"Saya terima nikahnya, Izma Shania binti Muhammad Nuriel almarhum dengan maskawin seperangkat alat sholat di bayar tunai." "Sah, saksi bagaimana?""Sah.""Sah.""Sah.""Alhamdulillaah, silahkan pengantin perempuan keluar kamar!"Ucap penghulu ketika Azam sudah sah menjadi suami dari Izma.Izma berjalan perlahan begitu anggun dengan gaun Putihnya. Saat itu azam melihat istri mudanya begitu cantik. Dia terkesima dengan kecantikan istri kecilnya. Azam tak henti memandangi gadis yang kini telah sah menjadi istrinya. Kini Izma duduk disampingnya Azam."Silahkan cium tangan suamimu!" ucap pak penghulu.Izma terdiam lalu dia menatap Azam dengan tatapan sendu. Izma kini telah sah menjadi istri mudanya Azam. Izma meraih tangan Azam lalu mengecupnya dengan perlahan. Azam menatap Izma tanpa henti. Azam hendak mengecup kening Izma namun tiba-tiba saja Aliza datang bersama Mawar putrinya Azam."Papa," teriak anak kecil itu dengan sanTolong cek usia sebelum membaca, chapter ini mengandung unsur 21 ???Setelah semalaman menangis Izma kini masih tertidur dengan lemas. Matanya sembab dan merah. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia seolah menajadi sangat hina karenanya. Menjadi seorang istri muda, bukanlah sebuah keinginanya apalagi cita-cita. Tetapi takdir yang memaksanya seperti itu.Gadis itu masih terbuai dalam dunia mimpi. Bahkan dirinya masih mengenakan gaun pengantin yang semalam dia kenakan. Malam pertama yang di perkirakan datang dengan indah. Dan mengecup sebuah rasa yang nikmat. Namun semua itu hanyalah bualan semata. Bagi Izma malam pertamanya bersama Azam adalah malah kehancuran hidupnya. Malam dimana dirinya memulai sebuah kehidupan penuh cacian dan makian.Izma yang kini hidup sebatang kara hanya bisa menerima takdirnya. Awalnya dia begitu bahagia ketika Azam datang mengatakan bahwa dia adalah kakak angkatnya. Dan juga Izma merasa tenang ketika Azam menawarkan sebuah pernikah
Tolong cek usia sebelum membaca, chapter ini mengandung unsur 21???Azam terus menciumi seluruh tubuh Izma. Kini mulai turun ke kaki Izma. Azam menghujani paha, betis dan jari kaki izma dengan ciuman mesra penuh sensansi. Izma masih memejamkan matanya. Sedang Azam mulai menyeringai. Azam mulai membuka kaki Izma.Izma mambuka matanya ketika Azam mulai membuka kakinya dan menekukan kakinya. Izma menutup mis v nya dengan kedua tanganya. Dia sungguh berdebar dan malu ketika Azam memperhatikan miz v seolah sedang memeriksa. Azam lalu menenggelamkan wajahnya diantara selangkangan Izma dan mulai melumat habis klitoris milik gadis itu."Ahhh ...." Izma berteriak merasakan sentuhan dahsyat yang sangat nikmat di bawah sana. Azam terus menggempur klitoris Izma sampai Izma merasakan ada cairan hangat leluar sedikit dari organ inti miliknya.Azam terus menjilat dan membuat izma tak tentu arah. Izma menggeliat karena sensasi nikmat yang dia rasakan."Sud
Izma mengenakan pakaiannya di depan Azam. Dia mengenakan sebuah rok pendek dengan kaos ketat. Izma lalu pergi meninggalkan Azam sendiri dikamar itu. Kamar yang sudah menjadi saksi betapa mereka berdua saling memuaskan hasrat masing-masing.Sekali lagi Azam melihat seprei putih itu. Yang telah ternoda karena perbuatanya tadi. Azam memejamkan matanya dan menghela napas. Azam akui pergulatanya barusan bersama Izma sangat nikmat. Bahkan Azam rasanya masih ingin memeluk Izma dan meneguk manisnya madu gadis itu kembali.Tapi kini Izma sudah pergi. Izma sudah mempersiapkan tas beserta isinya. Izma sudah berkemas untuk berangkat ke luar negri. Izma sudah bulat dengan pemikirannya. Dia akan pergi jauh meninggalkan Azam dan Aliza. Izma sudah naik ke dalam mobil diantar oleh sopir. Mobil itu sudah melaju meninggalkan mansionya. Azam hanya bisa melihat dari balkon atas kamar Izma.Azam masih mengenakan handuk di pinggangnya. Azam menatap pilu kepergian Izma. Dia menyadari d
Azam masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan agak kesal. Aliza selalu berkata kasar. Padahal selama ini Aliza tidak pernah sekasar itu. Azam menyukai Aliza karena dia begitu lemah lembut dan penyayang. Tidak di sangka bahwa Aliza menyimpan sipat kasar seperti itu. Azam menyayangkan hal itu. Azam merebahkan tubuhnya di atas kasur.Dia memikirkan semua perkataan Izma. Izma tidak mau Azam menggangunya selama Izma kuliah di luar negri. Azam sepertinya sudah mulai tertarik kepada Izma. Karena Izma begitu cantik dan terlihat begitu menderita. Azam ingin melindunginya. Tetapi langkah Azam ternyata salah. Dan Azam menyadari bahwa dirinya telah menyakiti hati Izma."Maafkan aku Izma!" Azam berkata dalam hatinya. Azam memejamkan matanya dan dia membayangkan hal yang terjadi pada tadi pagi bersama Izma. Dimana mereka bersatu dalam sebuah kenikmatan yang baru Azam rasakan selama ini. Azam menikah dengan Aliza saat kondisi Aliza sudah bukan perawan. Azam menikahi Aliza saat Aliza b
Sesampainya di rumah sakit. Ternyata semuanya sudah terlambat. Aliza sudah tidak menemukan denyut nadi sang buat hati."TIDAAAAKK!" jerit Aliza dengan snagat kencang." Ada apa?" Azam menoleh ke belakang. Dia memarkirkan mobilnya dengan cepat dan segera keluar untuk membantu menggendong buah hatinya."Mawar, Mawar Mas, ya Tuhan anaku, putri kecilku?" Aliza menangis dengan nyaring. Air matanya mengalir dengan sangat deras.Azam lalu memeriksa denyut nadi sang buah hati. Dan ternyata memang sudah tidak ada denyutan sama sekali."Mawar maafin Papa, Nak!" Azam menangis dengan amat pedih. Semuanya sudah terlambat. Mawar sudah meninggal dalam perjalan tadi. Aliza menjerit dan memeluk sang putri yang berlumur dengan darah. Pelukanya sangat erat. Aliza terus berteriak menyerukan nama Putri kesayanganya."Tidak, Mawar. Ya Tuhan buah hatiku, kenapa bisa begini?" Aliza menjerit dengan lengkingan pilu.Sebuah kesakitan kini mene
"Dua garis." Aliza begitu girang saat melihat alat test kehamilannya menunjukan garis dua. Rasa bahagianya tak terkira. Mengingat sudah setahun lebih dia menanti sang buah hati. Tetapi kini buah hatinya sudah ada dalam rahimnya. Aliza telah mengandung.Azam sangat senang mendengar Aliza mengandung. Pasalnya itu adalah anak pertama Azam bersama dengan Aliza. Mereka lalu langsung konsultasi dan melakukan pemeriksaan kepada Aliza. Dokter Erik SPOG yang menangani pemeriksaan Aliza."Selamat ya Azam, Aliza, buah hati kalian sudah berusia 5 minggu!" ucap Dokter Erik sambil tersenyum dengan manis. Azam tersenyum senang. Dengan lembut Azam menggengam tangan Aliza. Mereka adalah pasangan suami istri yang sedang begitu bahagia."Terimakasih Erik, kami permisi dulu!" kata Azam dan Erik hanya mengangguk dengan senyumannya. Azam dan Aliza terus tersenyum senang."Semoga saja bayi kita lahir sehat dan sempurna ya, Sayang!" sahut Aliza begitu senang sambil terus men
Izma dan Azam kini sudah lelap dengan buaian mimpi yang indah. Azam masih lekat mendekap tubuh langsing sang istri kecilnya. Saat itu hujan masih mengguyur kota New York. Azam mulai membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat dengan jelas bahwa dia sedang bersama istri yang dia rindukan selama dua tahun ini. Azam tersenyum dengan manis. Menatap punggung sang istri.Azam lalu mengecup leher belakang Izma dengan sangat hati-hati. Dia takut membangunkan gadis itu. Azam semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya terasa tenang bisa memeluk Izma seperti ini. Azam begitu menyukai wangi dari tubuh sang istri. Tubuh yang pernah dia kecup kenikmatannya.Izma perlahan membuka matanya dia mencoba melepaskan pelukan Azam dan Azam masih memeluknya erat."Lepaskan aku Azam, aku mau ke kamar mandi!" pekik Izma kasar. Izma tidak memanggil Azam dengan sebutan kakak atau mas. Karena Izma merasa dirinya sudah bukan siapa-siapanya Azam lagi. Izma hanya merasa dirinya hanya istri kontr
Warning 21Mengandung unsur dewasa dan adegan seksual. Mohon cek usia sebelum membaca.???Izma beranjak dari meja makan. Dia merasa kesal dengan ucapan Azam barusan. Pasalnya Azam tidak mau menceraikan dia. Azam lalu duduk di samping Izma. Izma yang saat itu mengenakan kaos oblong dan celana pendek 5 cm di bawah selangkanya. Membuat Azam terus menatap cara berpakaian sang istri.Azam akui Izma masih remaja. Usia Izma bahkan baru menginjak dua puluh satu tahun. Dan gaya berpakaian dia pun masih seperti anak abege. Jauh sekali dengan cara berpakaian Aliza. Aliza yang selalu mengenakan rok selutut sedang izma lebih seksi dari pada itu."Apa setiap hari kamu mengenakan pakaian seperti ini?" tanya Azam sambil menatap Izma. Izma terdiam dengan wajah yang masih menahan amarah."Jangan terlalu seksi, hidup sendiri di New York bahaya!" Ucap Azam."Bukan urusanmu!" bentak Izma mulutnya masih manyun seolah dia sedang mengulum sebuah perme