Share

Harapan Aneh Lira

Aku kebingungan memberikan jawaban.

Belum sempat aku mendebat, terlihat olehku, ponsel milik Darren yang dia letakkan di atas nakas satu lagi, bergetar.

"HAHA. Iya, nih." Terlihat suamiku mengurai senyuman ketika dirinya sudah tersambung melalui sambungan telepon dengan seseorang.

Aku diam, tapi terus menyimak obrolannya.

"Resepsi?" Ya ... dalam waktu dekat sih paling," ungkapnya terdengar santai.

Hah? Resepsi? Apakah dia sedang membual?

"Woiya jelas, dong. Gue, 'kan pengen nikahnya juga seumur hidup satu kali, masa iya sih nggak dirayain?"

Mataku membelalak lebar mendengar bagaimana suamiku terlihat menikmati obrolannya dengan seseorang yang aku perkirakan adalah teman baiknya.

Dadaku berdebar kencang dalam seketika.

Bukankah sebelumnya dia sudah sepakat untuk tidak mengadakan resepsi? Lantas, kenapa sekarang dia begitu yakin dengan ucapannya yang secara lugas menjelaskan jika resepsi itu benar akan diadakan?

Ya, sebelum ini memang aku sudah membuat kesepakatan dengan Darren jika pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status