguap begitu saja. Bu Sur tidak berdaya menghadapi permasalahan yang terjadi apalagi rumah yang mereka tempati kini berada dalam pengawasan Bank. "Kamu tau kan, Rey, kalau rumah kita dalam pengawasan Bank. Kalau kamu dipenjara, bagaimana Ibu bisa bayar cicilan rumah?"

Reyhan menarik ujung bibirnya sinis. Sejak dulu sampai kini, ia hanya dianggap sebagai mesin uang, bukan menantu apalagi anak sendiri.

"Gampang, Ibu suruh saja anak Ibu yang cantik itu untuk jual diri," dahut Reyhan enteng. "Bukankah dia cantik, tidak sulit baginya untuk memikat pria-pria hidung belang."

"Jaga mulutmu, Mas!" bentak Hesty. "Aku masih punya harga diri, kau pikir aku se-hina itu, hah?!"

Bu Sur lagi-lagi mengurut kening yang makin terasa pening. "Rey, pikirkan anak kalian. Dia masih bayi, masih butuh orang tua lengkap."

"Ibu ini kenapa sih?" gerutu Hesty tidak sen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status