"Anggap saja ini honeymoon kita, aku sedang mempraktekkan malam romantis yang sudah aku tulis dibeberapa novelku. Bukankan kamu menyalin ke dalam smartphonemu dan membacanya." mas Arsen berkata sambil perlahan-lahan berjalan menuju ranjang dengan posisi kami yang tidak berubah.
"Darimana kamu tahu mas?"
"Ada Cctv didalam ruang kerjaku, jadi aku tahu perbuatanmu," dia menjawab sambil menatap dalam padaku.
"Apa kamu marah mas?"
"Tidak," dia menjawab sambil memberikan kecupan singkat di bib*rku. " Aku mencintaimu, aku tidak akan marah padamu," dia mengungkapkan cintanya.
Pipiku memanas, jantungku berdetak cepat mendengar kata cinta darinya. "Sejak kapan kau mencintaiku?" aku mencoba bertanya.
"Sejak pertama kali kita bertemu, aku menyukai semuanya yang ada dalam dirimu," ucapnya sambil merebahkan badannya di ranjang setelah kami berjalan sepanjang jalan menuju ranjang d
Aku terbangun dan merasa tidak nyaman dengan badanku, terasa lengket karena seharian belum mandi. Segera ku raih handuk yang ada tidak jauh dari tempat tidur. Setelah membalut tubuhku dengannya aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri.Selesai mandi aku hanya memakai bathrope saja. Terlihat mas Arsen masih tidur dengan pulas. Tidak mau mengganggunya, aku memilih untuk ke pinggir kolam saja menikmati suasana tengah malam di Bali.Aku duduk di tepi kolam yang berhadapan langsung dengan kamar kami dan memasukkan sebagian kakiku kedalamnya. Meskipun kolam ini terintegrasi dengan kamar-kamar yang ada di sini aku tidak berniat mengganti baju, kupikir siapa yang akan keluar dan berenang malam-malam begini kan.Tapi ternyata pikiranku salah, tidak jauh dari kamarku terlihat orang yang berenang dengan cepat kearah sini. Aku bergegas naik dan hendak masuk kedalam kamar, tapi orang yang berenang itu memanggil namanya dengan kerasnya.Aku berhent
Saat sarapan pagi mas Arsen lagi-lagi memuntahkan makanan yang baru saja dimakannya. Dia terlihat mulai lemas karena tidak ada makanan yang masuk ke perut. Aku berinisiatif membuatkan air jahe untuknya, katanya jahe bisa menghangatkan badan dan perut siapa tahu bisa membantunya."Apa kita ke dokter aja mas?" ucapku sambil memberikan segelas air jahe padanya."Gak perlu, sepertinya aku baik-baik saja. Cuma setiap habis makan tiba-tiba aku merasa mual dan ingin muntah." mas Arsen berkata sambil meminum air tersebut."Aku coba bikinin bubur ya," aku menawarkan.Dia hanya mengangguk dan merebahkan badannya kembali. Bergegas aku pergi ke dapur untuk membuat bubur buat mas Arsen."Arsen masih mual-mual, Vira? mama bertanya."Dia mualnya kalau habis makan aja mah, Vira mau coba bikin bubur siapa tahu tidak muntah,""Kalau sampai sore masih muntah-muntah lebih bai
POV ARSEN____________Hari ini aku mulai masuk kantor lagi, Sudah hampir seminggu aku dirumah karena badanku tidak bertenaga. Tapi berkat Vira yang rajin memasak dan menemaniku makan akhirnya aku sehat kembali .Untuk sementara aku tidak diperbolehkan menyetir sendiri, tapi di jemput oleh Tio."Pak Tio, tolong jaga suami saya ya. pastikan dia makan makanan ini dan pasang juga ini di ruangannya," Vira menyerahkan bekal makan siangku dan juga diffuser aromaterapi yang katanya punya aroma mirip dengan perlengkapan mandi dan juga parfumnya."Baik Bu, tolong jangan panggil saya bapak. Panggil saja Tio," Ucap Tio yang cuma di tanggapi senyuman oleh Vira.Istriku ini memang beda, dia tidak pernah memanggil nama orang langsung meskipun pada kar
Tidak terasa sudah tiga bulan aku selalu datang ke kantor mas Arsen saat jam makan siang, sejak kejadian pagi-pagi mas Arsen mengajakku melakukan ritual suami istri dalam ruang kerja di kantornya aku tidak mau lagi berduaan dengannya di ruangan itu. Melakukan hal itu disana adalah pengalaman yang mendebarkan buatku, meskipun itu kantornya mas Arsen tetap saja itu bukan tempat privat.Saat makan siang pun aku suka mengajak Tio makan bertiga dengan kami supaya mas Arsen tidak berbuat aneh-aneh padaku disana.Saat ini usia kandunganku sudah masuk semester kedua, mas Arsen sudah bisa makan apa saja dan aku hanya sesekali saja datang ke kantornya menemani makan siang jika dia memintanya.Perutku sudah tidak rata lagi. Terakhir kalinya kami memeriksakannya ke dokter, kami sudah bisa mendengar detak jantungnya. Mas Arsen sangat bahagia waktu itu, demikian juga denganku. Entahlah rasa apa yang menelusup dalam hati saat mendengar detak jantungnya, ada kehidupan did
POV ARSEN_____________Siang ini entah kenapa aku mengantuk berat, mataku terasa lengket dan ingin sekali tidur. Tiba-tiba timbul rasa rindu pada Vira, aku ingin bersamanya dan memeluknya. Andai Tio tidak sedang meeting diluar aku akan menyuruhnya mengantarkanku pulang ke apartemen. Inginnya menyetir sendiri, tapi sepertinya aku tidak bisa mengalahkan rasa kantukku.Akhirnya aku duduk di sofa dan mulai tertidur, saat kesadaranku hampir hilang aku kurasakan ada orang yang duduk di sebelahku, aroma parfum yang menguar dari tubuhnya adalah aroma parfum yang aku rindukan, aroma parfum Vira. Meskipun agak sedikit berbeda tapi aku yakin di kantor ini tidak ada yang memakai parfum sama seperti Vira."Aku merindukanmu dan kau datang kesini, segitu kuatkah ikatan batin kita?" ak
POV ARSEN____________Aku terus berusaha mencari Vira di bantu oleh Tio juga, tapi entah kenapa aku tidak bisa menemukannya dia bak hilang ditelan bumi. Sedangkan papa Prasetyo dan mama mereka tenang saja dengan semua ini, aku yakin mereka tahu dimana Vita tapi mereka benar-benar tidak mau memberitahuku.Vira, pergi kemana kau? sudah hampir lima bulan lebih aku mencarimu tapi tidak juga kutemukan jejakmu. Bagimana calon bayi kita, pasti dia sudah membesar diperutmu, pasti dia sudah bisa menendang didalam sana. Pedih hatiku bila mengingat mereka.Aku menjadi dingin dan kasar seperti dulu, Tio yang menjadi sasaran kemarahanku, entah mengapa dia tetap saja sabar menghadapiku. Sekertaris baruku, Bianca juga sering mendapatkan ucapan pedas dariku. Sepertinya dia wanita yang sopan dan m
POV ARSEN_____________Aku mencuci wajah dan merapikan penampilanku yang acak-acakan, setelah itu aku turun ke bawah. Terlihat tiga karyawan Vira asik dengan pekerjaan masing-masing.Aku heran dengan butik ini, meskipun tidak ada Vira tapi tetap berjalan dengan baik dan ramai pengunjung. Pasti Vira me-manage nya dari jauh, tidak mungkin tanpa campur tangannya butik ini berjalan dengan baik."Bagaimana kalian bisa menjalankan butik ini dengan baik padahal tidak ada Vira?" aku bertanya kepada mereka.Tidak ada jawaban dari mereka, mereka hanya saling berpandangan."Kalian mau menjawab atau akan aku acak-acakan butik ini," aku mulai melancarkan ancaman lagi."Mbak Vira selalu mengirimkan kami design baju, dan kami yang men
Aku hirup udara pagi dari atas balkon apartemenku, hari ini pagi pertamaku di Indonesia. Aku rindu tanah air, sudah lebih dari empat tahun aku meninggalkan bumi Pertiwi. Aku pergi ke Paris untuk kuliah lagi jurusan fashion di École de la Chambre Syndicale de la Couture Parisienne. Entah keinginan atau hanya pelarian tapi yang pasti itu membuatku sedikit melupakan luka yang di torehkan mas Arsen di dadaku.Masih teringat jelas dimataku saat mas Arsen dengan mesranya memeluk Mona dan mereka berc*uman dengan panas, seolah-olah kejadian itu baru terjadi kemarin. Setelah kejadian itu aku pergi kerumah papa, kemudian tinggal di sana beberapa hari dan kemudian memutuskan untuk belajar lagi di Paris.Aku tidak peduli mas Arsen datang tiap pagi ke rumah, aku tidak mau dibohongi dia lagi. Dua kali aku melihat dia bersama Mona, apa aku harus melihatnya sampai tiga kali dan seterusnya. Tidak! aku tidak mau.Setelah urusan paspo