Sophie tahu Jack adalah lelaki yang setia. Itu sebabnya, ketika Claire mengaku sebagai kekasih Jack, bukannya kecewa atau kesal, dia justru tersenyum lebar. Jika memang dia telah berpacaran dengan manajer First Style, tidak mungkin berpacaran juga dengan manajer King Pizza. ‘Rupa-rupanya Jack berbohong padaku malam itu. Dia pasti sengaja melakukannya untuk membuatku cemburu.’ Shopie kegirangan dalam hati. Mengapa?Entahlah, dia sendiri masih belum mengerti mengapa harus bahagia saat tahu Jack masih jomblo.“Di mana Jack?” “Apa kamu mengalami ketebelakangan mental? Aku sudah mengatakan kalau dia tidak ada di sini. Kenapa tidak mengerti juga?”Sophie tidak peduli dengan ucapan Claire yang semakin kasar. Dia justru menjadi sangat bersemangat. “Jika kamu tidak memberitahuku, tidak masalah. Aku akan mencarinya sendiri.” Sophie berjalan santai melewati Claire. “Jack, kamu di mana?”“Wanita ini benar-benar menguji kesabaranku!” Tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Sophie, Claire menarik baj
Karena masih belum bertemu Jack juga, Sophie memutuskan untuk pergi ke kos lelaki itu. Di waktu semalam ini, tidak mungkin Jack keluar.Itu adalah kunjungan keduanya. Sophie masih sangat ingat, pada kunjungan pertama dulu, yakni ketika mereka masih berpacaran, dia memaki dan memarahi Jack karena membuatnya pergi ke tempat sekumuh itu. Dia menolak untuk masuk dan memilih menunggu saja di depan kos. Sophie bahkan bersumpah untuk tidak akan pernah mengunjungi kos Jack lagi. Sekarang, semua berubah. Entah bagaimana, tapi Sophie tidak lagi peduli pada rasa jijiknya dulu. Dia juga mengabaikan rasa malu, canggung, dan lain sebagainya. Yang terpenting, dia bisa bertemu Jack! Terkait alasan apa yang mendasarinya tidak bisa menunggu besok jika ditanya nanti, Sophie akan memikirkannya kemudian.Kini, wanita itu telah berdiri di depan pintu kos Jack. Dia tersenyum lebar melihat banyak perubahan di tempat tersebut. Itu terlihat jauh lebih baik.Entah bagaimana Sophie berpikir bahwa Jack telah m
StarIn Shine Hotel merupakan hotel dengan anggota paling besar di kawasan Rhineland. Hotel itu diminati banyak orang karena dilengkapi dengan area mall, restoran, kolam renang super megah, dan fasilitas lain yang memanjakan para pengunjungnya. Seseorang harus menjadi anggota di hotel tersebut supaya bisa menikmati berbagai fasilitas yang tersedia. Opsi lainnya agar bisa masuk ke sana adalah melalui undangan dari anggota dengan tingkat minimal Gold. Terdapat empat tingkat keanggotaan, yakni mulai dari anggota biasa, Silver, Gold, Platinum, dan yang paling tinggi adalah Diamond. Masing-masing memiliki hak dan ketentuan yang berbeda. Sayangnya, menjadi anggota tingkat Gold saja bukanlah hal yang mudah. Seseorang yang mendapatkannya biasanya merupakan orang penting dengan status sosial yang tinggi. Kini, Jack telah berdiri di halaman hotel tersebut untuk menghadiri undangan reuni yang diadakan teman kelas satu kampusnya dulu. Penampilannya terlihat kasual dengan mengenakan kaos abu-abu
Tidak ingin diseret seperti waktu itu saat malam pertunangan, Jack memilih untuk berjalan turun sendiri. Sepanjang jalan, penjaga tidak berhenti menghina dirinya."Belum lagi jika Tuan Lechter tahu kamu menginjak marmer di hotelnya. Aku sangat yakin, dia akan mengacungkan revolver ke kepalamu! Lalu, boom! Kepalamu meledak! Hahaha," kata penjaga ketika hampir sampai di pintu utama."Tunggu, apa yang kamu maksud itu adalah Tuan Robert Lechter?" Jack menghentikan langkah kakinya."Memangnya siapa lagi? Semua orang tahu, beliau adalah pemilik StarIn Shine Hotel. Dia terkenal dingin dan tidak segan berbuat keji jika diperlukan. Jadi, jika kamu masih ingin hidup, menyingkirlah dari hotel ini. Cepat keluar!"Jack melanjutkan langkahnya hingga melewati ambang pintu. Di depan sana, penjaga lainnya telah menunggu mereka."Bagaimana?"Penjaga yang bersama Jack menggeleng dengan senyum mengejek atas pertanyaan rekannya. "Seperti penampilannya, dia sangat payah. Berbohong tapi tidak cukup cerdas."
Jack kembali ke lantai tiga bersama Robert. Ketika penjaga yang berdiri di depan restoran melihatnya, wajahnya langsung panik. Sebelum bencana besar terjadi, penjaga berinisiatif untuk menghampiri sang bos. Dia membungkuk rendah di hadapan Robert. “Tuan Lechter, saya minta maaf. Ini memang salah saya juga. Seharusnya semua ini tidak terjadi.” Penjaga mencengkeram lengan Jack. Hal tersebut jelas mengejutkan Robert. Penjaga berkata lagi, “Semestinya saya tidak membiarkan dia menginjakkan kaki di lantai ini. Saya tahu, seharusnya saya bertindak cepat dengan mencegahnya keluar dari lift. Tapi, Tuan jangan khawatir. Saya akan membereskan gembel ini sekarang.”Robert hampir pingsan mendengar kalimat kurang ajar yang dilontarkan karyawannya. Dengan susah payah dia meminta maaf dan menunjukkan kemarahannya pada dua penjaga di pintu utama, sekarang penjaga lainnya berulah lagi.Dia bahkan tidak berani menatap mata Jack. Bagaimana pesuruhnya begitu lancang mencengkeram lengan Tuan Muda Roode
Suara musik yang keras dan bersemangat menyeruak keluar ketika Jack membuka pintu restoran. Tampaknya belum ada orang yang menyadari kedatangan Jack. Dia melihat sekeliling, mengamati teman-teman kelasnya dulu. Jack tersenyum saat berkata, "Halo semua!"Beberapa orang yang mendengar ucapan Jack, menoleh ke arah pintu. Salah seorang pria kemudian mengangkat tangannya. Musik langsung berhenti. Orang-orang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat apa yang terjadi.Pria yang tadi mengangkat tangan berteriak, "Jack! Itu Jack Marshall!"Semua orang mengikuti arah telunjuk pria yang memanggil Jack. Mereka bergeming sesaat menatap Jack yang masih berdiri di ambang pintu.Jack tersenyum. Dia menutup pintu sebelum melangkah maju. "Maaf, aku terlambat."Suasana kembali riuh ketika sebagian orang menghampiri Jack. Beberapa di antara mereka memberikan pelukan hangat atau sekadar menjabat tangan Jack sebelum kembali ke tempat semula.Sementara sebagian orang lainnya tetap berdiri di tempat mereka
Wajah Jack masih tenang. Dia menerima kartu nama Gerald, lalu mengangguk. “Aku akan melakukannya.”“Bagus!” Gerald tersenyum puas. Baginya, dengan menerima kartu nama itu, Jack telah mengakui bahwa dia lebih baik dari pengantar pizza itu. “Karena kamu sudah di sini, kita lupakan saja semua masalah ekonomi yang menghimpitmu. Sekarang, waktunya kita untuk bersenang-senang dan makan!”Orang-orang bersorak menyambut seruan Gerald. Sudah sejak tadi mereka ingin makan malam. Tidak semua orang mendapat kesempatan menikmati hidangan di restoran mewah level Gold hotel tersebut. Dengan cepat mereka menuju meja menu yang dipenuhi oleh makanan-makanan menggiurkan.Para pelayan melayani orang-orang itu dengan ramah. Mereka meletakkan makanan di atas piring sesuai yang ditunjuk masing-masing tamu.“Terima kasih,” kata Jack saat pelayan telah memberikan makanan yang dia inginkan. Kurir itu kemudian mencari kursi untuk duduk.Jack mengamati sekitar. Matanya tertuju pada satu kursi kosong. Dia berjala
Luna terlihat menghela napas panjang. “Itu benar. Tapi aku sudah terikat kontrak sebagai cleaning service. Jadi, aku harus menyelesaikan kontrakku dulu.”“Begitu rupanya.” Jack memegang lengan temannya itu. “Tidak apa-apa Luna. Itu bukan pekerjaan yang buruk. Anggap saja sebagai batu loncatan. Aku sangat yakin, wanita sepertimu pasti akan mendapat pekerjaan yang bagus suatu hari nanti.”“Terima kasih, Jack. Sejak dulu kamu memang baik dan tidak pernah memilih-milih teman. Jika ada waktu, aku akan mengajak adik-adikku untuk menyantap pizza di tempatmu bekerja.”Jack kemudian beralih pada Scott. “Kalau kamu, Scott. Apa pekerjaanmu sekarang?”“Aku membantu pamanku menjaga minimarket.” Sebuah napas berat kabur dari mulut Scott. “Sebelumnya aku bekerja di sebuah hotel, menjadi staf HRD. Aku menikmati pekerjaan itu. Tapi, aku memutuskan berhenti karena harus menjaga ibuku.”“Apa ibumu sakit?” Jack membiarkan makanannya dan fokus mendengarkan cerita temannya.Scott mengangguk. “Sudah hampir