Sore hari .... Gerald sudah keluar dari kampus dan langsung pulang ke apartemennya. Ia kemudian menoleh ke arah ponselnya di mana Sandra menghubunginya. “Iya, Sandra?” tanyanya setelah menerima panggilan tersebut. “Kamu sudah pulang?” “Sudah. Kamu mau apa?” tanyanya lagi. “Pengen jalan-jalan. Bosen, di dalam kamar terus. Mau kan, temenin aku jalan-jalan?”Gerald mengulas senyumnya setelah mendengar permintaan kekasihnya itu. “Oke. Mau jalan-jalan ke mana?” tanyanya kemudian. “Ke mana aja, yang penting liburan.” “Mau ke luar kota? Ke Bogor aja, yaa.” “Boleh. Aku tunggu, yaa.” Sandra kemudian menutup panggilan tersebut setelah mengiyakan ajakan Gerald pergi ke Bogor, di mana banyak tempat untuk menenangkan diri di sana. Lima belas menit kemudian Gerald pun sampai di apartemen. Ia langsung menghampiri Sandra yang tengah duduk sembari memandang kota Jakarta di balik jendela. Cup! Lelaki itu mengecup pipi kanan sang kekasih kemudian menerbitkan senyumnya. “Bosen banget, yaa? Tap
“Selamat makan, Sandra.” Gerald mengulas senyumnya seraya melahap makanan yang ada di atas mejanya.Malam pertama ada di villa mereka awali dengan makan malam terlebih dahulu agar perutnya terisi yang setelahnya akan melakukan hal lain di sana.“Kamu jago masak, Gerald,” puji Sandra yang tengah menikmati sup ayam yang dibuatkan oleh lelaki itu.Gerald lantas mengulas senyumnya. “Tidak sejago kamu, tapi. Karena kamu lagi pusing dan mabuk, aku paksakan buat masak untuk kamu.”Sandra terkekeh pelan. “Tapi beneran lho, enak. Makasih ya, Gerald.” Sandra mengulas senyumnya kepada lelaki itu.“Sama-sama.”Keduanya kembali melahap makanan yang masih tersisa banyak itu agar segera habis. Karena waktu sudah menunjuk angka sembilan malam.Udara di sana semakin dingin. Membuat jiwa Gerald ingin menuntaskan hasrat yang ada di dalam dirinya kala melihat betapa c
“Mau ngapain elo ke sini lagi, Gery?” tanya Alexi kepada sahabatnya itu yang tengah menyelinap masuk ke dalam rumah lamanya.Gery yang memiliki kunci cadangan itu jelas bisa masuk ke dalam tanpa harus membobol pintu rumah tersebut.“Ada yang ingin gue cari di rumah ini,” ucapnya kemudian menghidupkan saklar lampu di dalam ruang tengah itu.“Nyari apa lagi? Semua yang ada di rumah ini bukannya udah jadi milik yang beli rumah elo? Elo udah nggak bisa ambil apa pun di sini,” kata Alexi yang terlihat bingung dengan Gery.Apa yang dia cari di sana, kenapa harus mencari di malam hari, bukan di siang hari. “Elo nggak boleh nyuri apa pun di sini, Gery!” ucap Alexi mengingatkan.Gery menghela napas pelan. “Elo nggak usah banyak omong, bisa? Gue mau bikin Gerald memberi tahu semuanya kalau dia udah menghamili Sandra. Pasti ada bukti yang bisa gue jadikan senjata untuk membuat keluarga
Gerald menutup panggilan tersebut. Dengan lemas, ia menatap Sandra yang masih duduk di sampingnya kemudian mengulas senyum tipis.“It’s oke. I’m fine. Aku akan mempertahankan kamu apa pun yang terjadi. Janji aku ke kamu tidak akan aku ingkari. Sekeras apa pun Papa menolak, dia tidak akan pernah melukai kamu. Hanya aku yang akan dihukum olehnya. Dan aku sudah siap menerima semuanya.”Sandra lantas menitikan air matanya kala mendengar ucapan tulus dari kekasihnya itu. Betapa tidak, pria sempurna itu mau berjuang demi perempuan biasa sepertinya.Gerald kemudian mengusap air mata di pipi perempuan itu seraya tersenyum lirih. “Jangan menangis. Tidak diterima oleh Papa, masih ada Mommy yang akan menerima kamu. Setelah memberi tahu Papa, kita tunggu sampai Mommy dapat uang empat ratus miliar, setelah itu urus perceraian kamu dengan Gery.“Tunggu sampai anak kita lahir, setelah itu kita menikah. Semoga semuanya
Hari Senin telah tiba ....Gerald tengah bersiap-siap untuk pergi ke kampus, setelah itu pergi menemui Jason. Dia memilih kuliah terlebih dahulu karena ia yakin percakapan ini akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Dengan begitu, Gerald memilih untuk kuliah terlebih dahulu.Dering ponselnya berbunyi. Panggilan dari sang papa. Gerald segera menerima panggilan tersebut.“Kamu di mana? Katanya ada yang ingin kamu bicarakan dengan Papa. Kenapa masih belum ke sini?” Jason sudah tak sabar ingin mendengarkan apa yang akan dibicarakan Gerald kepadanya.“Pulang kuliah aja, Pa. Aku mau ke kampus dulu. Ada tugas makalah yang harus aku kerjakan,” ucapnya dengan pelan.“Oh, begitu. Ya sudah kalau gitu. Papa ke kantor dulu kalau kamu ke sininya sore.” Jason menutup panggilan tersebut.Pria itu semangat karena menurutnya Gerald akan mengakhiri perasaannya kepada Sandra sebab pesan ancaman yang dia bua
Dengan keberaniannya, Gerald masuk ke dalam ruangan pimpinan kampus di sana. Di mana Jason pun sudah ada karena dipanggil oleh rektor kampus itu.“Permisi!” ucapnya kemudian masuk ke dalam sana.Jason sudah memasang wajah amarahnya kala melihat Gerald masuk kemudian duduk di sampingnya. Tak lama setelahnya, Sandra pun tiba di sana kemudian duduk di depan Gerald dan Jason.‘Apakah Gerald sudah memberi tahu semuanya?’ tanyanya dalam hati. Sandra merasakan aura kecaman di sana, melihat Jason yang terlihat begitu marah kala menatap Gerald yang sedari tadi hanya menunduk.“Pak Jason. Anda sudah melihat semuanya, kan? Bahwa Gerald dan Profesor Sandra sudah melakukan hal yang sungguh membuat malu kampus ini bila semua orang tahu. Bahkan suaminya sendiri sudah tahu dan menangkap adegan tak senonoh itu. Kami sangat menyayangkan prilaku Anda berdua, Profesor Sandra dan Gerald.”Pak Kuncoro menatapSandra
Plak!!Mata tajam itu menatap Gerald yang tengah berdiri di hadapannya. Sementara Sandra menutup mulutnya kala melihat Jason menampar dengan keras pipi Gerald."Kita bisa bicarakan ini dengan baik—""Jangan ikut campur urusanku dengan Gerald, Kayla!" pekik Jason. Ia bahkan tidak ingin Kayla ikut campur karena merasa itu bukan urusannya.Jason kembali menatap ke arah Gerald dengan manik mata tajamnya, penuh kebencian dan kekecewaan terhadap anak laki-laki satu-satunya itu.“Sudah berkali-kali Papa katakan pada kamu, Gerald. Jangan pernah dekati perempuan yang sudah menikah! Dan kamu malah menghamilinya. Benar-benar keterlaluan kamu, Gerald. Anak tidak tahu diuntung!” pekiknya kemudian.Bugh!Bukan hanya menampar. Lelaki itu juga memukul wajah Gerald hingga lelaki itu terhuyung ke bawah.“Gerald!” ucap Sandra dengan pelan. Ia kemudian menoleh kepada Kayla yang tengah m
“Blokir apartemen Gerald. Tunggu dia di depan apartemennya. Setelah itu, minta dia bawa bajunya.” Jason memerintahkan kepada pengurus apartemen yang ditempati Gerald agar mengosongkan apartemen tersebut.“Baik, Pak.”Jason menutup panggilan tersebut setelah memerintahkan pengurus apartemen itu. Kayla kemudian menghampiri Jason dengan mata menatap nanar wajah suaminya itu.“Mau kamu apa sih, huh? Sampai teganya kamu mengusir anak kamu sendiri. Agar apa? Agar nurut sama kamu? Selama ini, kamu selalu mengerti perasaan dia atau nggak, Jason?” pekiknya kemudian.Kayla sudah tidak tahu lagi dengan pikiran Jason. Bisa-bisanya dia memblokir akses untuk anaknya sendiri. Ia pun menghubungi Gerald dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.“Halo, Gerald. Kamu lagi di mana?” tanya Kayla kemudian.“Baru sampai di basement, Mom. Ada apa?” tanyanya lemas.&l