Share

16. Seorang Ibu Dan Tangisnya

“Ngomong apa sih, Kak,” celetuk Qilla. Dia risih mendengar pertanyaan Mya yang memojokkan ibu mereka.

Diah menghela nafas panjang. Paham jika anak sulungnya keberatan dengan pengaturan yang diminta olehnya.

Bagi anak generasi milenial seperti Mya, jelas internet dan gawai adalah dua hal wajib untuk kehidupan mereka.

Tetapi dengan kebutuhan penting yang harus didahulukan, dan keuangan yang menipis, Diah harus mengurangi anggaran untuk dua hal tersebut.

“Kalau Ibu nggak maksa pisah dari Ayah, kita nggak perlu hidup susah!” seru Mya jengkel.

“Susah apa sih, Kak? Kita masih bisa makan dan sekolah gini,” sanggah Qilla. Dia berdiri dan membantu ibunya untuk membereskan meja makan.

Semenjak Dion pergi dan tidak ada kabarnya, Qilla lebih banyak meluangkan diri untuk membantu ibunya mengurus rumah.

Diah menghela nafasnya. Lama-lama tidak dapat mengendalikan diri, melihat sikap anak sulungnya.

“Jadi Kakak maunya apa?” tanya Diah, membebaskan Mya bicara keinginannya.

“Aku mau tinggal sama Ayah!”
Namira P

Selamat pagi, akan diusahakan rajin update ya

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Widi
padahal Mya umurnya lebih tua dibanding Qilla....tp memang benar, umur tak menentukan seseorang bisa bersikap dewasa ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status