Wajah tampan itu tersenyum licik menatap layar ponselnya yang menampilkan isi pesan dari wanita yang menjadi objek untuk di dekatinya kali ini.
Kedua manik mata cokelat itu menatap tajam sahabatnya yang tampak fokus pada layar ponselnya sembari menikmati candunya. Mulutnya mengeluarkan gumpalan asap rokok yang tengah dihisap untuk merasakan kenikmatannya, begitulah yang di rasakan mulutnya.
Gee meletakkan ponselnya ke meja, lalu menatap tajam ke arah sahabat wanitanya itu.
"Bagaimana?" tanya wanita itu.
"Berhasil," jawab Gee tampak puas dan bangga.
"Bagus, sangat bagus."
"Tapi, Mei, tidakkah menurutmu ini terlalu mencolok?" tanya Gee was-was.
"Mencolok bagaimana?" sahut wanita yang bernama Mei itu.
"Ya, menurutku saja. Secara aku mendekatinya terlalu singkat, apakah tidak menimbulkan kecurigaan untuknya?"
Mei tertawa. "Kau takut akan hal itu, kau takut ketahuan ya."
Gee mengangguk mengiyakan. "Tentu
Mental dan jiwa anda sedikit terganggu pak Shaka. Apakah anda pernah mengalami hal buruk atau semisalnya meminum obat-obatan seperti stress dan depresi? Kalimat-kalimat itu terus berputar di kepala Shaka, ia memegang kepalanya erat saat merasakan pusing.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Shaka masih betah berada di ruangan kantornya. Tadi siang Shaka datang menemui psikiater dan menanyakan perihal kondisinya. Apakah benar ia mengalami gangguan jiwa pada dirinya, atau ada penyakit aneh dan langka lainnya seperti DID mungkin? Walau besar kemungkinan tebakan yang kedua itu salah, karena selama 27 tahun Shaka hidup. Ia baru merasakan ke anehan pada dirinya semenjak orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan Dasta.Saat itu Shaka masih menjalin hubungan dengan Meika Litsi, dan Shaka memutuskan hubungan dengan Mei ketika Dasta nekat melakukan percobaan bunuh diri waktu itu.Selama menjalin hubungan dengan Mei, Shaka selalu rut
Wajah Dasta memerah, memanas akibat syok dengan apa yang ia lakukan beberapa menit lalu pada Shaka. Jantung Dasta rasanya berdetak tak karuan, rasanya sangat..., Ah, jangan tanyakan lagi. karena mungkin Dasta tak akan sanggup untuk menjawabnya. Biarkan ini menjadi rahasia antara dirinya dan Tuhan, sungguh, ini sangat memalukan bagi Dasta. Untung saja Shaka tertidur, ya walaupun harus Dasta akui jika tadi ia sangat kesusahan dalam mengganti serta memakaikan pakaian yang baru dan bersih untuk suaminya.Tak lupa juga tadi Dasta mengelap tubuh Shaka dengan handuk basah yang telah ia celupkan ke dalam air lalu di perasnya. Kini suaminya itu terlihat tampak segar meskipun suhu tubuhnya masih demam.Dasta menatap lekat Shaka, ia tengah memikirkan bagaimana reaksi Shaka nanti ya, jika pria itu tahu Dasta sudah lancang mengganti pakaiannya. Apakah Shaka akan marah? Atau Shaka malah akan berterima kasih padanya? Hhh, apapun itu, yang
"Ibu!" panggil Dasta kaget saat melihat ibunya berada didalam kamarnya.Barusan saja Dasta sampai ke rumah dan langsung menuju kamarnya demi melihat kondisi Shaka. Namun, ia di kejutkan dengan sosok ibunya yang ada di kamar sembari duduk memperhatikan Shaka yang tertidur."Baru pulang, nak?" Dasta mengangguk."Kenapa pintu rumah tidak di kunci, bu?" "Oh ya? Ya ampun! Sepertinya ibu lupa mengunci pintu rumah Dasta." "Aissh, ibu, gimana kalau tadi ada orang jahat yang masuk? Untung saja Dasta cepat pulang." sahut Dasta cemberut seraya melangkah mendekat ke ranjang.Dasta menaruh kantong plastik kresek berisi buah-buahan yang tadi dia beli ke atas nakas disamping ranjang beserta tasnya. Dasta duduk di tepi ranjang, menatap ke arah Shaka seraya tangannya terulur menyentuh dahi Shaka yang di kompres."Masih demam, tapi, tidak sepanas seperti tadi pagi." gumam Dasta sedikit lega."Dasta, tadi suamimu terus meracau menyebut namamu, ia terus meman
Kau membuatku menggila! Aku tak kuasa mengalihkan dan mengendalikan diriku sendiri dari pertahanan gengsi dan egoku selama ini.******Shaka mencium lembut bibir Dasta, melumatnya dengan hasrat yang menggebu. Dirinya tak kuasa untuk menahan diri lebih lama lagi, bibir merah Dasta begitu menggoda jiwa dan imannya untuk singgah dan berlabu disana.Katakanlah jika sekarang Shaka lebay, terlalu banyak bicara dan bertindak romantis seperti yang orang lain lakukan umumnya pada pasangannya.Tunggu dulu! Romantis? Apakah mencium atau mencumbu wanita yang dulu sangat di bencinya bisa disebut bertindak manis nan romantis? Yang ada Shaka malah terlihat seperti pria yang memanfaatkan kesempatan, saat sakit pun ia malah berhasrat pada Dasta. Tapi, dia tak salah bukan. Dasta adalah istrinya, ia tentu berhak melakukan hal yang lebih intim dari ini pada Dasta.Dasta yang tadi awalnya hanya diam dengan mata mengerjap berulang kali kini mulai terb
"Apa kamu ingin aku menjadi gila, Dasta?" tanya Shaka lirih dengan mimik wajah yang sudah pucat pasih mengamati obat itu.Kening Dasta mengkerut bingung dengan ucapan Shaka, tak mengerti apa maksud dari kalimat Shaka barusan."Kenapa kalian berdua melakukan ini padaku?" ucap Shaka bertanya marah menatap ke wajah Dasta yang semakin bingung. "Apa memang ini yang kalian inginkan, berencana untuk membuatku menjadi orang gila. Huh, Ayo, katakan!" tekan Shaka mencengkeram bahu Dasta kuat.Mulut Dasta bungkam melihat ekspresi wajah Shaka yang tiba-tiba menjadi marah. Mata Dasta menyorot sedih bercampur bingung penuh pertanyaan.Mata itu? Kenapa sorot mata itu muncul kembali? batin Dasta ngerih melihat sorot tajam mata Shaka."Ayo, cepat katakan! Kalian berdua bersekongkol kan, darimana kalian bisa saling mengenal, hah?" Shaka mengguncang-guncangkan bahu Dasta yang masih di cengkeramnya."Kalian? Berdua? Sekongkol? Saling mengenal? Maksudnya
Kita harus melawan mereka sayang, membuktikan bahwa mereka berdua adalah iblis penganggu kisah kita.******Dasta merasakan hawa tak nyaman yang menggangu tidur nyenyaknya, Dasta menggeliatkan badannya seraya membuka kedua matanya perlahan. Tersentak kaget Dasta saat kedua matanya melihat sosok Shaka yang tengah duduk di tepi ranjang sembari menatapnya lekat. Shaka menumpukkan dagunya dengan kedua tangannya, tampak terlihat jelas otot-otot tangan yang menonjol di tangan pria itu."Manis," ucap Dasta tanpa sadar, secara tak sadar Dasta sedang menganggumi wajah tampan suaminya yang tampak sangat manis jika Shaka seperti ini."Apanya yang manis, Dasta?" tanya Shaka tersenyum geli."Hah? Eh!" Dasta berjengit kaget saat ia ketahuan tengah menggagumi suaminya.Dasta bangun dari rebahannya, dan saat itu ia tersadar jika dirinya tidur di ranjang.Tunggu! Seingat Dasta, ia tadi malam bukannya tidur dengan posisi duduk? Lalu kenapa
Shaka sudah rapih dengan pakaian kantornya, sudah tiga hari ia tak bekerja di karenakan demam yang melanda. Shaka menyesali tak mematuhi perkataan istrinya itu, benar kata Dasta jika ia mandi kemungkinan besar demamnya bisa kambuh. Shaka merasakan hawa panas dan meriang pada tubuhnya saat ini, tapi sebisa mungkin ia tahan.Shaka tak ingin hari ini rencananya gagal, hari ini ia harus bisa membuktikan mengenai obat yang dibawa Dasta ke rumah. Obat yang dicurigai Shaka mirip persis dengan vitamin yang dulu sering Mei berikan untuknya, dari segi bentuk ukuran dan warna obat itu sendiri."Aku harus mengeceknya sendiri dan membuktikan pada Dasta, dan setelah terbukti maka aku akan melakukan rencana selanjutnya. Ya, itu harus!" tekad Shaka kuat dan semangat.Shaka tak ingin di kejadian buruk yang kedua kalinya menimpa Dasta, apalagi Dasta mengatakan mendapat obat itu dari temannya. Teman yang mana?Pria atau wanita? Rasanya Shaka sangat gemas dan cemas,
Tangan Shaka gemetaran hebat saat ia membaca dengan sangat jelas hasil lab mengenai obat vitamin Dasta. Kedua mata Shaka bahkan basah karena airmata yang mengalir dengan derasnya. rasanya sangat sesak, hatinya terasa hancur saat segala dugaannya benar.Tubuh Shaka jatuh meluruh ke bawah, kakinya seakan tak bertulang dan tak bertenaga untuk menompang tubuhnya sendiri."Dasta...." lirih Shaka berurai airmata.Ya Tuhan!Kenapa hidup sekejam ini padanya?Rasanya Shaka tak mampu berpikir jernih sekarang, ia terlalu kecewa dengan fakta ini. Ia tadinya masih berharap jika hasil lab berbanding terbalik dengan segala dugaannya, nyatanya, apa yang di inginkan sangat jauh dengan yang terjadi saat ini.Shaka menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh terpuruk seperti ini. Dia seharusnya melawan semua kejahatan ini. Ya, ia pasti bisa!Shaka menyimpan kertas hasil lab it