“Jangan,” ucap Jelita yang langsung membuat Bumi menghentikan aksinya, nafasnya sudah sangat memburu, bahkan hasratnya sudah tidak bisa dibendung lagi.“Sial, kenapa setiap dekat dengan Jelita aku selalu tidak bisa menahan nafsuku sendiri,” batin Bumi.“Tolong menyingkir dari tubuhku,” ucap Jelita lagi dengan suara penuh penekanan.Bumi meremas sprei dengan kuat, setelah itu Bumi langsung bangkit dari atas tubuh Jelita dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar.Saat ini Bumi sudah mengguyur tubuhnya untuk menghilangkan rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhnya, apalagi saat ini inti tumbuhnya sudah bangun.“Kenapa dengan Jelita aku justru mudah sekali bernafsu, bahkan hanya dengan mencium aroma tubuhnya saja aku sudah ingin memakannya, tapi Jelita bukan wanita yang mudah untuk di tiduri,” ucap Bumi yang masih setia berada di pancuran air shower.“Sial, aku nggak akan bisa kuat kalau selalu seperti ini, tapi kalau aku melepaskan dia, jelas Aaron akan berbuat sesuatu pada J
Jelita semakin bingung, matanya melihat Bumi sejenak, kemudian kembali menatap Aaron yang berdiri cukup jauh dari dirinya.“Aku sudah katakan buka, kalau ibu dan adik kamu akan baik-baik saja, sekarang dengar apa yang aku katakan Jelita, masuk ke dalam mobil, dan kita akan segera berangkat balik ke Jakarta,” ucap Bumi menatap Jelita.“Tapi ibu dan adikku?” “Tidak akan terjadi apa-apa Jelita,percayalah,” geram Bumi.“Lebih baik nona Jelita masuk, percaya saya dengan tuan Bumi, tidak akan terjadi apa-apa pada ibu dan adik nona,” ucap Dirga juga.Jelita pun menurut pada Bumi, baru saja akan berbalik untuk masuk ke dalam mobil, suara rekaman ibu Jelita terdengar di telinganya yang sedang menangis seperti orang ketakutan.“Tolong lepaskan kami, salah kami apa, ya Allah,” terdengar dari suara ponsel Aaron.“Ibu,” ucap Jelita dengan suara tercekat.“Kau sudah dengar nona? sekarang kau pilih, ikut denganku? atau ibu dan adikmu akan tewas detik ini juga,” lagi Aaron membuat Jelita ketakutan.
"Hahahahaha, tamatlah riwayatmu Bumi, sekarang sudah tidak ada lagi penghalang untuk semua rencanaku," ucap Aaron menatap mobil Bumi sudah terbakar akibat tabrakan dengan truk."Akhirnya balas dendam ku tersampaikan, sekarang aku bebas untuk menjalankan misiku," ucap Aaron dengan wajah yang terlihat begitu senang, melihat kobaran api dari mobil Bumi dan truk semakin besar, Aaron langsung pergi meninggalkan lokasi, sebab orang-orang sudah berdatangan melihat kejadian, begitu juga para polisi yang sudah tiba untuk melihat apakah ada korban atau tidak.Di bawah jurang, Jelita membuka matanya kepalanya terasa pusing, dan Jelita bisa melihat asap hitam tebal akibat kobaran api dari mobil Bumi.Uhuuk.....uhuuukkkkJelita terbatuk, dengan cepat Jelita ingin bangkit, rasanya tubuhnya sakit semua, namun Jelita terkejut saat melihat supir yang membawa mobil Bumi tadi berada di hadapannya sedang menolong Bumi yang masih belum sadarkan diri."Tuan.....tuan sadarlah," ucap supir Bumi.Begitu juga
“Apa!!” terkejut Rizal saat mendengar apa yang dikatakan Nina.“Rizal,” “Na…kamu tadi ngomong apa? Jelita kenapa?” tanya Rizal mendesak Nina agar segera menjawab pertanyaannya.“A-aku nggak tahu Zal, aku cuma lihat ini,” Nina menunjukkan ponselnya mendengar kabar soal kematian Bumi di negara lain.“Nggak..ini nggak mungkin kan Na, kalau mobil yang dinaiki tuan Bumi meninggal, jelas Jelita–,” Rizal bahkan tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya.“Ya Allah Jelita, kenapa kamu nasib kamu seperti ini,” tangis Nina langsung pecah.Nina kembali mengambil ponselnya, berusaha untuk menghubungi nomor Nina, namun sama sekali tidak tersambung.“Aaahhkkkk…plis aku mohon ada keajaiban, Jelita mau angkat telponku,” ucap Nina.Rizal sendiri hanya diam, namun tubuhnya sudah lemas, bahkan untuk menelan salivanya saja Rizal tidak sanggup.“Jelita nggak mungkin mati, Jelita pasti masih hidup,” ucap Rizal dari dalam hati.“Aku harus menyusul kesana,” ucap Rizal yang ingin pergi, namun Nina langsung me
Begitu pesawat mendarat, Bumi langsung menggendong tubuh Jelita yang masih belum membuka mata, entah karena lelah, atau karena pengaruh obat penurun panas yang membuat Jelita masih betah memejamkan matanya."Tuan, ibu dan adiknya nona Jelita sudah di tempat aman," Dirga memberitahu begitu sudah berada di mobil mewah milik Bumi."Bagus, tikus-tikus itu ada yang tertangkap? tanya Bumi."Empat orang tuan," Dirga memberitahu."Sekap mereka, aku sendiri yang akan memberikan mereka pelajaran," ucap Bumi."Baik tuan," sahut Dirga.Mobil terus melaju hingga tiba di mansion, Jelita sendiri masih betah dengan mata tertutupnya."Selamat siang tuan," sapa kepala pelayan yang sudah menunggu di depan pintu mansion."Segera ganti semua pakaian Jelita, bersihkan badannya juga," ucap Bumi yang dijawab anggukan kepala pelayan."Baik tuan," sahut kepala pelayan yang langsung mengikuti Bumi melangkah untuk masuk ke dalam lift.Begitu sudah sampai di kamar pribadinya, Bumi meletakkan Jelita begitu pelan
“Jelita,” panggil Nina.Bumi langsung membalikkan tubuhnya menatap Nina, “Langsung periksa saja, jangan jadi patung di situ, ucap Bumi.“Tapi Jelita kenapa? dia baik-baik saja kan?” tanya Jelita yang kini sudah masuk ke dalam kamar tamu dan berdiri di samping ranjang Jelita.“Kalau saya tahu dia kenapa? saya tidak perlu memanggilmu kesini,” jawab Bumi dengan suara besarnya.Nina pun tidak bersuara lagi, rasa senang karena Jelita selamat sudah sangat bersyukur bagi Nina, dengan cepat Nina mengecek suhu tubuh Jelita.“Badannya panas,” gumam Nina.“Kata pelayan saya, badannya sedikit lebam, tolong kamu obati juga,” ucap Bumi memberitahu.“Tanpa tuan suruh pun, pasti saya akan mengobati Jelita, dia sahabat dekat saya, tidak mungkin saya membiarkan Jelita merasakan sakit,” sahut Nina kini sudah menyiapkan suntikan untuk Jelita.“Bagus, kalau begitu saya tunggu di luar,” ucap Bumi kemudian langsung melangkah keluar dari kamar, Dirga pun langsung menutup pintu kamar tamu begitu Bumi keluar.
Sudah tiga hari ini Jelita diam saja, bahkan setiap pelayan yang bekerja di rumah Bumi mengajaknya bicara, Jelita hanya menjawab dengan gelengan kepala dan anggukan kepala.Sore ini Jelita duduk kamar taman belakang menatap ke arah kolam renang, kepala pelayan menami Jelita di belakang kursi yang diduduki Jelita, beberapa bodyguard juga ikut mengawasi dari jarak jauh.Helaan Nafas keluar dari mulut kepala Pelayan melihat Jelita yang sudah tiga hari ini diam melamun seperti tidak ada semangat hidup, “Kasihan sekali nona Jelita,” batin kepala pelayan menatap Jelita.Mobil mewah milik Bumi masuk ke mansion, begitu mobil berhenti, Bumi langsung melangkah masuk ke dalam, biasanya kepala pelayan sudah menunggu dirinya di depan, tapi tidak dengan sore ini.“Bi Lastri dimana?” tanya Bumi pada pelayan lain yang kebetulan sedang lewat.“Ada di taman belakang tuan,” jawab pelayan Bumi dengan menundukkan kepalanya takut menatap Bumi. “Sedang apa disana?” tanya Bumi.“Menemani nona Jelita,” jelas
Kini Jelita sudah berada di mobil bersiap untuk pergi menemui ibu dan adiknya, Dirga sendiri yang mengantar Jelita, mata Jelita masih melihat ke arah mansion saat Dirga baru saja melajukan mobilnya, begitu mobil sudah keluar dari mansion, helaan nafas keluar dari mulut Jelita.“Akhirnya aku bisa keluar dari tempat ini,” batin Jelita dan kini sudah menatap jalanan.Rasanya perjalanan begitu terasa lama, bahkan Jelita mata Jelita begitu terasa mengantuk, namun sekuat tenaga Jelita menahannya agar tidak sampai tertidur.Hampir satu jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikendarai Dirga sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun terlihat dua tingkat, Jelita sendiri hanya diam menatap rumah yang saat ini ada di hadapannya.“Silahkan masuk nona, ibu dan adik nona ada di dalam,” ucap Dirga memberitahu.Jelita langsung menolehkan kepalanya menatap Dirga,”Ini rumah siapa?” tanya Jelita karena menang tidak mengenali rumah yang ada di hadapannya saat ini.“Ini rumah tuan Bumi nona, sud