“Aku tidak mengerti apa yang anda bicarakan, ” elakku.
Ia menatapku skeptis, lalu mendengus pelan. “Ini bukan pertama kalinya aku dibuntuti.”
“Jangan salah paham, mereka memang berhati-hati, tapi seumur hidupku aku sudah terlalu akrab dengan pengintaian.”
“Aku bisa tahu kapan seseorang membuntutiku.”
Antonio menyandarkan punggungnya lalu menghembuskan napas panjang. “Aku bukan datang untuk membahasnya, ada sesuatu yang lebih mendesak.”
“Aku perlu bicara padamu tentang Paul Burke.”
“Dia telah mengontakmu bukan?”
***
Berengsek, apa ini? Interogasi? Mengapa Phillip dan yang lain tidak pernah memperingatkanku soal ini sebelumnya?
“Bagaimana anda mengenal Paul?” sahutku.
“Katakan saja dia telah berurusan dengan orang yang salah, dan aku kemari untuk membereskannya.”
Otakku berusaha mencerna informasi itu. Namun hanya ada satu kesimpulan yang terpikirkan olehku di dalam situasi ini.
“Kudengar P
"Jason memintamu bertemu dengan ayahnya?!" "Sebenarnya itu sebuah undangan pesta." Aku memindahkan satu persatu buku dari dalam tas lalu menaruhnya ke dalam loker."Bukan berarti mereka secara khusus mengadakan acara makan malam demi menyambut kami berdua atau semacamnya," gumamku. "Tapi tetap saja, kau akan bertemu dengan Harry Marshall!" Lauren bersiul pelan."Setahuku Jason belum pernah membawa pacar-pacarnya bertemu dengan ayahnya secara pribadi.” “… well,mungkin itu karena sebelum ini hubungan mereka berdua kurang baik," sahutku. “Tidak penting.” Lauren mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Anyways, ini luar biasa Mia! Sama saja kau telah melakukan lompatan dalam satu millennium." ia meremas bahuku. "Astaga," desahku sambil mengunci loker lalu menyandarkan punggungku pada pintunya."Aku sudah cukup gugup memikirkan hal ini, jangan menambahinya." Dia terkekeh pelan. "Kau benar, ini momen langk
“Apa kita benar-benar harus melakukannya?” Phillip mengedikkan kepalanya ke arah ponsel burner yang tergeletak di atas meja. “Telepon dia.” Aku menatap tajam padanya. Ia jelas tidak terbuka untuk penawaran lain, namun setidaknya aku berniat menunjukkan sikap protes untuk yang terakhir kalinya. Mereka tidak memberiku pilihan dari awal, meskipun bisa dibilang memang tidak ada pilihan yang lebih baik dalam hal ini. “Dengar, kami telah memverifikasi peran ayahmu dalam masalah ini. Dan jelas ia tidak tahu Antonio Benitez terlibat dalam bisnis illegal dengan kartel hingga di luar wilayah Amerika Utara.” “Bila dia tidak memiliki sekutu di negara ini, Antonio tidak akan berani menginjakkan kakinya kemari, kita perlu tahu kartu apa yang dia punyai.” “Pertama-tama kita perlu memastikan di mana mereka menahan Paul.” “Telepon dia sekarang,” ulang Phillip.Habel dan yang lainnya memusatkan pandangan mereka padaku, menunggu. Rasa
"Bagaimana penampilanku?" Aku melirik cemas pada Jason yang berjalan di sampingku menapaki anak tangga di depan gedung. Kami akan menghadiri acara pra-pernikahan ayah Jason dengan ibunya Karen malam ini. Mereka mengatakan ini adalah acara sebelum upacara pernikahan, yang rencananya, akan diselenggarakan minggu depan secara sederhana di sebuah pulau terpencil yang dekat dengan Tahiti. Kabarnya seremoni pribadi itu hanya akan dihadiri oleh keluarga inti. Karen akan datang, meski ia tidak tetap tinggal setelah upacaranya selesai. Jason? Sudah jelas tidak. Oleh sebab itu Karen meneleponku dua hari yang lalu untuk menyampaikan, kalau ayah Jason serta ibunya, garis bawah, mengharuskan, kami berdua untuk datang ke acara pra-pernikahan ini. Jason bersedia datang demi formalitas. Aku? Memangnya aku bisa menolak permintaan pribadi ayahnya? Aku tahu ini tidak mudah bagi Jason, untuk berada dalam satu ruangan dengan Eva Gloss. Past
“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku sebelumnya?” tuntutku. Jason mengangkat kedua belah tangannya. "Mia, kita tidak perlu membahas soal ini sekarang. Di samping itu kejadiannya sudah lama sekali," ujarnya gusar. “Tentu saja perlu. Aku jadi paham mengapa tempo hari kalian terlihat begitu mesra di klub malam!” bisikku sengit. “Kami tidak—" Seruan ayahnya memotong ucapan Jason dan membuatnya sontak berpaling. Dia memberi isyarat dengan lambaian tangan agar Jason menghampirinya. Ia beranjak sambil mengancingkan jasnya lalu berjalan mengitari meja untuk menyapa Tisha Benitez serta ayahnya. Hebat. Mantan pacar yang sekaligus anak teman baik ayahnya. "Lihat! Kau terlihat jauh lebih tampan sekarang!" pria tua itu berkata akrab, lalu tertawa dengan suara menggelegar ketika Jason ada di hadapannya. "Apa kabar, sir ?" Jason berkata sambil menjabat tangannya. "Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang kemari."&nb
Hujan deras mengaburkan pandangan ketika aku melewati interstate Acapulco. Lampu jalan semakin jarang dan hutan bertebing yang berada di kedua sisi jalan raya membentang bagaikan tabir gelap tanpa tepi. Seseorang bisa saja terperosok ke ngarai-ngarai yang dalam itu dan kemungkinan tak akan ada yang dapat menemukan jasadnya hingga berbulan-bulan. Sungguh cara meninggal yang mengerikan, pikirku. Aku menyalakan lampu jauh membelah kegelapan malam sambil memacu mobilku lebih kencang. Mereka sudah dekat. Aku bisa merasakannya. Tapi ini masih tidak cukup jauh, batinku gusar. Sorot lampu samar-samar terlihat di tikungan jauh di belakang mobilku. Suara deru mesin terdengar semakin jelas. Mereka datang. Aku mencengkeram kemudi lebih erat lagi. Dua, tiga, empat… aku menghitung jumlah penguntitku dari kaca spion. Sama sepertiku mereka menambah kecepatan ketika mereka melihat mobilku. Sejenak aku berharap tak pernah menginjakkan ka
Jason POV “Kita seharusnya tetap mengikuti rencana awal.” aku menyalip sebuah station wagon yang melaju pelan di kanan jalan. Kami telah memisahkan diri dari iringan mobil pengawalan Antonio dua jam yang lalu. Setelah meninggalkan bandara, iringan mobil itu terpaksa berhenti di perbatasan kota Meksiko. Ketika salah seorang dari pengawal itu melihat kerusakan pada mesin mobil yang tiba-tiba mengepulkan asap, mereka membawa kami ke mobil lain yang telah disiapkan tidak jauh dari sana, tanpa mengetahui bahwa Tisha sengaja menempatkan dua pengawal yang membantu kami menjauhi rombongan dengan mengambil jalur lain yang jauh dari jalan raya. Tisha memutar bola mata. “Tak akan berhasil. Aku perlu improvisasi.” “Ini bukan hanya soal dirimu!” “Ayahmu mengancam Mia, aku tidak ingin mengambil resiko karena kau bertindak semaumu!" Tisha menyandarkan punggungnya lalu melipat kedua tangannya di depan dada. “Cewek barumu itu,
Aku memandangi orang-orang yang lalu lalang di jalanan dari balik kaca restoran.Mereka berjalan terburu-buru melintasi trotoar dengan kepala tertunduk, menghindari air hujan. Malam ini Red Roaster lebih lengang dari biasanya, tak banyak pekerjaan yang bisa kulakukan.Hujan deras yang mengguyur jalanan sejak sore tadi, tampaknya membuat sebagian besar orang memutuskan untuk berdiam diri di rumah mereka masing-masing. Aku di sisi lain, selalu menyukai hujan di musim semi seperti ini. Membuatku teringat pada acara kemah terakhirku bersama Dad. Saat itu dia membawa kami sekeluarga pergi berkemah ke Yosemite sebagai hadiah ulang tahunku yang ketujuh, sekaligus untuk menghabiskan waktu di akhir pekan. Tempatnya benar-benar bagus, aku sangat menyukainya.Ada sebuah air terjun yang sangat indah, berada di tebing batu granit. Saat senja tiba pantulan cahaya matahari akan menyinari batang air terjun itu dan membuatnya terlihat berwarn
# Buku harian Mia Summers : Hari pertama saat aku kehilangan cinta dalam hidupku. "Dia sangat cantik," aku bergumam sambil menatap foto lukisan Adriadna Marshall, ibu kandung Jason, yang tergantung di atas dinding perapian. Adriadna memiliki wajah hispanik yang khas dengan rambut merah bergelombang yang digerai melewati bahunya. "Ceritakan padaku tentang dia," pintaku. Jason mengambil selimut tebal yang terlipat di atas sofa lalu membentangkannya menutupi tubuh kami. “Ibuku?” Aku mengangguk sambil beringsut padanya, meringkuk ke dalam pelukannya yang hangat. Jason terdiamcukup lama hingga kukira dia mungkin merasa enggan menjawabnya. Aku menengadah dan mendapati Jason tengah menatap perapian dengan pandangan merenung. Kedua bola mata birunya tampak berkilat-kilat memantulkan nyala api. "Cantik, dan rapuh." suaranya terdengar melamun. "Aku benci melihatnya se