Setiap dukungan dari reader, adalah oksigen yang memberikan semangat bagi Bee untuk terus melanjutkan ceritanya sampai TAMAT. So, jangan lupa, comment, rate and vote❤️
Dering alarm ponsel tak henti berbunyi nyaring, mengganggu si mata sipit yang masih tertelungkup di ranjang dengan pakaian lengkap, termasuk jaket dan sepatu. Pria itu mengerang. Tangannya meraba-raba nakas hingga mendapatkan ponselnya. Mengintip sekilas layar ponsel, 08.30 a.m. Ibu jarinya menekan tombol di layar, kemudian suasana Kembali tenang. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Aaron terlonjak dan duduk di pinggiran ranjang. “Aargh …!” Ia mengacak rambut seraya beranjak dari ranjang, melepas jaket dan sepatunya, lalu melemparkannya begitu saja, dan keluar dari kamar. Aaron menatap pantulan dirinya di cermin di kamar mandi. Wajahnya terlihat kusut, sekusut suasana hatinya. Ia menghela nafas. Setelah selesai dengan semua persiapannya, Aaron memesan taksi melalui aplikasi ponsel. Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di halaman rumah. Aaron bergegas memasuki mobil itu. Tujuannya adalah markas SAPD. Ia harus menghadiri pertemuan yang akan berlangsung tiga puluh menit dar
Setelah pertemuan singkat dengan Brenda dan Yuri, Kenneth mengebut dengan Evo-nya menuju Rhein's. Pria itu menepikan mobilnya tepat di belakang crossover ungu metalik. Sepintas ia menoleh pada mobil asing itu ketika berjalan menuju pintu masuk Rhein's. Model mobil itu mengingatakan Kenneth pada mobil Zac—tipe yang sama, buatan pabrikan yang sama. Toko roti Shoujin selalu ramai di Hari Minggu, seperti hari ini. "Selamat datang," sambut Satoru dan Karina saat lonceng di pintu berdenting. "Halo," balas Kenneth sembari tersenyum ramah dan mengedar pandangan mengitari counter, dan mendapati Satoru ada di sana. Ia pun menghampiri pemuda seusia Karina itu. "Apa kau sudah menyelesaikannya?" Kenneth masih memasang wajah manusiawinya. Merasa seseorang bertanya padanya, Satoru menoleh ke arah sumber suara. "Oh, ya." Kali ini pun Satoru menunjukkan ekspresi yang juga manusiawi, berbeda dengan ketika pertama kali mereka bertemu, saat Kenneth memberikan titipan Owen padanya. Pemuda sebangsa Sho
Hanya hening dan secangkir kopi—seperti biasa—yang menemani Kenneth tenggelam di antara tumpukan data digital pada laptopnya. Si kucing berbayang-bayang keributan dan masa lalu yang kelam telah bergelung lelap di kamarnya setelah lolos dari sekarat. Sedangkan si mata sipit belum pulang. Semua file terkompresi yang tersimpan dalam flashdisk yang baru selesai dibongkar oleh Satoru telah Kenneth salin ke brankasnya, terkumpul pada sebuah folder bernama 'Bye Bready'. Satu per satu file Kenneth buka.Dari hasil pemerikasaannya, ia menemukan informasi yang cukup penting. Francesco Connelli. Sebuah nama yang tak asing di lingkup SIA, dengan nama sandi 'Digger', kecepatannya dalam mengumpulkan data, termasuk ketika harus membobol brankas level 6, membuatnya menjadi isu yang paling berbahaya. Ia adalah data miner terbaik yang pernah SIA miliki dan belum ada yang menggeser posisinya. Berpartner dengan O
Nicky mengetuk pintu kamar Kenneth untuk membangunkannya. Namun, tak ada sahutan dari dalam. Hati-hati sekali Nicky memutar kenop pintu. Setelah terbuka, ia masuk. Kenneth masih tidur telentang dengan sebelah tangan tertumpu di atas perut. "Kenny." Nicky menepuk perlahan pundak Kenneth supaya tak mengejutkan "Kenny, bangun. Sudah waktunya sarapan." Ia kembali menepuk pundak Kenneth. "Kenny bangunlah. Aku sudah membuatkan sarapan untukmu." Masih tak mendapat jawaban, Nicky mendesah. Ia lalu membungkuk dan mengamati wajah lelah Freak Brother #1. Wajah itu hampir selalu terlihat lelah. Namun meski begitu, tetap saja terlihat mempesona. Si kucing mendesis frustrasi. Kenneth kakaknya, bisa-bisanya ia mempunyai ketertarikan 'semacam itu', layaknya ketertarikan seseorang terhadap lawan jenis. Kenapa harus ada kutukan seperti ini? Seatap dengan laki-laki tampan, bahkan kadang seranjang, tetapi tak bisa memiliki hubungan lebih dari sekedar saudara. Nicky
Hari sudah beranjak siang ketika ia sampai di rumah Sarah. Saat ini Kenneth sedang berada di dapur untuk menunggu Kevin menyelesaikan pekerjaan yang ia berikan. Ia duduk dengan menumpukan kedua siku pada meja makan, di samping salah satu sikunya tergeletak sebuah map. Seperti pada kunjungan terakhir Kenneth ke rumah ini, Sarah membuatkannya espresso, bedanya kali ini orang tua tunggal Kevin itu tak membuat teh chamomile, melainkan espresso juga untuk dirinya. "Apa ada hal penting yang akan kausampaikan padaku?" tanya orang tua tunggal Kevin pada Kenneth seraya meletakkan secangkir espresso di hadapan Kenneth. Lalu ia duduk berhadapan dengan Kenneth. "Ya. Ini menyangkut Frank." Kenneth menghela nafas, menatap dingin pada kopi panas di depannya. Untuk pertama kalinya Kenneth tak berminat pada minuman yang mulanya dipopulerkan oleh orang Arab itu. Bukan karena rasa kopi itu yang tak enak, melainkan suasana hatinya yang mendadak buruk. "Hanya saja, ini bukan kabar bagus." "Ada apa?" Pan
Dari rumah Sarah, Kenneth mengebut menuju Forklore, ke apartemennya. Ada PR yang harus ia selesaikan, yaitu berkas dari SAPD. Ia harus sudah siap ketika bertemu kembali dengan Yuri. Tak sampai dua jam Kenneth sudah selesai melahap semua informasi pada berkas itu. Beberapa menit kemudian Yuri datang. Pria berambut platinum grey dan pria berambut biru elektrik duduk berhadapan, masing-masing duduk pada kursi kerja dengan melipat kedua tangan. "Kau sudah mempelajari berkas dari SAPD?" buka Yuri. Pria bernama sandi 'Blue' itu menggaruk pipinya. "Sudah," jawab Kenneth datar dan tegas. "Bagus. Sekarang aku ingin mendengar lebih detail tentang pesta di Morsey." Kenneth mulai memaparkan, "Di Morsey aku bertemu dengan Emilia, dia adalah orang kepercayaan bos Underzone. Emilia tidak menyebutkan nama bosnya, tapi besar kemungkinan itu adalah Mario Cortez. Si bos tidak ada di pesta saat itu, dia sedang berlibur dengan wanita lain. Emilia juga tidak menyebutkan di mana bosnya berada. Dan ada s
[Nick, maaf hari ini aku tidak bisa menemai latihan surfing hari ini, adikku memaksaku mengantaranya ke ulang tahun temannya. Bagaimana kalau besok?] bunyi pesan yang Nicky terima dari kontak Emmery. [F*** you. Oke. Jangan kaubatalkan lagi.], balas Nicky. Ia mendengus kesal dan melempar ponselnya ke dasbor. Ia menoleh pada Kenneth dengan bibir cemberut. "Emmery membatalkan rencana hari ini." Saat itu Nicky menyadari ada yang tak beres dengan kakaknya. Pria beruban itu tersenyum-senyum seperti sedang berhalusinasi. Namun, setelah diperhatikan lagi, sebenarnya Kenenth sedang tersenyum padanya. Anehnya, itu membuat Nicky salah tingkah. "Eer ... Kenny, apa yang terjadi padamu?" Nicky tergagap. "Kau cantik," puji Kenneth masih dengan mempertahankan senyum. "Ah, sial." Buru-buru Nicky menarik selembar tisu dari kotak tisu di dasbor. "Pasti karena ini. Karina sialan. Dan gara-gara kau datang tanpa aba-aba, aku jadi terburu-buru dan
Nicky sedang membereskan peralatan makan kotor bekas sarapan semua penghuni rumah. "Dulu Aaron melarangku selalu menumpang pada Shoujin. Katanya aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Tapi lihat yang dilakukannya sekarang." Protes itu Nicky ajukan karena melilhat kebiasaan Freak Brother #2 berangkat selalu dijemput oleh Zac. "Kenapa tidak kaukatakan saja padanya?" sahut Kenneth yang sedang mengutak atik ponsel B sambil duduk menghadap meja makan. "Tentu saja akan kukatakan kalau aku sudah punya waktu bicara padanya. Kau tahu sendiri, aku tidak pernah bertemu dengannya kecuali ketika sedang sarapan. Apa perlu aku membahasnya ketika sarapan? Tidak. Itu bisa merusak mood-ku." "Baiklah. Lalu apa saja yang akan kaulakan hari ini?" "Mulai hari ini aku bekerja paruh waktu di Rhein's. Lalu nanti siang aku ke Palmline Beach. Aku hanya akan membahas dengan Emmery dan yang lain tentang persiapan untuk kontes besok." Nicky sudah selesai mencuci peralatan makan, lalu ia duduk kembali di sa