Suami mana yang tidak senang bila keinginannya diikuti oleh sang istri?Zaviya tampak anggun, ramah dan tidak terprovokasi selama makan malam bersama Gladys tadi.Malah Gladys yang tersirat kesal di raut wajahnya dan nada bicara yang terkesan menyindir.Svarga begitu mengenal Gladys, sahabatnya itu sedikit egois dan keras kepala mungkin karena dia mengikrarkan dirinya sebagai independent Woman yang bisanya mengatur dan tidak mau diatur tentang apa yang harus dia lakukan sedangkan Svarga memintanya agar bersikap baik dan mau menerima Zaviya tapi Svarga yakin lama-lama Gladys akan menerima Zaviya seperti Zaviya yang tampaknya sudah bisa menerima Gladys.Berarti ucapan istrinya yang katanya mencintainya itu memang benar karena buktinya Zaviya bersedia berubah.Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran Svarga saat ini.Padahal Zaviya sedang berusaha menyingkirkan Gladys dengan cara paling elegan.Setelah makan malam, Gladys langsung pamit pulang katanya besok pagi sekali dia memiliki janji
Svarga menganggap kalau masalah antara Gladys dengan Zaviya telah selesai.Dia tidak perlu menjauhi sahabat semenjak kecilnya dan juga bisa berhenti berdebat dengan sang istri mengenai kedekatannya dengan Gladys.Tanpa Svarga tahu kalau Zaviya dan Gladys sedang melakukan perang dingin, tidak terlihat secara langsung pertempuran mereka namun diam-diam menyusun rencana untuk melumpuhkan satu sama lain.Seperti saat ini, Gladys pulang ke Jerman guna berdiskusi dan berguru kepada tangan kanan ayahnya.Lauren-adalah sekretaris ayahnya yang setia. Saking setianya, Lauren bukan hanya memenuhi kebutuhan sang ayah di kantor tapi juga sesekali di atas ranjang karena ibu dari Gladys lebih suka berkumpul dengan para Sosialita Jerman di klub pria telanjang.Gladys menutup mata karena dia terlalu jengah dengan percekcokan kedua orang tuanya dan menerima keadaan tersebut dengan tidak membenci siapapun.“Kapan sampai?” Lauren bertanya begitu dia masuk ke dalam ruangannya dan mendapati Gladys di sana.
“Jadi sabar adalah kuncinya?” Gladys bergumam, senyum dan sorot matanya sama seperti Lauren.Lauren menganggukan kepalanya pelan, ternyata Gladys mengerti inti dari apa yang dia ajarkan tapi Lauren sanksi kalau Gladys yang tidak pernah mengenal kata sabar dalam hidupnya bisa meresapi kata sabar yang dia maksud.Gladys bangkit dari kursinya dia mendekat pada Lauren dan mengangkat tangan meminta Hi Five.“Tidak salah aku mendatangimu,” kata Gladys sebelum akhirnya meninggalkan ruangan Lauren.Dan untuk urusan ijin perusahaan, dia akan mengambil jalur cepat agar perusahaannya segera berdiri dan dia bisa liburan bersama Svarga dengan kedok bussines trip tanpa Zaviya tentunya.Nanti dia akan mengkondisikan agar bisa satu kamar dengan Svarga.Semestinya Svarga tidak menolak karena dia menganggap Gladys sahabat dan saat itu Gladys akan menggunakan pakaian super seksi untuk membangkitkan hasrat Svarga.Benak Gladys terus memetakan bagaimana caranya agar Svarga menjadi miliknya seutuhnya baik
Akhir-akhir ini Zaviya sibuk sekali mempersiapkan pembukaan restorannya, dia sudah tidak sempat memikirkan kedekatan antara Svarga dengan Gladys terlebih Svarga sudah lama tidak memberi kabar kalau dirinya sedang bersama Gladys.Yang terakhir Zaviya dengar adalah Gladys kembali ke Jerman. Bagus lah, kalau bisa jangan kembali lagi ke Indonesia agar hidup Zaviya bisa tenang.Dalam pembukaan restoran Zaviya yang baru ini dibantu oleh banyak keluarganya, mulai dari merekrut pegawai, merekrut Koki bersertifikat dan berpengalaman, memilih dekorasi ruangan, peralatan makan dan minum sampai memilih printilan untuk mempercantik toilet.Setiap harinya Zaviya pergi pagi dan pulang lebih malam dari Svarga.Svarga juga terkadang membantu Zaviya di kala weekend menjadi supir pribadi Kanjeng Ratu Nyai Zaviya yang super ribet dan manja dengan senang hati dan penuh kesabaran.Dia sadar kalau tugas seorang suami salah satunya adalah menemani istri dan bila ada waktu pasti harus Svarga lakukan.Masih in
“Enggak usah, Kak … sebentar lagi dokternya datang.” Zaviya menolak terang-terangan.Ghazanvar tidak memberikan tanggapan dengan ucapan tapi pria itu tersenyum sembari menatap Zaviya lekat.“Bisa-bisanya si Svarga ngebiarin Zaviya ke dokter sendirian, gue tikung juga bininya sekalian.” Ghazanvar bergumam di dalam hati.“Kak Ghaza enggak kerja?” Zaviya bertanya agar Ghazanvar berhenti menatapnya, dia risih.“Enggak … udah kaya raya,” balas Ghazanvar enteng.Zaviya mendengkuskan tawa pelan.“Kak, beneran aku enggak apa-apa sendiri kok.” Zaviya mengusir secara halus.“Kamu takut Svarga marah ya? Svarga ‘kan enggak tahu.” “Kalau tahu dia pasti marah, Kak.” Zaviya menunjukkan tampang nelangsa.“Nyonya Zaviya!” Seorang perawat memanggil Zaviya.Zaviya langsung berdiri. “Aku masuk dulu ya, Kak … Kak Ghaza pergi aja, aku bisa sendiri kok.” Ghazanvar bangkit dari kursi, dia tidak mengindahkan ultimatum Svarga tempo hari.“Ayo aku anterin,” kata Ghazanvar melewati Zaviya masuk ke dalam ruang
“Tadi apa kata dokter?” Suara Svarga terdengar dari arah living room.Detik berikutnya sang suami yang sudah tampan dan segar dengan pakaian tidur berupa celana panjang dan kaos polos ketat memetakan ototnya yang indah itu pun tiba di ruang makan.Zaviya bengong menatap Svarga, teringat kejadian di Rumah Sakit di mana Ghazanvar menemaninya berobat.Dia sedang menerka-nerka apakah Svarga bertemu Ghazanvar kemudian Ghazanvar bercerita tentang pertemuan mereka di rumah sakit?Pasalnya mereka bekerja di perusahaan yang sama yaitu AG Group meski beda kantor.Tapi mereka akan dipertemukan saat meeting dengan kakek.Zaviya merasa berdosa jadi overthinking padahal tidak mengkhianati suaminya.“Zaviya!” panggil Svarga yang sudah berada di samping Zaviya.“Heu … itu.” Zaviya mengerjap-ngerjapkan matanya gugup.Svarga masih berdiri di samping Zaviya, melipat kedua tangan di depan dada dan tatapan tajam yang menimbulkan kerutan halus di antara kening.“Itu … tadi setelah diperiksa sama dokter ahl
Keesokan harinya adalah hari paling menegangkan dalam hidup Zaviya.Dia akan membuka sebuah restoran baru di kota Jakarta, kota tempat dia merantau dibawa suami.Sewaktu membuka restoran di Surabaya, Zaviya tidak se-nerveous ini lantaran semua warga Surabaya tahu kalau dia adalah cucu dari pemilik resto paling terkenal di sana.Namun di kota Jakarta, Zaviya bukan siapa-siapa dan harus bersaing dengan resto lainnya jadi Zaviya harus memberikan sesuatu yang berbeda untuk menarik minat pengunjung.Beruntungnya Zaviya memiliki keluarga yang kompak, hangat dan menyayanginya.Semua datang beberapa hari sebelum launcing guna membantu memikirkan apa yang kurang dari persiapan launcing tersebut.Jangan lupakan peran Gunadhya cukup besar di sini karena kakeknya Svarga meminta seluruh keluarga dan kerabat hadir ke acara launching restoran milik Zaviya.Pelataran parkir mulai penuh, beruntung ayah Archio memberi ide untuk menyewa lapangan yang berjarak lima puluh meter dari gedung restoran Zaviya
Gladys sudah bertemu dan bersalaman dengan om Kaivan juga tante Zhafira begitu sampai ke restoran ini pada saat acara peresmian telah rampung dilakukan.Tidak sedikit pun terbesit dalam benaknya akan melakukan meeting tentang rencana pembangunan dan renovasi kantornya di hari ini karena Gladys berpegang teguh pada janji Svarga yang akan mengantarnya ke Bandung hari Senin nanti.Jadi dia tenang saja makan dan ngopi sambil berbincang santai dengan Svarga.Beberapa tamu sudah pulang berganti dengan pengunjung resto yang singgah karena penasaran dengan keramaian di dalam resto atau tertarik dengan promo diskon lima puluh persen untuk setiap menu dalam bentuk spanduk yang dipasang di sepanjang jalan.“Tuan Svarga dan Nona Gladys … Tuan Kaivan dan Nyonya Zhafira sudah menunggu di lantai tiga … kami sudah siap melakukan presentasi.” Seorang pria yang merupakan sekretaris om Kaivan menginformasikan menggunakan bahasa Inggris agar bisa dimengerti oleh Gladys.Kening Gladys berkerut membuat eks