"Ja-jadi kamu sudah tau?" ucap Queenza dengan terbata. Ia syok bukan main saat mendengar ucapan Niki.Niki menganggukan kepalanya dan membawa tangan Queenza ke taman depan.Queenza yang masih terkejut hanya pasrah dengan apa yang akan dilakukan Niki padanya. Ia terima jika Niki marah padanya dan membencinya.Setelah mereka sudah tiba di taman, Niki membawa Queenza duduk di kursi yang ada di taman. Mereka tak saling bicara dan hanya terdiam untuk beberapa saat sampai Queenza yang merasa tak nyaman dengan keadaan ini pun memulai percakapan mereka."Sejak kapan?" tanya Queenza.Niki menoleh ke arah Queenza dengan wajah yang bingung."Sejak kapan kamu tau?" Lanjut Queenza tanpa melihat ke arah Niki."Dari awal kita ketemu," jawab Niki.Sekarang Queenza menoleh ke arah Niki. Ia menatap Niki tak percaya."Kamu tau dari awal? Tapi kamu diam saja? Malah kamu bersikap biasa saja sama aku? Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Nik? Kenapa kamu diam aja? Kenapa kamu gak marah sama aku, dan malah me
Tangan Queenza bergetar hebat saat melihat semua foto yang ada di tangannya. Ia menatap pada Ervan yang kini tengah menatapnya sangat tajam."Ma-Mas, a-aku bisa jelasin," ucap Queenza dengan terbata. Ia bingung harus menjelaskan apa pada suaminya itu, sedangkan semua foto yang ada di tangannya itu adalah fakta yang sesungguhnya jika ia sudah bermain gila bersama Dimas.PLAKK!Ervan menampar keras pipi Queenza sampai Queenza terhuyung dan jatuh ke lantai. Ervan dengan cepat mendekat dan berjongkok di depan Queenza, ia mencengkram kuat wajah Queenza."Aku sangat tidak menyangka, jika wanita yang aku pikir baik dan setia ternyata pengkhianat juga. Apa jangan-jangan, bayi yang ada di dalam perutmu itu hasil dari hubungan gelapmu sama si brengsek Dimas." Ervan menatap sinis pada perut buncit Queenza.Queenza yang menyadari tatapan Ervan segera memundurkan tubuh ya agar menjauh dari Ervan.Namun, Ervan semakin mencengkram kuat wajah Queenza dengan seringai tersungging di bibirnya. Queenza m
Queenza panik saat melihat darah yang mengalir di pangkal pahanya. Ia memengangi perutnya yang masih terasa sakit. "Ya Tuhan. Jangan sampai terjadi sesuatu pada anakku," gumam Queenza, ia lalu mengusap perutnya dengan lembut. "Sayang. Kamu harus kuat ya, tunggu sebentar. Mama akan cari cara agar kita bisa keluar dari rumah ini," ucapnya pada sang anak yang ada di dalam kandungannya.Queenza bangkit dari duduknya dan mencoba berjalan dengan perlahan untuk mencari kunci cadangan. Ia mengobrak-abrik seisi kamar itu untuk mencari kunci cadangan. Tapi, setelah lama ia mencari tak kunjung juga ia menemukan kunci itu. "Aahh!" rintih Queenza saat merasakan sakit lagi di perutnya. "Bertahan ya sayang. Mama yakin, kita pasti bisa keluar dari sini." Queenza berjalan dengan langkah yang terseok-seok. Seketika ia teringat akan kunci cadangan yang pernah ia sembunyikan di kolong nakas. Ia bergegas ke arah nakas dan merogoh kolong nakas itu dan akhirnya ia pun menemukan kunci itu."Terima kasih Tuh
"Kyaa," jerit Queenza saat ia melihat mobil yang melaju kencang ke arahnya.Beruntung sang pengendara mobil dengan sigap mengerem mobilnya tepat waktu hingga tak sampai menimbulkan kecelakaan.Queenza yang terkejut meluruhkan tubuhnya ke aspal karena seluruh tenaganya sudah terkuras dan ia pun sudah tak bisa lagi menahan rasa sakit yang sejak tadi ia tahan.Pengendara mobil yang juga terkejut segera keluar dari dalam mobilnya dan bergegas menghampiri Queenza."Mbak, kamu gak apa-apa kan?" tanya orang itu saat sudah dekat dengan Queenza. Ia lalu melihat sekeliling yang terlihat sepi. Dia pun mencoba menggoyangkan tubuh Queenza yang terkapar di jalan itu, dan saat ia membalikan tibuh Queenza. Betapa terkejutnya orang itu. "Queen, ini beneran kamu kan?" ucapnya sambil membawa Queenza ke dalam pangkuannya, ia mencoba menyadarkan Queenza yang sudah tak sadarkan diri. "Queen bangun. Apa yang sudah terjadi sama kamu, kenapa kamu sampai seperti ini." Tanpa sengaja tatap
Semua orang menatap Niki. Bu Halimah yang mendengarnya terlihat sangat syok. Ada apa ini sebenarnya. Kenapa anak dan calon mantunya ingin membatalkan pernikahan ini. Apa mereka berdua sudah besekongkol untuk membuatnya jantungan karena syok. Pikirnya."Maafkan aku Om, Tante. Aku sebenarnya ingin memberitahuhan ini dari beberapa waktu yang lalu, hanya saja waktunya selalu tidak tepat. Dan hari ini waktu yang tepat untuk aku berbicara," ucap Niki dengan suara yang bergetar. Tangannya meremas gaun yang ia kenakan."Kenapa?" tanya bu Halimah sambil menatap kecewa pada Niki."Aku ... aku mencintai pria lain," dusta Niki. Hatinya teramat sakit saat ia mengatakan itu. Tapi, ia tak ingin lebih dipermalukan dengan mendengar pembatalan dari pihak Dimas. Jadi ia berpikir lebih baik dia yang membatalkan pernikahan ini dibanding dia yang ditolak. Bu Halimah menangis lalu pingsan karena tak siap dengan apa yang tengah ia hadapi saat ini. Semua orang terkejut dan mendekat pada bu Halimah. Pak Pra
Dimas bangkit dari duduknya saat mendengar suara mobil yang datang. Dengan cepat ia berlari ke arah luar. Ia menatap tajam orang yang baru saja keluar dari mobil itu.Ervan yang baru tiba pun terkejut saat melihat Dimas yang kini berada di depannya, dengan cepat ia berjalan dan melayangkan tinjunya pada Dimas. Karena amarah yang sudah membuncah di dalam hatinya.Dimas yang tak mau kalah pun membalas memukuli Ervan. Kini mereka saling baku hantam.Alvin dan pak Asep mencoba melerai mereka berdua yang sudah sama-sama babak belur."Brengsek lo, bajingan. Bisa-bisanya lo main gila sama bini gue," teriak Ervan."Lo yang lebih brengsek, gak bisa jaga bini lo dan malah menyia-nyiakannya. Jangan salahkan gue embat bini lo, karena semua berawal dari lo yang gak becus jaga bini lo, jadi wajar kalau bini lo cari kenyamanan sama gue yang memberikannya perhatian lebih," ucap Dimas dengan ponggah."Bangsat lo." Ervan hendak memukul Dimas kembali. Namun, ia tak bisa be
Orang yang menolong Queenza berdiri di depan ruangan ICU di mana Queenza yang tengah berbaring di dalam sana. Ia menatap Queenza dengan sendu lewat kaca."Queen, apa yang sudah terjadi padamu? Kenapa kamu sampai seperti ini? Bertahanlah! Aku janji akan membantumu dan siap menjadi tamengmu asal kamu bangun Queen" ucap orang itu dengan lirih. Queenza dinyatakan koma setelah menjalankan oprasi. Dan orang yang membantu Queenza selalu setia menemani Queenza.Queenza terlihat mengerjap-ngerjapkan matanya. Orang yang sudah menolong Queenza tersenyum dan segera memanggil dokter.Setelah Queenza diperiksa, orang itu mendekat pasa dokter yang sudah memeriksa Queenza."Bagaimana Dok keadaan adik saya?" tanyanya pada sang dokter."Bersyukur adik Anda sudah melewati masa kritisnya, dan sebentar lagi bisa dipindahkan ke ruang perawatan" jawab dokter itu sambil tersenyum."Syukurlah. Terima kasih banyak Dok," ucapnya lagi sambil tersenyum penuh kelegaan. "Sama-sama, itu sudah tugas dan kewajiban s
Queenza terbangun dari tidurnya dan terkejut saat tangan sebelah kirinya digenggam erat oleh Abi, ia perlahan mencoba melepaskan genggaman itu dan beringsut turun dari ranjang."Kamu sudah bangun," ucap Abi membuat Queenza tersentakQueenza menghentikan gerakannya yang mau turun dari ranjang.Abi bangun dari duduknya dan mendekat pada Queenza, ia lalu membantu Queenza turun dari ranjang."Kamu mau ke mana?" tanya Abi sambil membawa tangan Queenza."Aku mau ke kamar mandi." Queenza melepaskan tangan Abi yang memegang tangannya. "Aku bisa sendiri," ucapnya sambil mencoba berdiri. Namun, rasa nyeri di perutnya membuat Queenza kembali duduk di atas ranjang.Abi tersenyum tipis saat melihat Queenzq yang urung untuk berdiri, ia pun masih setia berdiri di depan Queenza.Queenzq hanya diam dan tak berani meminta bantuan pada Abi. Tapi, semakin lama ia semakin tak bisa menahan rasa ingin buang air kecilnya itu. Ia pun mendongakkan kepalanya dan menatap Abi dengan wajah yang memelas.Abi terseny