"Hentikan, ah ... aku masih bekerja." Amber yang sangat takut digelitik dengan cepat menjadi mangsa keisengan Trysta. Serangan itu begitu dahsyat sehingga Amber bahkan tidak bisa mengeluarkan suara apa pun. Yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba mengelak dan menggigit bibirnya sambil sesekali memohon.
Sedangkan Trysta yang tidak menyerah, terus menggelitik Amber cukup lama setelah itu dan hanya berhenti ketika terdengar suara ponsel Calvin yang berdering.
Ketika Calvin menerima telepon, Trysta masih belum melepaskan Amber. Dengan postur tubuh yang saling berpelukan seperti koala, mereka mendengarkan panggilan Calvin.
Setelah selesai menerima panggilan, Calvin berbalik untuk melihat mereka. "Ibuku bilang pemeriksaannya sudah selesai jadi aku harus turun dan menjemputnya." Saat Calvin mengatakan ini, dia melirik ke arah Amber lagi, tetapi menahan diri untuk tidak mengatakan apa pun.
Semua orang menatapnya, tapi Calvin hanya mengucapkan satu kata terakhir. "
Ruangan Elly masih gelap, satu-satunya sumber cahaya adalah sinar bulan yang menyelinap masuk dari jendela yang tirainya setengah tertutup.Tampak Elly sedang duduk di kaki tempat tidur dengan memegang pena di tangannya saat dia menggambar sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Amber.Setelah memikirkannya sejenak, Amber memutuskan pergi ke kantornya untuk mengambil buku sketsa lainnya dan satu set krayon kemudian kembali menuju ke ruangan Elly.Begitu dia berada dalam jarak lima langkah dari tempat tidur, Elly berhenti menggambar dan seluruh tubuhnya menjadi tegang seperti terakhir kali, meskipun dia tidak melihat ke arah Amber.Amber tidak mendekat. Dia langsung duduk di lantai dan mulai membuat sketsa dengan serius di buku sketsa.Kali ini, dia mewarnai gambarnya. Gambar itu sekali lagi berupa kelinci kecil yang agak cacat, tapi Amber berusaha semaksimal mungkin meng
"Apakah kamu benar-benar menyukai kekasihmu?"Begitu mendengar pertanyaan Calvin itu. Bisakah Amber benar-benar mengatakan kalau dia telah mengalami kemajuan dibandingkan sebelumnya? Pria ini tidak bisa menahan rasa penasarannya lebih lama lagi dan akhirnya bertanya kepadanya.Dulu, situasi serupa pernah terjadi. Ketika mereka masih sekolah, seorang teman sekelas laki-laki, atas kemauannya sendiri, mengumumkan kalau Amber adalah kekasihnya.Saat itu Calvin bahkan tidak menanyakan kepada Amber tentang kebenaran kata-kata teman laki-laki itu. Ketika dia melihat Amber dan teman laki-laki berdua berjalan bersama, otomatis dia berasumsi kalau Amber dan teman laki-laki itu memang sedang menjalin hubungan. Sejak saat itu, dia perlahan mulai menjauh darinya."Jika aku bilang kalau dia bukan kekasihku, apakah kamu percaya kepadaku?" tanya Amber kepada Calvin.Calvin ragu-ragu sejena
"Aku akan menciummu jika aku mau, bukankah itu yang kamu katakan?" Ian berperilaku sangat tenang seperti biasanya, lalu dengan tidak sabar, dia kemudian memberi Amber sebuah perintah. "Ayo kemarilah."Tentu saja Amber tidak akan menurutinya begitu saja. Saat ini dia mencoba memperlakukan Ian seolah-olah dia adalah teman akrab yang diajak ngobrol juga seolah memberi nasihat. "Tuan Axton, menurutku kamu sebaiknya pergi membaca novel roman. Ciuman tidak terjadi begitu saja hanya karena kamu menginginkannya.Jika seorang pria dan wanita benar-benar mencintai satu sama lain, maka mereka tidak perlu berciuman untuk menunjukkannya, jika mereka tidak saling mencintai bahkan berciuman pun tidak akan membuat perbedaan."Amber selalu berpikir bahwa cinta adalah tindakan dasar yang secara naluriah dipahami semua orang, tetapi setelah melihat Ian, dia akhirnya mengerti bahwa beberapa orang secara alami tidak memiliki cint
"Apakah alasannya begitu penting bagimu?"Bagi Amber alasan itu memang tidak penting baginya secara pribadi, tapi sangat penting untuk pemahamannya tentang penyakitnya jadi Amber menganggukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh sambil menjawab dengan tegas. "Ya!"Kemudian Ian pun memberinya alasan asal-asalan. "Karena keinginanku."Amber merasa akan gila jika dia mempercayai alasan Ian itu! Tapi dia tetap tidak mengungkapkan kebohongannya. Dia mengikuti petunjuknya dan bertanya, "Lalu, sebelum ini, apakah kamu memiliki gagasan yang sama dengan wanita lain?""TIDAK."Nada suara Ian begitu terus terang dan tajam, jelas dia sebenarnya tidak melakukannya.Amber bingung. "Kalau begitu, bagimu, apakah aku ini sesuatu yang istimewa?"Ian menatapnya, tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Paling utama jelek. Apakah itu dihitung?""Ya."Melihat ekspresi terdiamnya Amber, senyuman di sudut bibir Ian menjadi lebih penuh. Kali ini, senyumannya terlihat santai dan penuh kegembiraan, seluruh tubuhny
Setelah mempertimbangkan lokasi tempat tinggalnya yang terletak tidak jauh dari rumah sakit dan kondisi Ian. Pada akhirnya, Amber hanya bisa membawanya ke kamarnya sendiri.Amber adalah orang yang sangat memperhatikan secara detail. Kamarnya rapi dan teratur, bahkan sudut-sudut kamarnya pun bebas dari kotoran dan debu.Memikirkannya, Ian akan sangat senang dengan kondisinya.***Setiba Amber di tempat tinggalnya, dia meninggalkan Ian di tempat tidur ruang tamu. Seprei juga selimutnya bersih dan terlipat rapi. Ketika dia menyiapkan tempat tidur, dia bahkan bisa mencium bau sinar matahari yang meresap ke dalamnya.Ian mungkin sangat lelah, dia langsung tertidur begitu naik ke tempat tidur. Awalnya Amber ingin memasakkannya sesuatu untuk dimakan, tetapi ketika dia selesai, dia melihat Ian sudah tertidur lelap dan tidak berniat membangunkannya.Amber mandi dan makan sarapan ringan tanpa bumbu. Karena sore harinya masih ada kelas, dia kemudian melakukan beberapa persiapan, lalu istirahat s
Kini Amber mengalihkan pandangannya ke Ruby yang mengangkat bahu ke arahnya, seolah-olah dia tidak terlibat dalam semua ini.Saat Amber berjalan memasuki ruang tamu, dia sempat membungkuk dan berbisik kepada Ruby, "Bukankah kamu bilang tidak ada orang lain di rumah?"Ruby dengan polosnya menjawab, "Ya, tapi yang kamu tanyakan hanya teman perempuan."Amber masih ingin terus berdebat, tapi ibunya sudah berteriak memanggilnya. "Kamu masih belum juga datang?"Amber hanya bisa menjawab, "Ya, aku datang."Saat dia memasuki kamar, dia melihat ibunya dengan tangan di pinggul dan bergerak mondar-mandir di tempat.Amber menutup pintu dengan lembut, lalu dengan patuh berseru, "Ma ...."Melihat ibunya sekarang, bahkan jika memanggil leluhur pun tidak akan bisa menyelamatkannya sekarang!Ibu Amber menatapnya dengan ekspresi
Setelah mengantar ibu dan saudara laki-lakinya pergi, Amber kembali ke rumah sakit.Ketika tiba waktunya, Amber pergi ke bangsal Elly dan menemaninya menggambar. Dia terus melakukan hal ini selama beberapa waktu—rumah sakit akhirnya mengizinkannya kembali bekerja dan memintanya kembali ke klinik—tetapi hasilnya masih belum signifikan. Elly tetap tidak mengizinkan siapa pun mendekat lebih dari lima langkah ke arahnya.Selama jangka waktu ini, ayah Elly datang mengunjunginya hanya sekali. Itupun untuk membayar tagihan rumah sakit dan biaya-biaya tambahan.Saat itu, Amber tidak tahu kalau dia telah membayar begitu banyak uang. Dia bertemu dengannya di kantornya. Dibandingkan dengan waktu itu, ayah Elly sekarang terlihat jauh lebih pucat dan dia mengenakan pakaian yang mirip dengan apa yang dia kenakan hari itu. Juga dengan ban lengan hitam di lengannya.Melihat tatapan Amber tertuju pa
Pada saat ini Amber bahkan takut menelan ludahnya. Dia menatapnya, kemudian dengan lembut memanggil namanya. "Elly ...." Dua detik berikutnya dengan lembut memanggilnya lagi. "Elly."Pena di tangan Elly akhirnya berhenti bergerak. Dia mendengarkan sebentar, lalu memandang Amber."Apakah kamu ingin mendengarkan sebuah cerita? Bolehkah aku menceritakan sebuah kisah kepadamu?" Amber berusaha keras untuk rileks dan membuat suaranya selembut dan sehangat mungkin. Amber pun mulai bercerita. "Suatu ketika ada seorang gadis bernama Elly. Dia sangat takut pada kegelapan. Di dalam rumah yang gelap gulita, dia berteriak, 'Apakah ada orang di sana? Tolong bicara kepadaku. Aku takut dan di sini terlalu gelap.""Itu tidak benar." Elly tiba-tiba berbicara.Seketika Amber berhenti bernapas. Dia hampir mengira dia salah dengar, tetapi sesaat kemudian, dia kembali mendengar Elly berkata, "Itu tidak benar, itu kelinci kecil."Amber tersenyum dan dengan ringan menjawab, "Ya, maafkan aku. Itu kelinci ke