Sepeninggalan pemuda yang mengantarnya pulang ke kediaman keluarga Feng, Ai hanya terus menunduk dan memperhatikan jalanan setapak yang ia lalui.
Pikirannya saat ini berkecamuk dan berkelana entah kemana. Apa yang ia alami begitu rumit dan memusingkan. Ia butuh sebuah pegangan, ia butuh sebuah sandaran. Bebannya kali ini begitu berat, Ai tak mampu menanggungnya sendiri. Ia butuh teman yang mampu membantunya dan memberinya solusi keluar dari kebuntuan yang ia hadapi, ia butuh seseorang yang mampu menemaninya keluar dari tempat yang asing dan tidak ia ketahui kini.
Tapi siapa yang akan membantunya, menolongnya, membimbing ataupun menemaninya? Selamanya Ai hanya sendiri. Sendiri melawan sakit, sendiri melawan lelah, sendiri melawan keputus asaan, sendiri bangkit dari keterpurukan dan penderitaan yang berkepanjangan.
Hidupnya selalu suram, hanya ada kegelapan yang selalu menemani langkahnya. Tidak ada seorang pun yang membantunya dapat lepas, kecuali dengan ia berusaha sendiri mencari jawaban tanpa harus menunggu keajaiban yang belum pasti datang untuk kedua kalinya.
Sayang, walaupun Ai bertekat mencari jawaban atas keberadaannya di tempat asing yang terasa akrab di hatinya, ia juga butuh sebuah petujuk agar memudahkan ia mencari alasan mengapa keberadaannya bisa terlempar dimasa dan waktu yang tidak ia ketahui.
Saat Ai berusaha memikirkan dimana ia akan mendapat petunjuk, langkahnya tiba - tiba berhenti saat jalan setapak yang ia lalu kini berubah menjadi gelap. Ai lantas mendongak dan mengangkat wajahnya, ia menatap pemandangan halaman belakang kediaman keluarga Feng yang asri perlahan ditutupi oleh suatu benda berwarna hitam yang seakan - akan mengurung Ai didalam ruangan gelap tersebut.
Ai berlari dengan panik, ia meraba sekitarnya karena dalam ruangan tersebut sama sekali tak ada satupun pencahayaan. Ai dengan hati - hati melangkah cepat dengan tangan terulur kedepan untuk mengantisipasi jika saja ia menabrak sesuatu di hadapannya.
Ai terus berusaha mencari cahaya dan jalan keluar dari ruangan gelap yang seakan tak memiliki ujung tersebut. Sekuat tenaga Ai berusaha, pada akhirnya ia kalah dengan rasa takut yang mulai menghampirinya.
Tubuhnya bergetar hebat, tangisnya seketika pecah ketika menghadapi keputusasaan. Ai tak tahu, kesalahan apa yang pernah ia buat dimasa lalu atau dimasanya, mengapa masalah yang rumit dan membingungkan selalu saja menghampirinya?
Ai terduduk lemas diatas permukaan lantai yang gelap, ia menekuk kedua lutut dan memeluknya erat. Wajahnya yang sembab ia benamkan disela - sela pelukannya. Saat ini ia sendiri. Sendiri dalam ruangan gelap dan perasaan yang amat ketakutan.
Apakah ia akan terjebak diruangan gelap dan hampa itu sendirian? Apakah selama ini kesendiriannya dimasa depan belum cukup sehingga takdir kembali membuatnya sendiri dalam ruangan gelap, hampa dan memberi getaran ketakutan padanya? Jika hidupnya akan sangat hampa dan semenyedihkan ini, mengapa sejak awal Ai harus hidup didunia?
Pikiran dan pertanyaan - pertanyaan itu terus berputar dalam kepala Ai yang seperti kaset rusak. Tubuhnya yang bergetar hebat perlahan mulai berhenti, namun tidak dengan tangisnya. Isakan Ai terhenti sesaat ketika tiba - tiba suara dibalik kegelapan menggema.
"Mengapa kau menangis?"
Ai mendongak dan mengangkat wajahnya, ia baru saja mendengar seseorang bertanya padanya namun yang Ai dapatkan hanyalah kegelapan yang menyelimuti sekitarnya.
"Si..apa disana?" Tanya Ai dengan suara serak.
"Kau tidak perlu mengetahuiku, keberadaanku disini bersamamu hanya sebentar" jawabnya.
"Mengapa?" Tanya Ai
"Mengapa kau hanya menemaniku sebentar? Tidak bisakah kau menemaniku dalam waktu yang lama? A-ku, aku benci dan takut sendirian" aku Ai menyeka air matanya.
"Aku tidak bisa menemanimu dalam waktu yang lama, sebab kita berada didunia dan dimensi yang berbeda. Singkatnya aku tidak memiliki wujud seperti kalian" jelasnya
"Keberadaanku disini hanya untuk memberitahumu alasan mengapa kau bisa terlempar di dinasti Ming kerajaan MingQi. Mungkin kau bingung Ai, tapi kau memang sudah ditakdirkan berada disini. Hidupmu sepenuhnya disini, didinasti Ming, di kerajaan MingQi dan dikeluarga terhormat dan terpandang Feng.
Tidak ada alasan khusus keberadaanmu disini, karena pada kenyataannya hatimu lebih memilih kembali kemasa lalu dibanding dimasamu sebenarnya seharusnya berada.
Hatimu sendiri yang meminta dibawa kemasa lalu, hatimu sendiri yang meminta untuk kembali ditakdirkan menginjak tanah yang sangat sulit kau lupakan dalam ingatan sebelum jiwamu berengkarnasi di kehidupan selanjutnya.
Kau sendiri yang meminta kembali kemari, maka dari itu, aku mengabulkan permintaanmu. Permintaan yang sangat sulit dan bersyarat bahwa ketika kau kembali maka tidak ada lagi jalan bagimu untuk pulang kemasa depan. Ini adalah konsekuensi dari keinginan terbesar yang terpendam dalam hatimu.
Sekarang inilah kehidupanmu sesungguhnya, nikmatilah kehidupanmu sekarang karena kau sudah tidak memiliki pilihan selain menikmati kententuan hati dan takdirmu. Tenang saja, aku akan memberimu sebagian dari ingatan masa lalumu. Mungkin akan sangat sakit, tapi percayalah, ingatanmu ini akan membantumu menjalani hidupmu dimasa - masa yang akan datang" jelasnya panjang lebar.
Ai tidak tahu harus berkata apa, ia begitu terkejut dengan fakta yang ia dengar. Saat ia hendak ingin mengajukan protes ketidak relaannya terjebak dimasa lalu, sebuah cahaya terang lebih dulu merenggut kesadarannya. Cahaya itu berusaha menerobos memasuki tubuh mungilnya, rasa panas, sakit dan perih tak terbantahkan yang Ai rasakan. Tak kuasa menahan sakit, Ai pun menjerit kesakitan dan setelahnya, gelap dan dingin mulai menyapanya.
.
.
.
Kedatangan dan penjelasan jendral Holing mengenai apa yang dialami putrinya tak lantas membuat kaisar Wei percaya begitu saja, ia tahu dari pancaran mata bawahannya sangat menyirat keseriusan, hanya saja argumen tanpa bukti yang kuat belum cukup mampu membuat kaisar Wei percaya perkataan jendral Holing walaupun apa yang ia katakan adalah kebenaran.
Sebagai seorang kaisar yang telah menjabat dan memerintah kerajaan cukup lama, ia dituntut untuk tetap teliti dan waspada. Ia tak boleh goyah atau mudah percaya begitu saja. Dunia pemerintahan dan politik yang ia tekuni bukanlah dunia yang menyenangkan, dunia yang menjeratnya ini adalah sebuah petaka yang mungkin bagi orang awam beranggapan pekerjaannya adalah sebuah anugerah.
Sayang apa yang mereka lihat tak selamanya indah seperti bangunan mewah yang menutupi segala kejahatan dan pertumpahan darah yang telah memakan banyak korban dalam bangunan mewah yang selalu mereka agungkan sebagai sebuah istana. Ditempat inilah banyak mengukir sejarah panjang banyaknya korban yang berjatuhan karena ambisi dan keserakahan manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang mereka capai.
Sebagai orang yang besar ditempat mengerikan ini, kaisar Wei patut meningkatkan kewaspadaan terlebih usianya yang tidak lagi muda. Saat-saat seperti inilah ia diuji akan loyalitas dan kesetiaan para abdinya menjadi taruhan dan harus dipertimbangkan dengan bijak. Entah karena ujian ini menyangkut kesungguhan dan kesetiaan mereka, atau menyangkut kepalsuan dan kemunafikan mereka yang mereka tutup secara apik.
Kaisar Wei mendesah. Lamat- lamat ia memperhatikan dan mengamati jendral besar Holing yang di hormati dan disegani banyak orang, ia tak menemukan sebuah cela kebohongan dari pancaran matanya yang tajam dan tegas. Hal itulah yang membuat kaisar Wei berpikir ulang mempertimbangkan penjelasan jendralnya.
Mungkin saja apa yang dikatakan jendral Holing benar, namun kaisar Wei harus tetap waspada dan tak boleh mengambil langkah gegabah dan ceroboh yang akhirnya merugikannya. Maka dari itu kaisar Wei hanya memilih membantu jendral Holing sebisanya terlebih lagi kaisar Wei mulai putus asa mencari keberadaan putra mahkota Rui yang sampai saat ini tak ada kabar. Keberadaannya seakan ditelah bumi tanpa meninggalkan jejak apapun, hal itulah yang membuat kondisi tubuh kaisar Wei menurun memikirkan keberlangsungan kerajaan MingQi yang saat ini goyah tanpa adanya penerus yang sah.
"Maafkan Zhen yang tak mampu percaya perkataanmu sepenuhnya jendral besar Holing" kata kaisar Wei buka suara pada akhirnya setelah sekian lama bungkam dan merenung.
"Tapi saat ini keadaan dan kondisi dalam istana sedang sangat kacau karena keberadaan putra mahkota Rui yang sampai saat ini belum ditemukan" jeda kaisar Wei "mungkin perkataanmu benar, putrimu perlu perlindungan dari pihak kerajaan karena menjadi saksi mata atas kejadian penculikan putra mahkota, tapi--" kalimat kaisar Wei mengantung diudara, raut wajahnya yang penuh keriput berubah murung seakan jejak-jejak semangat hidup ikut lenyap seiring dengan tak adanya kabar baik dari pencarian putra sahnya "waktu terus berputar, keberadaan putra mahkota sampai saat ini belum menemukan titik terang padahal sudah berbulan - bulan lamanya Zhen memperketat pencarian di segala wilayah. Tidak ada hasil yang kita temukan hingga sekarang. Posisi kaisar tengah goyah terlebih kondisi Zhen mulai menurun akhir - akhir ini.
Walaupun putrimu mendapat perlindungan, pada akhirnya pelaku tidak akan pernah tertangkap. Kasus hilangnya putra mahkota akan hilang ditelan waktu, bukti yang kau miliki tidak cukup kuat untuk membawa para pelaku kejahatan menuju jalur hukum -- kaisar Wei mendesah.
Zhen tak mampu menjanjikan hal yang banyak, tapi Zhen akan melindungi putrimu dari mara bahaya. Setidaknya jika jasad putra mahkota di temukan suatu hari nanti, putrimu dapat bersaksi dan menunjukan keadilan atas kematiannya" tambah kaisar Wei putus asa.
"Terimakasih atas kemurahan hati yang mulia, mendengar anda ingin melindungi putri jendral ini saja sudah lebih dari cukup. Hamba harap yang mulia putra mahkota segera ditemukan, sehingga anda bisa menjalani hari dengan tanang seperti biasa" kata jendral Holing tulus.
"Maaf telah menganggu waktu yang mulia, jendral ini mohon pamit undur diri" lanjut jendral Holing tak lupa membungkuk 90 derajat sebelum berbalik meninggalkan aula utama istana MingQi.
"Menurutmu, apakah masih ada harapan Zhen berharap jika Rui masih hidup?" Tanya kaisar Wei pada Kong Wen Lei yang merupakan tangan kanannya yang sedari tadi bersembunyi dibalik sekat pembatas ruangan sepeninggalan jendral Holing.
"Hamba rasa, yang mulia putra mahkota Rui memiliki peluang besar untuk tetap hidup dan bertahan" jawab Lei keluar dari persembunyiannya.
"Mengapa kau beranggapan demikian?" Tanya kaisar Wei menatap tangan kanannya.
"Karena yang mulia putra mahkota bukanlah pemuda yang selemah yang anda pikirkan"
Qiang begitu terkejut saat menemukan adiknya terkapar diatas tanah yang kasar dan dingin dihalaman belakang kediaman mereka. Ia lantas segera mengangkat adik bungsunya dan membawanya menuju pavilium barat dan menidurkan kembali adiknya di atas peraduannya yang hangat.Qiang tidak habis pikir, mengapa adiknya bisa berada disana. Seingat Qiang, ia sudah mengecek halaman belakang berulang kali, namun keberadaan adiknya tak ia temukan. Qiang tak tahu berapa lama ia meninggalkan kediaman keluarga Feng sampai tak jika mungkin saja ada persembunyian baru dihalaman belakang kediaman mereka.Awalnya Qiang tadinya hanya hendak mengambil kudanya yang berada dihalaman belakang kediaman guna memperluas pencarian adiknya di ibukota MingQi, tapi siapa yang menyangka, ia menemukan adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri diatas jalan setapak halaman bekalang kediaman mereka.Sepanjang perjalanan menuju pavilium Lan yang berada di bagian
Seorang wanita awal usia 40an yang masih nampak cantik dengan balutan baju kebesaran seorang permaisuri terus saja hilir mudik di depan seorang pemuda berusia 24 tahun yang mulai nampak jengah menyaksikan wanita yang melahirkannya terus mondar mandir dihadapannya."Ibu, tidak bisakah ibunda tenang?" Tanya pemuda itu"Bagaimana ibunda bisa tenang? Pembunuh bayaran itu sama sekali tidak becus menjalankan tugas dan perintah Ben gong!" Geram permaisuri kedua Mu Li LienPemuda yang duduk dihadapannya menampilkan raut wajah tenang, ia tahu apa yang membuat ibundanya begitu sangat marah dan ketakutan disaat yang bersamaan. Semua itu tidak jauh dari masalah adiknya, putra mahkota Rui yang sampai saat ini identitasnya masih di pertanyakan.Tiga bulan telah berlalu semenjak insiden penculikan dan pembunuhan yang direncanakan oleh ibundanya, selama tiga bulan itu pula adiknya itu dinyatakan hilang tepat saat ma
Seharusnya Ai tidak perlu terkejut ketika ia terbangun dari tidurnya, ia langsung disambut oleh sapaan para pelayan yang akan membantunya membersihkan diri. Hal ini jelas tidaklah jauh berbeda dengan kehidupannya dimasa depan. Setiap pagi Ai juga akan mendapat perlakuan yang sama dari para pelayan yang bekerja dirumahnya, hanya saja saat ini Ai belum terbiasa. Suasana dimasa lalu dan dimasa depan jelas sangat berbeda.Ai tetap saja terkejut dengan keberadaan pelayan yang mengenakan pakaian hanfu yang membalut tubuh mereka dari sengatan matahari ataupun dinginnya hembusan angin yang menyapu permukaan kulit.Ai memperbaiki posisi duduknya, ia sesekali menguap dan mengucek matanya yang terasa gatal. Sejujurnya Ai masih ingin memejamkan matanya, semalam ia kesulitan tidur karena terlalu banyak pikiran. Akhirnya ia baru bisa terlelap ketika hari telah memasuki dini hari.Tidur Ai pun rasanya tidak cukup lama, Ai merasa ia han
Pangeran Rong yang mendapat kunjungan dadakan pejabat pemerintahan kerajaan MingQi seakan merasa diatas awan. Pemuda berusia 24 tahun itu tersenyum menang saat menyaksikan para mentri dan pejabat mulai berebut mencari perhatian dan perlindungan darinya.Saat ini kondisi kaisar Wei menurun drastis. Para mentri dan pejabat pemerintahan dengan yakin dan percaya berpikir jika kematian sebentar lagi kan menyapa kaisar Wei, maka dari itu, sebelum kehancuran terjadi di depan mata, mereka berlomba - lomba menarik perhatian sang calon pewaris tahta yang masih bertahan dengan ambisinya yang besar. Terlebih lagi nampaknya pangeran Rong akan dengan mudah menaiki singgasana terlebih saat ini ia tak memiliki saingan.Keberadaan putra mahkota Rui yang masih belum jelas, juga tidak minatnya pangeran Yan ikut dalam perebutan tahta membuat para mentri dan pejabat hanya memperioritaskan pangeran Rong.Mereka dengan tak kenal lelah da
Ai yang merasa yang dirinya terancam dalam bahaya menguatkan dirinya untuk segera beranjak bangun walaupun tubuhnya kini tengah gemetar ketakutan. Kilasan - kilasan banyangan pria - pria berpakaian serba hitam dengan sebuah pedang mengkilap yang siap menebas lehernya kapan saja mulai berselewaran dalam pikirannya.Instingnya memintanya untuk segera beranjak pergi melarikan diri dari tatapan pemuda yang menatapnya tajam penuh aura membunuh yang pengintimidasi. Walaupun jarak mereka lumayan jauh, Ai mampu merasakan aura membunuh menguar dari tubuh pemuda itu dengan begitu pekat sehingga mampu mengoyahkan setiap tulang dan persendian Ai.Ai tak tahu, sejak kapan ia berlari dan berteriak memanggil Bobo untuk segera mengikutinya pergi dari suasana yang tiba - tiba mencekam hanya karena keberadaan sosok pemuda yang tidak jauh dari tempatnya. Naluri dan instingnya yang bergerak lebih cepat terus memaksanya pergi jauh dari tempat itu, dan satu - sat
Lie dan Yong baru saja memasuki halaman manor putra mahkota Rui yang berada di tengah hutan terlarang yang berada dibawah kaki bukit barat kerajaan MingQi.Lie menatap manor putra mahkota Rui dengan takjub, ia tak habis pikir, bagaimana bisa junjungannya membangun bangunan sebesar ini di tengah hutan dengan begitu megah dan mewah padahal hutan tersebut sudah sangat lama tak terjamah oleh manusia.Bukankah akan sangat disayangkan jika keindahan dan kemegahan yang manor tersebut miliki disembunyikan tanpa dinikmati banyak orang? Keindahan dan kecantikan manor putra mahkota Rui sangat sayang jika dilewatkan.Sayang Lie baru saja sadar, jika putra mahkota Rui bukanlah pemuda yang ingin berbagi miliknya begitu saja. Buktinya, saat posisi pewaris kerajaan goyah, ia tidak tinggal diam walaupun saat ini ia tengah melakukan rencana persembunyian untuk memuluskan rencana yang selama ini telah ia susun."Pantas
Disebuah bangunan yang ada ditengah hutan, nampak tiga orang pemuda saling berhadapan dengan tatapan yang serius. Ketiga pemuda itu ialah putra mahkota Rui, Yong dan juga Lie. Ketiganya saat ini tengah serius membahas masalah yang terjadi di dalam istana dalam.Lie terus menceritakan semua masalah yang terjadi tiga bulan belakangan di istana kepada putra mahkota Rui dan Yong, Lie bahkan tak melewatkan masalah apapun yang terjadi pada keduanya termasuk kejadian baru - baru ini dimana para pejabat pemerintahan mulai bergerak cepak mencari perhatian pangeran Rong yang kini menjadi satu - satunya kandidat yang akan maju mengambil alih takhta kekaisaran karena mereka berpikir putra mahkota Rui tidaklah lagi selamat mengingat waktu terus berlalu dan keberadaannya masih menjadi misteri."Sampai kapan, anda akan terus bersembunyi dan menutup kebenaran yang terjadi? Saat ini istana dalam semakin kacau, yang mulia kaisar Wei bahkan mulai mengabaikan t
"Hal apa yang membuatmu berteriak dan menimbulkan keributan malam - malam begini Yong?" Tanya putra mahkota Rui dengan wajah ditekuk tidak suka dengan suara teriakan Yong yang menganggu waktu istirahatnya. Karena teriakan Yong, putra mahkota Rui yang sudah terlelap dalam tidurnya lantas harus terbangun. Suara teriakan Yong sungguh keras dan nyaring, putra mahkota Rui bahkan merasakan telinganya berdengung. Dengan kesal putra mahkota Rui beranjak bangun dari tidurnya dan keluar dari peraduannya untuk memarahi siapa saja yang menganggu jam istirahatnya.Yong yang masih terkejut dengan perkataan Gui lantas menoleh menatap kearah pintu kamar putra mahkota Rui dimana sahabatnya itu kini bersidekap dengan mata yang menghunus menatapnya tajam.Jika ada tatapan yang mampu membunuh seseorang, Yong saat ini mungkin telah bertemu dengan orang tuanya yang telah meninggal saking tajamnya tatapan yang putra mahkota Rui berikan."Beri