"Tidak!" tolak Dasta cepat nyaris berteriak. Semua orang kaget mendengar suara Dasta yang nyaring.
"Kenapa tidak?" tanya Shaka menantang.
"Kerena aku tidak ingin kau juga ikut." jawab Dasta tak mau kalah, wanita itu bahkan sudah tak mempedulikan panggilannya yang biasa memanggil Shaka dengan sebutan abang kini berubah menjadi 'kau'.
"Dasta, kau adalah istriku, dan aku adalah suamimu. Kemanapun aku pergi maka kau juga ada dan harus ikut. begitupun sebaliknya. Jadi, aku akan ikut denganmu, kita berdua akan pergi bersama ibu dan ayah. Aku benar, kan, ayah dan ibu?"
Kedua orang tua Dasta mengangguk. "Nak Shaka akan ikut bersama kita Dasta." ucap ayah Dasta menyetujui perkataan Shaka.
Dasta ingin menolak kembali, tapi dengan cepat Shaka menarik dirinya pergi dari situ.
"Jangan harap kau bisa lepas dariku dengan mudah Dasta, aku tidak akan membiarkanmu pergi ataupun lepas dari
Shaka gelisah dalam tidurnya, terlihat bolak-balik pria itu membalikkan badannya ke kanan dan kiri. Telentang ataupun terlungkup, tapi tetap saja Shaka masih merasakan resah dan sesak.Ia bangun dari rebahannya hingga posisinya kini duduk menyandar di kepala ranjang. Ia melirik ke arah Dasta yang tampak tidur membelakanginya."Ranjang ini terasa sangat sempit untuk di tiduri kami berdua. Ah, sial!" umpatnya merasa kesal.Kenapa Dasta dan keluarganya memilih ranjang dan kamar sekecil ini untukuk ukuran dua orang?Shaka bangkit turun dari ranjang seraya membawa bantal dan guling. Rencananya Shaka akan memilih tidur di lantai yang dingin saja, baru lima menit tidur di lantai tanpa alas, Shaka sudah mulai merasakan kedinginan. Dengan sangat curangnya dia menarik selimut yang di pakai Dasta untuk menyelimuti tubuhnya.Dasta tersentak saat merasakan seseorang menarik selimut dari tubuhnya, ia
Dasta bangun lebih awal dari Shaka, melirik Shaka yang semakin meringkuk dalam tidurnya. Bisa Dasta pastikan jika pria itu mengalami masuk angin dan flu saat bangun nanti.Bagus sih! pikir Dasta tersenyum jahat. Dasta melangkah masuk ke dalam kamar mandi, ia ingin membersihkan tubuhnya sebelum pria gila itu bangun. Ya, sekarang Dasta lebih suka memanggil Shaka dengan julukan pria gila. Lidah Dasta lebih enak saat menyebutkan kata itu.Cepat Dasta memulai ritual mandinya dan keluar dari kamar untuk membantu sang ibu, yang pasti sudah bangun dan berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan.Tak membutuhkan waktu lama bagi Dasta untuk mandi, sekitar sepuluh menit ia sudah selesai mandi dan keluar. Berjalan ke arah lemari mengambil pakaian miliknya yang sebagian memang sengaja ia tinggalkan di rumah, dan untungnya itu sangat berguna.Dasta melirik Shaka kembali yang masih pada posisinya semula sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi tadi. Pakaian yang di kenak
Music instrumental diatas semoga cocok dengan part ini Hampir seminggu Shaka tinggal di rumah mertuanya, selama seminggu itu pula Dasta tak henti-hentinya menguji kesabaran Shaka. Berbagai macam hal sudah Dasta lakukan untuk Shaka agar pria itu merasa bosan dan tak betah lebih lama lagi tinggal bersamanya.Sebaliknya, rencana Dasta harus pupus ketika melihat Shaka yang begitu semangatnya malah menyuruh orang suruhannya untuk memindahkan semua barang-barangnya yang ada di rumah mereka berdua ke rumah orang tua Dasta.Dasta menepuk jidatnya sendiri saat menyaksikan hal itu. Kini lemarinya tak hanya berisikan pakaiannya saja, tetapi kini juga berisikan pakaian milik Shaka.Tak hanya itu saja, Shaka juga membeli tempat tidur baru yang cukup luas untuk berdua. Alhasil seisi kamar Dasta di sulap menjadi baru olehnya. Shaka tersenyum puas memandangi kamar Dasta, keinginannya terpenuhi sekarang hingga tak membuat dia harus lebih lama lag
Shaka tak konsentrasi di kantornya, entah kenapa pikirannya terus melayang ke wajah Dasta beserta ucapan wanita itu yang mengatakan jika ia tidak percaya dengan perubahan sikap Shaka yang menjadi manis dan lembut dalam sekejap.Entahlah, Shaka juga tak mengerti pada perubahan dirinya sendiri. Awalnya ia memang berniat membawa Dasta kembali ke rumah mereka, tapi sepertinya Shaka harus bersabar untuk itu melihat Dasta yang tampak senang mengujinya. Shaka bukannya tidak tahu jika Dasta sedang mengujinya dari hari pertama ia memutuskan untuk ikut tinggal di rumah mertuanya itu. Hanya saja Shaka mengikuti alur permainan yang Dasta buat.Shaka rela mengalami flu untuk itu karena memang jujur ia merasa gerah jika harus berbagi ranjang sempit itu bersama Dasta. Syukurlah sekarang sudah ia ganti yang lebih besar, sehingga sekarang Shaka tak akan merasakan dinginnya lantai lagi.Shaka jadi berpikir, hal selanjutnya apalagi yang akan Dasta lakukan untuk dirinya.
Music instrumental diatas semoga cocok dengan part ini #######Dasta teringat dengan kartu nama pemberian Gee di cafe siang tadi, Dasta mengambil benda itu yang tersimpan di dalam tasnya. Setelah berhasil mendapatkannya Dasta duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan dengan seksama kartu nama itu.Dari situ Dasta tahu nama panjang dari Gee, ternyata Gee ini seorang pebisnis sekaligus pengusaha sukses juga sama seperti Shaka dan keluarganya."Gee Ranata." "Apa?" Dasta tersentak kaget saat mendengar suara Shaka yang bertanya cukup kuat, dengan cepat Dasta menyembunyikan kartu nama itu di balik punggungnya. Terlihat Shaka yang baru keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuknya saja yang melilit dari pinggangnya sampai lutut. "Kau bilang apa tadi? Ge—siapa?" "Memang aku tadi bilang apa?" tanya balik Dasta pura-pura tak mengerti.Mata Shaka menyipit curiga. "Apa yang kau sembunyikan itu." tunjuk Shaka ke arah tangan
Music instrumental diatas semoga cocok dengan part ini Coba dengerin deh, enak banget ❤️°°°°°°°°°Gee keluar dari kantornya dengan terburu-buru, Gee menghiraukan sapaan para bawahannya. Ia celingak-celinguk ke sana-sini saat sudah sampai di luar kantor.Berharap bahwa ia melihat Dasta ada di sekitar sini karena hatinya merasakan kehadiran wanita itu. Entahlah, mungkin hanya perasaannya saja.Dengan langkah gontai Gee masuk kembali ke dalam kantornya. Si resepsionis cantik tadi melihat bosnya yang kembali masuk dan langsung melangkah mendekati."Pak Gee," panggilnya menyapa ramah."Ya, ada apa Marissa?" tanya Gee melihat resepsionis itu yang bernama Marissa."Anu pak-" Marissa menggabungkan kalimatnya bingung ingin mengatakannya."Anu, apa?" "Tadi ada seorang wanita yang datang ke kantor mencari bapak." "Seorang wanita? Mencari saya?" Marissa mengangguk. "Lalu, dimana dia?" "Sudah saya usir pak."
Music instrumental diatas Setelah mereka resmi memutuskan berteman, kini keduanya semakin dekat dan saling sering bertemu. Seperti saat ini, Dasta dan Gee kembali berjanjian untuk bertemu di tempat biasa. Cafe yang lokasinya terletak dekat dengan toko roti tempat Gita bekerja."Ini!" Gee menyodorkan sebuah bungkusan kado yang ukurannya tak terlalu kecil namun tak juga terlalu besar."Apa ini?" tanya Dasta kaget."Jika kamu penasaran, maka bukalah." titah Gee tersenyum geli melihat reaksi wajah Dasta yang kaget bercampur penasaran.Dengan rasa penasaran luar biasa, Dasta membuka bungkusan kado itu semangat. Sebuah kotak yang juga langsung di buka Dasta, dan isinya sebuah kotak kecil lagi yang dengan cepat juga Dasta buka."Gee, ini-" Dasta tak bisa melanjutkan ucapannya karena syok luar biasa."Itu untukmu Dasta," "Untukku?" ulang Dasta, Gee mengangguk."Bagaimana? Apa kamu suka?" tanya Gee antusias."Aku
"Ponsel?" ucap Dasta tak percaya jika hari ini ia akan mendapatkan hadiah dari dua orang pria sekaligus.Satu dari Gee dan yang satunya lagi dari suaminya sendiri, Shaka. Suami yang kini sangat di bencinya, dari rasa cinta yang perlahan menuai benih kebencian di diri seorang Dasta Rasnita."Bagaimana? Kau suka?" tanya Shaka penuh antusias. Pria itu sangat berharap jika Dasta menyukainya dan menerima hadiah pemberiannya.Dasta terdiam dan hanya memandangi ponsel pemberian Shaka di tangannya saat ini. Sungguh, ia tidak tahu harus memilih ponsel yang mana. Ponsel pemberian Gee atau ponsel pemberian Shaka."Untuk apa?" tanya Dasta. "Untuk apa kau memberiku sebuah ponsel?" "Untuk memudahkanmu menghubungiku dan keluarga kita." jawab Shaka kikuk. Ia sedikit ragu saat mengatakan menghubungiku, apa mungkin Dasta mau menghubunginya saat mereka berjauhan? "Kenapa repot-repot melakukan itu," Dasta menaruh lagi ponsel itu ke dalam kotak. "Ini!" Dasta menyodork