Share

Bab 6 - KEJADIAN YANG TAK TERDUGA

Dimas yang baru saja sampai rumah. Heran dan mengernyitkan dahinya saat ia melihat Queenza yang berjalan dengan tertatih. Ia pun terus memperhatikan Queenza sampai matanya tanpa sengaja melihat tali yang sedang Queenza genggam.

"Kenapa dia jalannya kayak gitu? Ngapin juga dia bawa tambang itu? Buat apa?" gumam Dimas sambil terus memperhatikan Queenza, Dimas menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis saat ia memperhatikan Queenza yang sedang berjalan menaiki tangga. "Aneh-aneh aja tuh perempuan. Dia gak mungkin kan bikin jemuran di dalam kamarnya?" Sambungnya lagi saat melihat Queenza yang masuk ke dalam kamar.

Dimas pun tak memedulikan Queenza lagi dan segera pergi ke dalam kamarnya. Namun, baru saja ia akan membuka bajunya. Terlintas satu pikiran yang membuat ia cemas dan tak tenang.

"Gak ... gak mungkin lah. Gak mungkin kan dia mau gantung diri? Ah ... lo terlalu berlebihan," ucapnya pada dirinya sendiri. Ia pun melanjutkan kembali membuka kancing kemejanya. Namun, pikirannya semakin kalut saat ia membayangkan, ketika tadi ia melihat Queenza yang seperti tidak baik-baik saja.

"Ah ... sial!" Dengan cepat Dimas berlari ke arah kamar Queenza. Ia pun terdiam beberapa saat di depan pintu kamar itu.

"Queen," panggil Dimas dengan perlahan dan juga lembut. Ia tak ingin membuat Queenza terkejut. Dan semoga saja pikirannya itu salah.

Tak ada jawaban dari dalam.

Perasaan Dimas sudah mulai tak tenang. Ia pun mencoba mengetuk kembali pintu itu dengan sedikit keras.

"Queen!" teriak Dimas saat ia tak juga mendengar jawaban Queen. Dengan perasaan yang tak karuan, Dimas pun mengetuk kembali pintu itu dengan keras dan berteriak. "Queen buka! Kamu lagi ngapain di dalam? Buka gak? Aku hitung sampai tiga, kalau kamu gak buka juga, aku akan dobrak pintu ini," teriak Dimas sambil terus menggedor pintu kamar Queenza.

Namun Dimas tak juga medengar sahutan dari dalam yang membuat ia semakin risau.

"Queen ... kamu gak denger aku? Baiklah, kalau itu mau kamu. Aku hitung sampai tiga ya. Dan kalau masih belum dibuka juga, aku bakalan dobrak pintu ini." Dimas mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu itu.

Dan Dimas pun mulai menghitung.

"Satu ... dua ..." masih tak ada jawaban dari dalam, dan saat hitungan ketiga, Dimas pun mendobrak pintu.

BRAKK!

Dimas berhasil mendobrak pintu itu. Dengan cepat ia masuk ke dalam kamarnya Queenza. Dimas terkejut saat melihat Queenza yang sedang mencoba mengakhiri hidupnya dengan menggantungkan dirinya di tali tambang yang tadi Dimas lihat.

"Queen!" teriak Dimas. Ia dengan cepat menghampiri Queenza dan melepaskan tali tambang yang melilit di leher Queenza. Setelah tali tambang itu berhasil dikeluarkan dari leher Queenza, Dimas dengan cepat memeriksa denyut nadi Queenza.

Dimas menghela napas lega, saat ia merasakan denyut nadi Queenza walaupun lemah.

"Queen ... Queen bangun Queen." Dimas mencoba menyadarkan Queenza. Namun Queenza tak juga sadar. Tanpa banyak berpikir, Dimas segera membopong tubuh Queensa dan membawa Queenza ke rumah sakit.

Tiba di halaman rumah sakit, Dimas memarkirkan mobilnya dengan asal. Ia lalu kembali membopong tubuh Queenza yang terlihat semakin lemah.

"Bertahanlah. Kita sudah sampai di rumah sakit." Dimas lalu berlari sambil membopong tubuh Queenza ke arah UGD.

"Dokter ... suster!" teriak Dimas saat ia sudah tiba di dalam UGD.

Dua orang suter datang menghampiri Dimas sambil membawa brankar.

Dimas dengan segera membaringkan Queenza di brankar itu.

Kedua suster itu pun segera membawa Queenza ke ruang tindakan.

Dimas terduduk di kursi depan UGD. Ia lalu melihat sekitar dan terheran saat melihat orang-orang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang aneh. Ia pun tak memedulikan tatapan orang-orang yang ada di sana. Tapi saat ia menundukan kepalanya. Ia terkejut saat menyadari jika kancing bajunya terlepas semua dan memperlihatkan dada dan perutnya yang sixpack.

Setelah Dimas mengancingkan kembali bajunya, ia lalu merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

"Ck, dia ke mana sih? Istrinya lagi dalam keadaan bahaya, dia malah gak bisa dihubungi," gerutu Dimaa sambil terus mencoba menghubungi Ervan.

Setelah cukup lama Dimas mencoba mehubungi Ervan dan tak kunjung juga diangkat oleh Ervan. Dimas pun menyerah dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya lagi.

Cukup lama Dimas menunggu di depan UGD itu. Sampai akhirnya seorang dokter dan dua suster yang tadi pun keluar dari ruang tindakan.

"Bagaimana kondisi Queenza Dok?" tanya Dimas pada dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan.

"Pasien sekarang sudah baik-baik saja. Dan beruntungnya beliau berhasil melewati masa kritis. Sebentar lagi pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan," jawab sang dokter.

"Syukurlah," ucap Dimas sambil menghela napas lega.

"Maaf pak sebelumnya. Apa Bapak suaminya pasien?" tanya sang dokter sambil menatap penuh curiga pada Dimas.

"Bukan Dok. Saya kakak iparnya. Dia istri adik saya," jawab Dimas.

"Maaf Pak. Kalau boleh tau, apa pasien ini korban KDRT? Saya melihat banyak luka disekujur tubuhnya. Dan jika memang benar. Kita bisa saja melaporkan ini kepihak yang berwajib," ujar sang doket menjelaskan.

Dimas terkejut. Ia tidak tau menahu dengan rumah tangga adiknya. Namun, jika memang benar Ervan yang sudah menyiksa Queenza. Ia tak akan membiarkan Ervan bebas begitu saja. Ia sudah pasti akan menjebloskan adik tirinya itu. Lagian Dimas sudah sangat geram dengan tingkah Ervan yang selalu seenaknya sendiri.

"Saya kurang tau kalau masalah itu Dok, tapi jika memang Queenza adalah korban KDRT, saya siap mendampingi dia untuk melaporkan suaminya ke kantor polisi," sahut Dimas dengan tegas.

"Baiklah Pak kalau begitu." Dokter itu pun pergi dari hadapan Dimas setelah berkata seperti itu. Tapi langkahnya terhenti dan dokter itu berbalik menatap ke arah Dimas, "Beruntung sekali pasien dibawa ke rumah sakit tepat waktu. Jika saja anda telat membawa pasien ke rumah sakit. Saya tidak bisa menjamin keselamatannya. Terutama dengan kandungannya, tolong dijaga baik-baik ya Pak. Beruntung janinnya itu kuat sehingga dia masih bisa dipertahankan," ucap sang dokter sambil tersenyum ke arah Dimas. Dokter itupun kembali melanjutkan langkahnya pergi dari sana.

Dimas diam menatap dokter dengan tatapan yang ... entahlah. Dan setelah cukup lama Dimas terdiam akhirnya dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam untuk menemui Queenza setelah mendapatkan izin dari suster yang berjaga di sana.

Dimas terkejut saat melihat di wajah Queenza banyak luka lebamnya. Bahkan Dimas dapat melihat jika sudut bibir Queenza sobek.

"Apa yang sudah terjadi padamu Queen? Kenapa kamu sampai mau mengakhiri hidupmu? Siapa yang sudah tega melakukan ini padamu? Apa Ervan, yang sudah tega melakukan ini padamu?" ucap Dimas sambil mengelus pelan lengan Queenza yang terlihat banyak luka lebam di sana.

Tak lama kemudian datang seorang suster dan memberikan sebuah amplop pada Dimas. Dan Dimas pun menerimanya.

Setelah suster itu pergi. Dimas segera membuka amplop yang tadi diberikan oleh suster itu. Ia membelalakan matanya dan menatap tak percaya dengan apa yang kini ada di tangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status