Asli, aku baru tahu sifat dia kek setan begini! Nyesel banget dulu bisa cinta dan pacaran sama pria brengsek ini! Aku nangis, aku menyesali semua yang udah aku lakukan."Sini itu!" Reza merampas handphone ku dan langsung mematikannya. "Lo gak bisa hubungi siapapun! Sekarang lo pergi izin ke bokap mertua lo kalau lo bakal pergi bareng gue!"Aku mengisap cairan di hidung yang menyumbat, "caranya? Gue harus alasan apa supaya bisa pergi!""Tenang, gue udah atur!"Pintu belakang tiba-tiba terbuka dan seorang wanita masuk di sana.Begitu aku menoleh ke belakang, aku benar-benar terkejut karena itu adalah Raya."Sumpah ya, akting jadi baik beberapa hari ini susah banget, untung target kita kelar hari ini!"Astaga, mereka ternyata... Ya ampun, makin bersalah aku sama Husein sekarang. Ternyata mereka jahat dan sekongkol dalam melayangkan aksi bejatnya. Ya Allah, maafkan aku. Maafkan aku Mas Husein, ini benar-benar hukuman buat aku."Kalian tega banget, kalian bejat tau gak!" umpat aku ke merek
Poin Of View dari Husein Alfarizi.Beberapa bab ke depan, cerita akan di lihat dari sudut pandang Husein sebagai tokoh utama laki-laki dalam cerita Dinikahi Ustadz Tampan ini.***Saya gak berhenti melihat jam yang melingkar di tangan, setiap detiknya terasa lama ketika saya menanti kehadiran wanita yang amat saya rindukan. Akhirnya saya jadi merasa menyesal di kemudian hari karena nekad menjalani hubungan jarak jauh di saat status masih pengantin baru. Asli, rasanya rindu itu menghantui terus sepanjang hari. Lain kali, kalau pun harus mengisi seminar dua atau tiga hari saya akan putuskan untuk membawa serta istri saya.MasyaAllah, karunia Allah yang mampu memberi rasa kasih sayang kepada seluruh mahluk nya, sehingga saya pun sudah merasa menyayangi perempuan itu. Saya akan jaga dirinya sesuai dengan lafadz ijab wa qobul yang pernah saya ucap di hadapan walinya langsung.Karena rasa rindu yang menggebu-gebu itulah, saya nekad untuk tak sering-sering menghubunginya. Karena jika menden
"Itu dia ustadz Husein datang," kata salah seorang ustadz yang turut hadir memeriahkan acara penutupan ini ketika melihat saya telah keluar dari lift dan berjalan di antara lalu lalang manusia lainnya."Assalamualaikum ustadz Haikal, apa kabar?" Saya meraih tangannya dan mencium tangan alim ulama itu untuk kebarokahan ilmunya."Alhamdulillah ana baik, mana bapak dan ibu? Belum sampai?" tanyanya lagi."Belum Ustadz, mungkin sedikit telat karena seperti yang kita tahu bahwa perjalanan dari bandung ke Jakarta selalu macet. Doakan saja beliau selamat sampai di sini ustadz." Kami bercengkrama, saling mengobrol dan berbagi ilmu yang belum saya dapatkan sama sekali. Rasanya senang jika berkumpul dengan para kiayi dan alim ulama, lisan yang mereka gunakan untuk berbicara selalu saja ada manfaat ilmunya. Saya simpan setiap ilmu yang mereka sisipkan dalam setiap kata-katanya."Oh ya ustadz, istrinya ikut? Kok belum kelihatan?" Salah seorang kiayi bertanya demikian pada saya."Ada ustadz, dia i
Begitu dapat informasi dari teman Reynata, saya meminta ridho pada ibu dan bapak untuk segera mencarinya ke alamat tersebut.Sejatinya, ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua, dan murkanya Allah ada pada kemurkaan orang tua.Hendaklah ta'at dan patuh pada perintah orang tua selama orang tua kita masih menuntun dalam jalan kebaikan. Dengan doa restunya, saya berangkat malam ini juga ke daerah Cluster Grandcity tempat di mana kemungkinan Reza membawa istri saya."Ustadz, hati-hati ya. Ingsyallah istrinya masih dalam lindungan Allah. Jangan menyetir dalam keadaan emosi, berdzikir dan terus mengingat Allah."Saya dihentikan sejenak di depan pintu oleh ustadzah Aisyah yang nampaknya sudah paham situasi apa yang telah terjadi."Baik, terima kasih ustadzah atas do'anya. Mohon terus berdoa semoga istri saya bisa segera ditemukan. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Meminta doa itu pada siapapun, karena kita tidak tahu aamiin mana yang Allah dengar.Terakhir, saya pun langsung berjalan kel
Namun kali ini berbeda, pesannya mampu menggetarkan hati saya. Siapa dia? Buat apa dia bertanya seperti itu? Memang saya tidak pernah berkeinginan untuk berkencan tanpa kepastian pernikahan, karena itu adalah dosa besar.Selama saya kuliah di Kairo Mesir, saya habiskan waktu untuk belajar dan belajar. Tidak ada waktu luang dipakai untuk hura-hura apalagi berkencan. Dengan wanita pun hanya sebatas belajar di kampus."Bismillah, untuk saat ini tidak ada Mba Aisyah."Saya balas seadanya, sejujurnya, tanpa berharap apapun."Alhamdulillah kalau tidak ada. Selamat malam kalau begitu, selamat beristirahat dan semoga Allah memudahkan segala urusan kakak. Wassalamu'alaikum."Dan terakhir, pesan itulah yang saya terima.Allahuakbar, segala puji bagi Allah yang telah menetapkan perasaan antara pasangan pria dan wanita. Saya tidak berpikir lebih atas pesan itu, banyak maksud yang tersirat, dan cukup Allah juga hamba-nya lah yang tahu. Wallahu'a'lam.Tapi...Maha besar Allah yang memberi karunia
Saya menginjakan rem tepat di depan sebuah gardu tempat masuk ke sebuah Cluster yang cukup terkenal di wilayah kuningan, tepat seperti apa yang di terangkan oleh Clara. Bismillahitawaqaltu 'alallah, lahaulawalaquwwata illabillahil'aliyil'adzim. Ya Allah, saya serahkan segalanya pada Allah, Tuhan maha pemilik segala apapun yang ada di muka bumi ini. Dengan dzikir, saya segera turun dari mobil dengan perasaan bingung, marah, sekaligus merasa bersalah. Saya berjalan mendatangi satpam yang bertugas di pos. "Selamat malam Pak, ada yang bisa saya bantu?" Seorang satpam berdiri menghampiri saya ketika dilihatnya berjalan ke arah pos."Maaf, saya mau bertemu dengan pemilik salah satu cluster di sini, namanya Reza. Mungkin satu jam yang lalu telah masuk ke dalam dengan mobilnya," ungkap saya."Oh maaf, kami tidak bisa mengungkap identitas pemilik cluster Pak. Silakan hubungi orangnya terlebih dulu, setelah diizinkan bapak bisa konfirmasi ke saya, baru saya bukakan portalnya," terang satp
"Terus, si Om Yusuf ini ternyata dipindah tugaskan oleh atasannya ke Jakarta, dan setelah kami berpisah di hari itu, kami sudah tak ada komunikasi dan beberapa tahun terakhir ini beliau sering datang dengan istrinya saat hari raya idul Fitri. Namun sepertinya, hari ini, beliau datang dengan maksud yang lain selain silaturahmi, yakni ingin meneruskan ucapan kami dulu tentang perjodohan kalian.""Biar saya saja yang jelaskan Kang, supaya anakmu semakin paham maksud saya," sela Om Yusuf memotong segmen saat bapak berbicara."Oh iya silakan Kang, saya lebih senang juga kalau begitu."Saya pun kini berhadapan dengan Om Yusuf, dan bersiap untuk mendengarkan segala penjelasannya dengan seksama seperti apa dari maksud dan tujuannya. Jika ini tentang perjodohan, maka nantinya saya berhak menerima atau menolak."Begini nak Husein, entah saya mau mulai menjelaskan dari mana ya, saya juga bingung. Jadi suatu hari, saya telah ditipu oleh rekan kerja saya tentang investasi yang sejatinya itu bohon
Om Yusuf pun pamit pulang. Menghaturkan rasa terima kasih yang besar kepada saya atas pertimbangan keinginannya. Yah, semua manusia pasti cuma bisa bisa berharap, hakekatnya tetap Allah yang mentakdirkan segala jodoh, rezeki dan maut seseorang.Lalu bagaimana pendapat orang tua saya? "Gimana Sein, kamu setuju dengan perjodohan yang dilakukan oleh kami?" tanya bapak ketika kami sudah mengumpul bertiga di ruang keluarga. Di sini juga sudah ada ibu yang tadi tidak ikut mengumpul bersama kami."Ibu tidak setuju ya Pak, orang kok tiba-tiba nongol langsung minta nikah sama anak kita, ya ibu gak setuju lah. Lagian ibu sudah niat mau menikahkan Husein dengan Aisyah yang jelas-jelas sudah kita ketahui latar belakangnya," sahut ibu yang ku tangkap dari ucapannya beliau tidak menyetujui perjodohan kami."Kalau begitu, kenapa tidak dari kemarin-kemarin ibu melamarkan Husein pada keluarga Aisyah? Padahal mereka udah kenal lebih dari dua tahun katanya?" "Ya itu karena..." Ibu hampir saja kehilang